
Perang Dagang, RI Harus Waspadai Banjir Impor dari China
Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
19 July 2018 18:34

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia harus mewaspadai peningkatan jumlah ekspor yang dialihkan China dari Amerika Serikat akibat perang dagang yang terjadi antara dua negara dengan perekonomian terbesar dunia itu. Ada potensi China akan mengalihkan ekspornya ke negara-negara berkembang atau emerging market, termasuk Indonesia.
Menurut ekonom Bank Danamon, Dian Ayu Yustina, barang-barang yang dikenakan kenaikan tarif bea masuk dari China ke AS tergolong mirip dengan ekspor dari China ke Indonesia.
"Ada kemiripan antara keduanya, maka dari itu mungkin ada konsekuensi peningkatan impor dari China karena dapat terjadi pengalihan ekspor dari AS ke Indonesia dan berbagai negara emerging market lain," tutur Dian dalam sebuah diskusi, Kamis (19/7/2018).
Mengutip data CEIC, Dian menyebut ada beberapa jenis produk sejenis antara ekspor China ke Amerika dan ke Indonesia, seperti peralatan elektronik. Ekspor China ke AS untuk produk itu mencapai US$199 miliar (Rp 1.885 triliun) pada tahun 2017, sedangkan ekspor ke Indonesia mencapai US$25 miliar.
Lalu, ada pula produk logam dasar yang ekspornya mencapai US$23 miliar ke AS, sementara ke Indonesia sebesar US$4 miliar dan produk tekstil dengan nilai ekspor China ke AS mencapai US$43 miliar sedangkan ke Indonesia US$4 miliar di periode yang sama.
Saat ini saja, lanjutnya, perdagangan RI sudah terancam oleh pengurangan jumlah permintaan batu bara China dalam jangka panjang sebagai akibat upaya peralihan ke energi terbarukan, serta produk sawit yang terancam dijegal di Eropa.
"Saya bisa mengatakan ekonomi kita sangat bergantung pada sektor manufaktur, ini pertumbuhannya tidak secepat yang diharap," ujar Dian.
(prm) Next Article Jika Perang Dagang adalah Mimpi Buruk, Corona adalah Neraka!
Menurut ekonom Bank Danamon, Dian Ayu Yustina, barang-barang yang dikenakan kenaikan tarif bea masuk dari China ke AS tergolong mirip dengan ekspor dari China ke Indonesia.
"Ada kemiripan antara keduanya, maka dari itu mungkin ada konsekuensi peningkatan impor dari China karena dapat terjadi pengalihan ekspor dari AS ke Indonesia dan berbagai negara emerging market lain," tutur Dian dalam sebuah diskusi, Kamis (19/7/2018).
Lalu, ada pula produk logam dasar yang ekspornya mencapai US$23 miliar ke AS, sementara ke Indonesia sebesar US$4 miliar dan produk tekstil dengan nilai ekspor China ke AS mencapai US$43 miliar sedangkan ke Indonesia US$4 miliar di periode yang sama.
Saat ini saja, lanjutnya, perdagangan RI sudah terancam oleh pengurangan jumlah permintaan batu bara China dalam jangka panjang sebagai akibat upaya peralihan ke energi terbarukan, serta produk sawit yang terancam dijegal di Eropa.
"Saya bisa mengatakan ekonomi kita sangat bergantung pada sektor manufaktur, ini pertumbuhannya tidak secepat yang diharap," ujar Dian.
(prm) Next Article Jika Perang Dagang adalah Mimpi Buruk, Corona adalah Neraka!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular