
Mendag Beberkan Alasan Telur Ayam Mahal, Nyaris Rp 29.000/Kg
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
16 July 2018 17:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memanggil seluruh pemangku kepentingan terkait industri telur ayam. Hal ini terkait masih tingginya harga telur ayam.
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, harga rata-rata nasional telur ayam pada Senin (16/7/2018) tercatat Rp 27.200/kg.
Sementara itu, harga rata-rata di DKI Jakarta lebih tinggi yakni Rp 28.900/kg.
Pada pertemuan dengan Mendag hari ini, turut hadir peternak dari Blitar, Solo, Klaten dan Sumatera Barat, di samping juga para pedagang ayam, asosiasi petelur, integrator, penjual pakan ternak dan lain sebagainya.
Mendag mengakui terjadi anomali dalam harga telur, di mana biasanya selepas Ramadan harga akan turun tetapi kali ini masih bertahan tetap tinggi.
"Banyak faktor yang mempengaruhi kenaikan harga. Tingkat produktivitas ayam itu sendiri menghasilkan telur disebabkan banyak hal. Kita sepakat mengurangi kadar obat-obatan terutama antibiotik, ada cuaca yang ekstrem, munculnya es Dieng," kata Enggar.
Di samping itu, suplai ke pasar juga berkurang karena masa libur yang panjang.
"Faktor-faktor ini terakumulasi pasokan dan distribusi terganggu. Dari gangguan ini ada potensi pedagang menikmati marjin keuntungan lebih, dan ini mata rantai."
(ray/ray) Next Article Harga Telur Ayam Diultimatum Turun Signifikan dalam 1 Minggu
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, harga rata-rata nasional telur ayam pada Senin (16/7/2018) tercatat Rp 27.200/kg.
Sementara itu, harga rata-rata di DKI Jakarta lebih tinggi yakni Rp 28.900/kg.
Mendag mengakui terjadi anomali dalam harga telur, di mana biasanya selepas Ramadan harga akan turun tetapi kali ini masih bertahan tetap tinggi.
"Banyak faktor yang mempengaruhi kenaikan harga. Tingkat produktivitas ayam itu sendiri menghasilkan telur disebabkan banyak hal. Kita sepakat mengurangi kadar obat-obatan terutama antibiotik, ada cuaca yang ekstrem, munculnya es Dieng," kata Enggar.
Di samping itu, suplai ke pasar juga berkurang karena masa libur yang panjang.
"Faktor-faktor ini terakumulasi pasokan dan distribusi terganggu. Dari gangguan ini ada potensi pedagang menikmati marjin keuntungan lebih, dan ini mata rantai."
(ray/ray) Next Article Harga Telur Ayam Diultimatum Turun Signifikan dalam 1 Minggu
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular