Internasional

Cari Sekutu untuk Lawan AS, China Merapat ke Inggris

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
30 July 2018 17:38
Cari Sekutu untuk Lawan AS, China Merapat ke Inggris
Foto: Andy Wong/Pool via Reuters
Beijing, CNBC Indonesia - China tawarkan Inggris berdiskusi terkait perjanjian perdagangan bebas pasca-Brexit di hari Senin (30/7/2018). Negara Tirai Bambu mengajak London di saat Beijing masih terlibat dalam perang dagang yang memanas dengan Washington, bahkan ketika seorang diplomat senior China kembali menegaskan pintu tetap terbuka untuk berdialog.

China mencari sekutu dalam perang dagang dengan Amerika Serikat (AS).

Pertarungan itu dimulai oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump yang berkata industri teknologi tinggi China telah mencuri kekayaan intelektual dari perusahaan-perusahaan AS. Negara Paman Sam pun menuntut Beijing untuk membeli lebih banyak produk AS guna mengurangi surplus perdagangan senilai US$350 miliar (Rp 5.036 triliun).

Inggris telah menekankan pesan yang kuat bagi perusahaan-perusahaan China bahwa negara itu sepenuhnya terbuka bagi bisnis sembari bersiap keluar dari Uni Eropa (UE) tahun depan. China adalah salah satu negara yang menarik minat Inggris untuk melakukan perjanjian perdagangan bebas pasca-Brexit.

Ketika berbicara kepada para reporter di Beijing setelah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt, Penasihat Negara sekaligus diplomat papan atas pemerintah China, Wang Yi, mengatakan kedua negara sepakat untuk meningkatkan perdagangan dan investasi.

Hunt berkata Wang telah membuat sebuah penawaran "untuk membuka diskusi tentang kemungkinan kesepakatan perdagangan bebas antara Inggris dan China pasca-Brexit".

"Itu sesuatu yang kami sambut dan kami berkata bahwa kami akan mempelajarinya," kata Hunt, tanpa menjelaskan lebih lanjut seperti dilansir dari Reuters.

Wang, yang bersisihan dengan Hunt di pesanggrahan negara di pinggiran sebelah barat Beijing, tidak menyebutkan penawaran diskusi perdagangan bebas secara langsung. Namun, dia berkata kedua negara telah "sepakat untuk menggabungkan strategi pembangunan masing-masing secara proaktif, dan memperluas skala perdagangan dan investasi bersama".

Meski pakta perdagangan dengan China akan menjadi kemenangan politik bagi pemerintah Inggris, diskusi formal tidak dapat dimulai sampai negara itu resmi keluar dari UE tahun depan. Biasanya, butuh waktu bertahun-tahun untuk menyelesaikan diskusi perdagangan bebas.
Dalam paparan tersebut, Wang kembali mencibir Washington karena pendiriannya yang keras dan sengaja mengangkat gagasan bahwa AS adalah korban sebenarnya dalam perang dagang.

"Tanggung jawab keseimbangan dagang antara China dan Amerika Serikat tidak tergantung pada China," kata Wang. Ia menyebut peran global dolar AS, rendahnya bunga tabungan AS, tingginya tingkat konsumsi AS, dan pembatasan yang AS terapkan pada ekspor teknologi tinggi sebagai sejumlah alasannya.

AS sudah memperoleh untung besar dari perdagangan dengan China. Negara itu mendapatkan banyak barang murah, yang mana bagus untuk konsumen AS, dan perusahaan-perusahaan AS juga dapat untung besar di China, tambahnya.

Baik China maupun AS nampaknya telah menghindari meletusnya perang dagang di bulan Mei. Ketika itu, China sepakat membeli lebih banyak produk pertanian dan energi AS. Namun, kesepakatan gagal dan kedua belah pihak menerapkan tarif yang sama terhadap produk masing-masing.

Washington mengancam akan menerapkan tarif tambahan terhadap produk impor China senilai US$450 miliar, dan tidak ada negosiasi formal antara kedua negara yang diselenggarakan sejak awal Juni.


China berkata pihaknya berkomitmen untuk menyelesaikan perselisihan lewat diskusi. Negara itu juga sudah meminta negara-negara lain untuk mendukung perdagangan bebas dan sistem perdagangan multilateral, meski negara-negara Eropa secara khusus memiliki banyak keluhan yang sama dengan AS terkait akses pasar.

Wang berkata tensi dagang saat ini dimulai oleh AS, dan keduanya harus menyelesaikan isu-isu di bawah kerangka kerja Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) ketimbang undang-undang AS.

"China tidak ingin melawan perang dagang, tetapi menghadapi kelakuan agresif dari Amerika Serikat dan pelanggaran hak-hak, kami tidak bisa dan harus mengambil langkah perlawanan," katanya.

China dan AS sudah berdiskusi dan mencapai sebuah konsensus, tetapi AS tidak sepakat dengan China di tengah jalan, katanya.

"Pintu China untuk dialog dan negosiasi selalu terbuka, tetapi dialog perlu didasarkan pada kesetaraan dan kehormatan bersama, serta pada peraturan," kata Wang. "Segala bentuk ancaman dan tekanan unilateral hanya memiliki dampak yang berlawanan."
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular