Investor Tunda Investasi di RI Karena Rupiah Bergejolak

Exist In Exist, CNBC Indonesia
12 July 2018 15:23
Pemerintah harus memberi insentif yang jelas untuk menarik minat investor.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) mengakui iklim investasi di Indonesia saat ini cukup berat menyusul adanya perang dagang antara Amerika Serikat (AS-China), evaluasi tarif bea masuk produk RI ke AS, hingga pelemahan rupiah.

"Harus kami akui bahwa kondisi saat ini lagi agak berat di awal Kuartal II, dengan gejolak rupiah, sekarang diamplifikasi lagi dengan trade war yang semakin mengalami eskalasi," kata Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM) Thomas Lembong di kantornya, Kamis (12/07/2018).

"Jadi tentunya kami all out dan apresiasi langkah Presiden yang menggelar sidang kabinet untuk bahas ini selama empat jam untuk bersama cari solusi supaya bisa pertahankan laju investasi dan arus modal masuk di tengah kondisi penuh ketidakpastian," lanjutnya.

Lembong menyebutkan beberapa investor bahkan memilih untuk menunda investasinya di Indonesia sehingga menyebabkan penurunan angka investasi pada kuartal tertentu.


"Itu tantangan kita. Slow down kalau itu pun terjadi biasanya karena penundaan, shock dengan gejolak rupiah terus dia nunda dulu sampai situasi lebih stabil," terangnya.

Untuk mendorong investasi tetap masuk ke Indonesia, Lembong mengatakan pihaknya bersama dengan berbagai kementerian khususnya Kementerian Perindustrian akan menyiapkan beberapa insentif khusus untuk industri hulu dan hilir.

"Pasti kami mempersiapkan. Semua butuh insentif terutama di era perang dagang, negara-negara lain lebih bersaing sengit untuk menarik investor yang sama. Kita harus berjuang all out dengan insentif paling agresif dan paling menarik perhatian investor karena negara pesaing melakukan hal yang sama," paparnya.

Pemerintah, menurutnya, tidak bisa lagi membuat kebijakan yang blunder karena sentimen sedang sangat peka atau sensitif.

"Dari segi insentif, alat utama di semua negara berkembang terutama Asia pasti tax holiday, karena itu sangat simbolis dan sinyal terhadap keseriusan pemerintah terhadap investor dan investasi. Jangan hitam putih, negara ini ditawari 20 tahun, negara itu 30-40 tahun, harus jernih dan jelas jangan ada abu-abunya," jelas Lembong.
(ray/ray) Next Article Setelah Freeport, RI Caplok Tambang Nikel Raksasa Vale

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular