
Sepanjang Minggu Ini, Rupiah Jadi yang Terburuk di Asia
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
21 July 2018 14:28

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menjadi mata uang dengan performa terburuk di kawasan Asia sepanjang pekan ini. Dalam 5 hari perdagangan di minggu ini, rupiah melemah hingga 0,7% terhadap dolar AS di pasar spot, dari Rp 14.375/dolar AS menjadi Rp 14.475/dolar AS.
Sementara itu, mayoritas mata uang negara-negara Asia lainnya juga melemah, walaupun tak separah rupiah: rupee melemah 0,35%, ringgit melemah 0,25%, baht melemah 0,06%, dan dolar Hong Kong melemah 0,02%. Adapun mata uang yang berhasil menguat adalah dolar Singapura (0,23%), peso (0,39%), dan yen (0,86%).
Faktor eksternal mendominasi pelemahan rupiah sepanjang pekan ini. Pada hari Selasa dan Rabu (18 & 19 Juli), Gubernur the Federal Reserve Jerome Powell memberikan testimoninya.
Pada hari Selasa, Powell memberikan testimoni di hadapan Senate Banking Committee terkait dengan laporan kebijakan moneter setengah tahunan dan pada hari Rabu, Powell memberikan testimoni terkait hal yang sama di hadapan House Financial Services Committee.
Dalam kedua testimoninya tersebut, Powell dengan tegas mengatakan bahwa bahwa bank sentral masih akan menaikkan suku bunga acuan secara bertahap.
"Dengan pasar tenaga kerja yang kuat, inflasi mendekati tujuan kami, dan risiko terhadap prospek perekonomian yang kurang lebih seimbang, FOMC percaya bahwa untuk saat ini, jalan terbaik ke depan adalah terus meningkatkan suku bunga secara bertahap," papar Powell di hadapan Senate Banking Committee, Selasa (18/7/2018).
Kemudian, kritikan Presiden AS Donald Trump kepada the Fed juga menambah bahan bakar bagi dolar AS untuk menguat. Pada hari Kamis (19/7/2018), Trump mengkritik The Fed yang terus-menerus menaikkan suku bunga acuan. Trump menilai kebijakan ini akan menghambat laju ekonomi Negeri Paman Sam.
"Kita membaik, dan setiap kali kita membaik mereka ingin menaikkan bunga. Saya tidak senang dengan itu, tetapi pada saat yang sama saya juga mempersilakan mereka melakukan yang terbaik. Saya hanya tidak suka kita sudah bekerja keras di bidang ekonomi tetapi kemudian suku bunga naik," ungkap Trump dalam wawancara bersama CNBC International.
Sebagai informasi, bank sentral merupakan sebuah institusi yang independen. Kini, ada ketakutan bahwa the Fed justru akan semakin yakin untuk bergerak lebih agresif guna membuktikan independensinya. Ketika peluang untuk menaikkan suku bunga acuan nantinya adalah 50:50, the Fed ditakutkan akan cenderung untuk memilih menaikkan.
Dari dalam negeri, keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menahan suku bunga acuan di level 5,25% tak membantu dalam meredam pelemahan nilai tukar, begitu pula dengan pernyataan Gubernur BI Perry Warjiyo bahwa stance dari bank sentral adalah hawkish.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Sementara itu, mayoritas mata uang negara-negara Asia lainnya juga melemah, walaupun tak separah rupiah: rupee melemah 0,35%, ringgit melemah 0,25%, baht melemah 0,06%, dan dolar Hong Kong melemah 0,02%. Adapun mata uang yang berhasil menguat adalah dolar Singapura (0,23%), peso (0,39%), dan yen (0,86%).
Faktor eksternal mendominasi pelemahan rupiah sepanjang pekan ini. Pada hari Selasa dan Rabu (18 & 19 Juli), Gubernur the Federal Reserve Jerome Powell memberikan testimoninya.
Dalam kedua testimoninya tersebut, Powell dengan tegas mengatakan bahwa bahwa bank sentral masih akan menaikkan suku bunga acuan secara bertahap.
"Dengan pasar tenaga kerja yang kuat, inflasi mendekati tujuan kami, dan risiko terhadap prospek perekonomian yang kurang lebih seimbang, FOMC percaya bahwa untuk saat ini, jalan terbaik ke depan adalah terus meningkatkan suku bunga secara bertahap," papar Powell di hadapan Senate Banking Committee, Selasa (18/7/2018).
Kemudian, kritikan Presiden AS Donald Trump kepada the Fed juga menambah bahan bakar bagi dolar AS untuk menguat. Pada hari Kamis (19/7/2018), Trump mengkritik The Fed yang terus-menerus menaikkan suku bunga acuan. Trump menilai kebijakan ini akan menghambat laju ekonomi Negeri Paman Sam.
"Kita membaik, dan setiap kali kita membaik mereka ingin menaikkan bunga. Saya tidak senang dengan itu, tetapi pada saat yang sama saya juga mempersilakan mereka melakukan yang terbaik. Saya hanya tidak suka kita sudah bekerja keras di bidang ekonomi tetapi kemudian suku bunga naik," ungkap Trump dalam wawancara bersama CNBC International.
Sebagai informasi, bank sentral merupakan sebuah institusi yang independen. Kini, ada ketakutan bahwa the Fed justru akan semakin yakin untuk bergerak lebih agresif guna membuktikan independensinya. Ketika peluang untuk menaikkan suku bunga acuan nantinya adalah 50:50, the Fed ditakutkan akan cenderung untuk memilih menaikkan.
Dari dalam negeri, keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menahan suku bunga acuan di level 5,25% tak membantu dalam meredam pelemahan nilai tukar, begitu pula dengan pernyataan Gubernur BI Perry Warjiyo bahwa stance dari bank sentral adalah hawkish.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Most Popular