Internasional

G20 Akhirnya Buka Suara Soal Perang Dagang

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
23 July 2018 07:20
Komunike final G20 menekankan
Foto: REUTERS/Marcos Brindicci
Buenos Aires, CNBC Indonesia - Group 20 (G20) telah meminta diadakannya lebih banyak pembicaraan guna meredakan ketegangan perdagangan yang dapat memukul pertumbuhan ekonomi global.

Menteri keuangan dan pejabat bank sentral dari 20 perekonomian besar dunia menutup pertemuan dua hari mereka di Buenos Aires hari Minggu (22/7/2018) dengan peringatan bahwa "ketegangan perdagangan dan politik yang meningkat" mengancam pertumbuhan ekonomi.

Hal itu disampaikan ketika kebijakan proteksionis Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membuat kesal sekutu-sekutu lamanya, seperti Uni Eropa (UE), Kanada, dan Meksiko, serta memicu serangan balasan dari berbagai negara.

Komunike final G20 menekankan "perlunya peningkatan dialog dan tindakan untuk memitigasi risiko dan memperkuat keyakinan" di tengah perang dagang global yang makin panas, dilansir dari AFP hari Senin (23/7/2018).

Namun, pernyataan itu tidakmenyebut AS yang saat ini menjadi pusat perseteruan dagang dengan anggota G20, seperti China dan UE. Komunike itu merefleksikan kecemasan yang lebih dalam dibandingkan bulan Maret lalu ketika para anggota sama sekali menghindari membahas isu tersebut.

Menteri Ekonomi Argentina Nicolas Dujovne mengisyaratkan bahwa G20 menghindari perpecahan terkait perang dagang yang ia sebut seharusnya diselesaikan secara langsung antarpemerintah atau lewat Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).


"Ini bukan tentang membantah adanya berbagai perbedaan," ujarnya kepada wartawan setelah pertemuan selesai. "Namun kita harus mencoba menekankan pentingnya kesepakatan karena kami menyadari pentingnya menjaga grup ini agar tetap hidup dan harmoni."

Selama krisis keuangan tahun 2008 G20 sangat penting dalam mencegah timbulnya efek yang lebih buruk dan telah menyelamatkan jutaan pekerjaan, tambahnya. Ia juga menyebut orang-orang akan melihat pentingnya G20 dalam saat-saat yang kritis.

Namun, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin menegaskan kembali klaimnya bahwa negaranya hanya ingin "perdagangan yang lebih seimbang" dengan negara-negara lain.

Mnuchin juga menepis dampak ekonomi dari kenaikan tarif dan bea masuk balasan dengan mengatakan sejauh ini bea tersebut hanya berdampak terhadap AS di tataran mikro. Namun dari "sisi makro kami belum melihat adanya pola yang signifikan terhadap perekonomian," katanya.

Berbagai usaha AS telah terpukul oleh tarif balasan China, UE, Meksiko, dan Kanada, termasuk bea impor erhadap kedelai, sepeda motor, minuman beralkohol bourbon, dan barang lainnya. Sementara itu, pabrikan juga menyampaikan protes terkait kenaikan harga pasokan-pasokan penting yang terkena tarif AS.
(prm) Next Article Perang Dagang, Trump Sebut Telah Bicara dengan Presiden China

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular