Perang Dagang Dengan China, Ekonom: AS Menuju ke Kekalahannya

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
12 July 2018 17:41
AS sangat bergantung pada China untuk menyediakan barang murah untuk penuhi kebutuhan masyarakat AS.
Foto: REUTERS/Damir Sagolj
Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) dan China sudah memasuki tahap awal perang dagang, dan ekonom terkemuka Stephen Roach berkata AS sedang mengarah ke kekalahan.

"Tidak mudah memenangkan perang dagang. Mudah untuk kalah, dan AS sedang mengarah ke kekalahan dalam perang dagang ini," kata Roach, senior fellow di Yale University dan mantan Kepala Morgan Stanley Asia, kepada CNBC International hari Kamis (12/7/2018).

"Ini adalah amunisi hidup. Ini bukan hanya diskusi retorik lagi," katanya. "Kita ada di tahap awal untuk bertempur dalam perang dagang langsung dan nyata. Pertanyaannya adalah, seberapa jauh perang ini akan berlanjut? Dan seberapa signifikan amunisi ini di masa depan?"

Pemerintah Presiden AS Donald Trump pada hari Selasa (10/7/2018) merilis daftar produk impor China senilai US$200 miliar (Rp 2.875 triliun) yang disebut akan dikenakan tarif 10% setelah proses peninjauan.

China mengancam tindakan pembalasan dan berjanji akan mengajukan keluhan ke Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO).

Pekan lalu, AS menerapkan tarif ke produk China senilai $34 miliar. Tak lama setelah itu, China merespon dengan memberlakukan bea impor 25% ke produk AS dengan nilai yang sama.

Ekonom lain tidak sependapat

Tentu saja adak ekonom terkemuka yang tidak sependapat dengan Roach.
 Mohamed El-Erian selaku Kepala Penasehat Ekonomi Allianz berkata ke CNBC International bahwa AS berada di posisi yang lebih kuat ketimbang China.

"Dalam istilah yang relatif, kita menang dan kita akan memenangkan perang dagang," kata El-Erian pada hari Senin (9/7/2018). El-Erian dianggap sebagai salah satu pemikir pasar keuangan paling berpengaruh di dunia.

"Lihatlah pada kinerja relatif pasar AS ke China relatif ke negara lain," kata El-Erian yang pernah menjabat sebagai CEO Pimco. "Itu konsisten."

China hanya mengimpor sekitar $139 miliar produk AS tahun lalu, dibandingkan dengan $505 miliar produk China yang diimpor oleh AS.

Namun, itu bukan berarti China akan kehabisan amunisi dalam perseteruan datang ini, kata Roach.

"AS sangat bergantung pada China sebagai sumber produk-produk murah demi memenuhi kebutuhan konsumen Amerika. Kami sangat bergantung kepada China untuk membeli surat utang agar bisa mendanai defisit anggaran, yang seperti Anda ketahui, semakin besar," jelas Roach.

"Gagasan bahwa China memiliki masalah perhitungan melewatkan fakta bahwa Amerika memiliki beberapa masalahnya sendiri."

Pandangan Roach bahwa AS akan muncul sebagai pihak yang kalah sangat kontras dengan pandangan presiden terkait hal ini.

Trump berkata dalam sebuah cuitan di bulan Maret bahwa "perang dagang itu baik dan mudah dimenangkan," meski komentarnya ketika itu nampaknya ditujukan ke defisit dagang AS-Meksiko. Selain dengan China, AS juga terlilit perseteruan dagang dengan Uni Eropa, Kanada dan Meksiko.



(roy) Next Article China-AS Akan Kembali Berunding Soal Perang Dagang

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular