Piala Dunia 2018
Dapat Ratusan Miliar Rupiah, Belgia dan Inggris Tak Bahagia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 July 2018 09:01

Tidak hanya Belgia, Inggris (yang tadi malam kalah) pun pasti kecewa. Seperti Belgia, Inggris juga mendapat label Generasi Emas. Tim di Rusia 2018 mencapai hasil terbaik di Piala Dunia setelah Italia 1990 dengan masuk ke babak empat besar.
Namun Generasi Emas Inggris pun seperti Belgia, terlalu naif. Di semifinal, anak-anak muda ini terlihat kelelahan meladeni semangat spartan Kroasia. Lagi-lagi pengalaman berbicara. Skuat Inggris di Rusia 2018 punya rata-rata usia 25,9 tahun, berbanding Kroasia dengan 27,5 tahun.
Di level klub, Luka Modric cs juga kenyang pengalaman. Modric sudah bermandikan gelar di Real Madrid, mulai dari juara La Liga (1), Piala Raja (1), Piala Super Spanyol (2), Liga Champions Eropa (4), Piala Super Eropa (3), dan Kejuaraan Dunia Antar Klub (3).
Kompatriot Modric yaitu Ivan Rakitic pun sudah bermain di level tertinggi kala membela Sevilla dan Barcelona. Di Sevilla, Rakitic menjadi bagian dari tim yang memenangkan Europa League pada musim 2013-2014. Sementara di Barcelona, pria 30 tahun kelahiran Swiss ini mengoleksi trofi La Liga (3), Piala Raja (4), Piala Super Spanyol (1), Liga Champions Eropa (1), Piala Super Eropa (1), dan Kejuaraan Dunia Antar Klub (1).
Sedangkan skuat Inggris, walau penuh bakat, tidak punya pengalaman sekaya itu. Di Level Eropa, paling mentok hanya Jordan Henderson dan Trent Alexander-Arnold yang membawa Liverpool ke final Liga Champions musim lalu, dan kalah dari Modric dkk.
Namun tidak seperti Belgia, skuat Inggris masih punya harapan di Qatar 2022. Bisa dibilang Rusia 2018 membentuk fondasi tim yang bisa terus dikembangkan menjadi lebih baik. Empat tahun lagi di Qatar 2022, rata-rata usia tim ini (jika dipertahankan) adalah 29,9 tahun. Kematangan yang optimal dalam karier seorang pesepakbola.
Meski begitu, Inggris tetap kecewa karena pulang tanpa gelar di Rusia 2018. "Saya sangat kecewa, semuanya kecewa. Anda tidak melihat senyum di ruang ganti," ungkap Arnold, dikutip dari Reuters.
Well, ternyata hadiah uang ratusan miliar rupiah tidak bisa membayar kebahagiaan yang sesungguhnya. Mengangkat trofi Piala Dunia adalah sesuatu yang priceless, kebahagiaan yang tidak bisa diukur dengan uang...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Namun Generasi Emas Inggris pun seperti Belgia, terlalu naif. Di semifinal, anak-anak muda ini terlihat kelelahan meladeni semangat spartan Kroasia. Lagi-lagi pengalaman berbicara. Skuat Inggris di Rusia 2018 punya rata-rata usia 25,9 tahun, berbanding Kroasia dengan 27,5 tahun.
Di level klub, Luka Modric cs juga kenyang pengalaman. Modric sudah bermandikan gelar di Real Madrid, mulai dari juara La Liga (1), Piala Raja (1), Piala Super Spanyol (2), Liga Champions Eropa (4), Piala Super Eropa (3), dan Kejuaraan Dunia Antar Klub (3).
Sedangkan skuat Inggris, walau penuh bakat, tidak punya pengalaman sekaya itu. Di Level Eropa, paling mentok hanya Jordan Henderson dan Trent Alexander-Arnold yang membawa Liverpool ke final Liga Champions musim lalu, dan kalah dari Modric dkk.
Namun tidak seperti Belgia, skuat Inggris masih punya harapan di Qatar 2022. Bisa dibilang Rusia 2018 membentuk fondasi tim yang bisa terus dikembangkan menjadi lebih baik. Empat tahun lagi di Qatar 2022, rata-rata usia tim ini (jika dipertahankan) adalah 29,9 tahun. Kematangan yang optimal dalam karier seorang pesepakbola.
Meski begitu, Inggris tetap kecewa karena pulang tanpa gelar di Rusia 2018. "Saya sangat kecewa, semuanya kecewa. Anda tidak melihat senyum di ruang ganti," ungkap Arnold, dikutip dari Reuters.
Well, ternyata hadiah uang ratusan miliar rupiah tidak bisa membayar kebahagiaan yang sesungguhnya. Mengangkat trofi Piala Dunia adalah sesuatu yang priceless, kebahagiaan yang tidak bisa diukur dengan uang...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular