GPN Bikin Biaya Jadi Murah Tak Seperti Visa dan MasterCard
Gita Rossiana, CNBC Indonesia
25 July 2018 13:45

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menilai Indonesia memang membutuhkan gerbang pembayaran nasional (GPN). Pasalnya, dengan adanya GPN, operasional bank lokal lebih efisien dan persaingan lebih sehat.
Senior Vice President Transaction Banking Bank Mandiri Thomas Wahyudi menjelaskan dengan adanya GPN, membuat kegiatan di sistem pembayaran termonitor dalam satu sistem.
"Dulu karena manual, persaingan agak ketat, sekarang jauh lebih sehat," kata dia saat ditemui CNBC Indonesia di kantornya, Rabu (25/7/2018).
Begitu juga dari sisi biaya, menurut dia semenjak ada GPN, biaya transaksi di sistem pembayaran jauh lebih murah. Pasalnya, ketentuannya sudah diatur oleh Bank Indonesia (BI) melalui merchant discount rate (MDR).
"Ada MDR, biaya interchange (biaya yang dikeluarkan untuk penerbitan kartu) jauh lebih murah," ucap dia.
Indonesia telah memiliki Gerbang Pembayaran Nasional (GPN). Sebuah sistem yang terdiri atas Standard, Switching, dan Services.
Ketiga sistem dalam GPN tersebut dibangun melalui seperangkat aturan dan mekanisme untuk mengintegrasikan berbagai instrumen dan kanal pembayaran secara nasional. Indonesia tak lagi tergantung dengan sistem 'asing' yang hampir menguasai setiap jaringan pembayaran.
Darmin Nasution mengungkapkan bagaimana cara perusahaan sistem pembayaran seperti Visa dan MasterCard menyedot dana dari nasabah di Indonesia, ketika melakukan transaksi.
Hal itu dia sebut telah lama menjadi persoalan di Bank Indonesia (BI), yang akhirnya memunculkan program Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) untuk menghindari cross-border transaction.
"Jadi persolan kita dari dulu dengan MasterCard dan Visa sebenarnya adalah kalau Anda gesek di sini, dia akan terus keluar diproses di sana," jelas Darmin, Selasa (24/7/2018).
Lalu, apa ruginya keberadaan cross-border transaction itu? Darmin mengatakan, selama ini dana yang dibutuhkan atas transaksi itu. Namun, pihak bank yang menalangi sehingga konsumen tidak tahu-menahu.
"Anda bayar tanpa Anda tahu. Gimana ceritanya anda nggak tahu? Karena yang bayar itu banknya dan banknya menutupkan biayanya ke Anda," lanjut Darmin.
Menurut Darmin, dana yang dibutuhkan oleh bank cukup besar, yakni US$ 2 miliar setiap tahunnya. Hal tersebutlah yang menjadi keberatan Bank Indonesia."Ya sebenarnya, dulu, waktu saya di BI keberatan. Kenapa [transaksi] harus keluar," ujarnya.
(dru) Next Article BI Bantah Adanya GPN Gerus Bisnis Visa & Mastercard
Senior Vice President Transaction Banking Bank Mandiri Thomas Wahyudi menjelaskan dengan adanya GPN, membuat kegiatan di sistem pembayaran termonitor dalam satu sistem.
"Dulu karena manual, persaingan agak ketat, sekarang jauh lebih sehat," kata dia saat ditemui CNBC Indonesia di kantornya, Rabu (25/7/2018).
"Ada MDR, biaya interchange (biaya yang dikeluarkan untuk penerbitan kartu) jauh lebih murah," ucap dia.
Indonesia telah memiliki Gerbang Pembayaran Nasional (GPN). Sebuah sistem yang terdiri atas Standard, Switching, dan Services.
Ketiga sistem dalam GPN tersebut dibangun melalui seperangkat aturan dan mekanisme untuk mengintegrasikan berbagai instrumen dan kanal pembayaran secara nasional. Indonesia tak lagi tergantung dengan sistem 'asing' yang hampir menguasai setiap jaringan pembayaran.
Darmin Nasution mengungkapkan bagaimana cara perusahaan sistem pembayaran seperti Visa dan MasterCard menyedot dana dari nasabah di Indonesia, ketika melakukan transaksi.
Hal itu dia sebut telah lama menjadi persoalan di Bank Indonesia (BI), yang akhirnya memunculkan program Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) untuk menghindari cross-border transaction.
"Jadi persolan kita dari dulu dengan MasterCard dan Visa sebenarnya adalah kalau Anda gesek di sini, dia akan terus keluar diproses di sana," jelas Darmin, Selasa (24/7/2018).
Lalu, apa ruginya keberadaan cross-border transaction itu? Darmin mengatakan, selama ini dana yang dibutuhkan atas transaksi itu. Namun, pihak bank yang menalangi sehingga konsumen tidak tahu-menahu.
"Anda bayar tanpa Anda tahu. Gimana ceritanya anda nggak tahu? Karena yang bayar itu banknya dan banknya menutupkan biayanya ke Anda," lanjut Darmin.
Menurut Darmin, dana yang dibutuhkan oleh bank cukup besar, yakni US$ 2 miliar setiap tahunnya. Hal tersebutlah yang menjadi keberatan Bank Indonesia."Ya sebenarnya, dulu, waktu saya di BI keberatan. Kenapa [transaksi] harus keluar," ujarnya.
(dru) Next Article BI Bantah Adanya GPN Gerus Bisnis Visa & Mastercard
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular