Meski Dikritik Korut, AS Yakin Denuklirisasi Tetap Berjalan

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
06 August 2018 11:32
Korea Utara mengeluhkan sikap AS yang mempertahankan sanksi terhadap Pyongyang.
Foto: REUTERS/Lai Seng Sin
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo pada hari Minggu (5/8/2018) menepis pernyataan tajam Korea Utara dan mengatakan Pyongyang telah menjelaskan komitmennya untuk denuklirisasi. Pompeo mengatakan hal itu di sela-sela pertemuan regional akhir pekan lalu di Singapura.

Pompeo dan Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong Ho berada di Singapura akhir pekan lalu, kurang dari dua bulan setelah pertemuan bersejarah antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, yang dipuji Trump sebagai keberhasilan meskipun tidak banyak tindakan nyata yang dilakukan Pyongyang untuk meninggalkan program senjata nuklirnya.

Namun, interaksi Pompeo dan Ri tampaknya hanya terbatas pada jabat tangan singkat di Forum Regional ASEAN. Ketika Pompeo meninggalkan pertemuan pada hari Sabtu, Ri mengatakan Pyongyang khawatir akan niat AS.

Dia juga mengeluhkan sikap AS yang mempertahankan sanksi terhadap Korea Utara dan keengganan untuk mendeklarasikan akhir resmi untuk Perang Korea.

Pompeo, saat ditanya dalam briefing kepada wartawan yang kembali bersamanya ke Washington, mengenai apakah ia prihatin dengan pernyataan Ri, mengatakan nada pernyataan Korea Utara jauh berbeda dengan tahun lalu.

"Menteri [Ri] menegaskan komitmennya yang terus-menerus terhadap denuklirisasi," kata Pompeo, dilansir dari CNBC International. "Saya mungkin tidak dapat meniru kata-katanya yang tepat, tapi itu cukup dekat. Dibandingkan dengan kemarahan, sikap terus terang, selama bertahun-tahun, dan kebencian, seperti yang dimuntahkan oleh Korea Utara; komentarnya [kali ini] berbeda."

Pompeo menekankan "pernyataan misi" AS tetap jelas.


"Dewan Keamanan PBB mengatakan mereka harus mengakhiri program nuklir mereka dan program rudal balistik mereka. Ia harus memenuhi komitmen yang ia buat," katanya, mengacu pada pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.

Pada pertemuan bersejarah 12 Juni, Kim berkomitmen untuk bekerja menuju denuklirisasi semenanjung Korea tetapi Korea Utara tidak menawarkan rincian tentang bagaimana hal itu akan dilakukan. Pejabat AS, termasuk Pompeo, mengatakan Korea Utara terus mengembangkan program senjatanya.

Ri mengatakan Korea Utara berkomitmen untuk menerapkan pernyataan bersama oleh Kim dan Trump di pertemuan puncak mereka "dengan cara yang bertanggung jawab dan beritikad baik." Namun dia menegaskan kembali permintaan untuk pendekatan bertahap, yang berbeda dari desakan AS bahwa Korea Utara harus menyerahkan senjatanya sebelum dibebaskan dari sanksi.

Ditanya apakah Korea Utara dapat ditawarkan konsesi selain keringanan sanksi, Pompeo menjawab: "Saya tidak akan mengomentari sanksi dan apa yang telah disodorkan orang lain."

Ditanya mengapa dia tidak mengadakan pertemuan formal dengan Ri di Singapura, Pompeo, yang telah memimpin upaya negosiasi AS dengan Pyongyang, menjawab: "... saya hanya akan mengatakan, ada banyak percakapan yang dilakukan."

Menurut Departemen Luar Negeri, dalam pembicaraan singkat mereka pada hari Sabtu (4/8/2018) Pompeo mengatakan kepada Ri: "Kita harus berbicara lagi segera," yang dijawab Ri dengan: "Saya setuju, ada banyak percakapan produktif yang bisa dilakukan."

Komentar-komentar Ri itu bukan yang pertama sejak pertemuan di mana Korea Utara muncul untuk menawarkan kesan yang lebih negatif dari kemajuan pembicaraan dengan Amerika Serikat tak lama setelah Pompeo meninggalkan pertemuan.

Menyusul perjalanan ke Pyongyang pada bulan Juli, Pompeo berbicara tentang kemajuan, tetapi begitu dia meninggalkan negara itu, Korea Utara menuduh diplomasi "seperti gangster" Amerika Serikat, melemparkan keraguan tentang masa depan perundingan kedua negara.
(prm) Next Article Pompeo Akan Kunjungi Korea Utara untuk Pastikan Denuklirisasi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular