Akuisisi 51% Saham Freeport Rp 57 T, Rugikah RI?
Gustidha Budiartie & Tito Bosnia, CNBC Indonesia
11 July 2018 16:23

Jakarta, CNBC Indonesia- Proses negosiasi Indonesia untuk mengakuisisi 51% saham PT Freeport Indonesia (PTFI) semakin panas. Nilai divestasi senilai kisaran Rp 57 triliun setimpalkah dengan apa yang akan didapatkan negara nantinya?
Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS), Marwan Batu Bara, mengatakan potensi tambang Freeport masih sangat menjanjikan. "Jangan khawatir soal kerugian yang timbul paska-akuisisi," ujarnya, Rabu (11/7/2018).
Ia memaparkan PT Freeport Indonesia jika dilihat dari belanja modalnya, merencanakan pengembangan tambang hingga 2041 dan ini pula yang ditawarkan Freeport ke Indonesia, yakni perpanjangan hingga 20 tahun. Dari sisi pendapatan dan keuntungan, kata Marwan, Freeport juga masih membukukan laporan yang bagus.
Berdasarkan laporan keuangan PT Freeport Indonesia tahun 2017 yang didapat CNBC Indonesia, total pendapatan bersih PTFI mencapai US$ 4,45 miliar atau setara Rp 63,6 triliun (perhitungan kurs Rp 14.300). Sementara untuk keuntungan dalam setahun mencapai US$ 1,2 miliar atau Rp 17,2 triliun.
Informasi yang diterima CNBC Indonesia, Inalum cukup optimistis uang yang dikeluarkan Indonesia bisa balik modal dengan cepat. Nilai akuisisi diperkirakan tak sampai US$ 4 miliar, yakni hanya di kisaran US$ 3 miliar atau US$ 3,5 miliar. Dengan potensi keuntungan dalam setahun mencapai US$ 1,2 miliar, diyakini dalam kisaran 3 tahun utang untuk beli saham Freeport ini bisa dilunasi.
Hal ini tidak diragukan oleh Marwan. "Tidak ada masalah bagi holding tambang, bagi Inalum. Yang diperlukan adalah dukungan penuh dari pemerintah yakni Kementerian Keuangan, Kementerian ESDM, dan Presiden yang harus intervensi agar jangan sampai ada pemburu rente di prosesnya ke depan," kata dia.
Kemampuan Indonesia untuk akuisisi tambang Freeport juga tak diragukan oleh Ketua Umum Asosiasi Metalurgi dan Material Indonesia (AMMI) Ryad Chairil. "Saya lihat murni ini bisa diambil, itu bisa pasti mungkin. Mekanisme akuisisi itu juga luar biasa," katanya.
Para ahli dan pakar pertambangan mewanti-wanti agar transaksi dilakukan secara seksama agar tidak terjebak dengan angka yang ditawarkan Freeport semata. Selain itu ke depan, kata mereka, Indonesia juga harus memastikan soal pengelolaan tambang ke depan.
Masalah lebih baik divestasi saat ini atau tunggu habis kontrak pada 2021?
[Gambar:Video CNBC]
Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro, menjelaskan jika nantinya Freeport McMoran (FCX) bersedia bahwa kontrak mereka berakhir pada 2021, berdasarkan ketentuan KK, Indonesia tidak akan mendapatkan Grasberg secara gratis. Pemerintah harus membeli aset PT FI minimal sebesar nilai buku yang berdasarkan laporan keuangan audited dilaporkan sebesar US$ 6 miliar.
Artinya jika menunggu 2021 harga Freeport akan jauh lebih mahal. Hal tersebut tertuang dalam Pasal 22 ayat 1 yang intinya berbunyi, sesudah pengakhiran persetujuan karena alasan berakhirnya jangka waktu, semua kekayaan KK milik perusahaan yang bergerak atau tidak bergerak, yang terdapat di wilayah-wilayah proyek dan pertambangan harus ditawarkan untuk dijual kepada pemerintah dengan harga atau nilai pasar, mana yang lebih rendah, tetapi tidak lebih rendah dari Nilai Buku.
(wed) Next Article RI Mesti Kuasai 51% Saham Freeport di 31 Juli 2018
Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS), Marwan Batu Bara, mengatakan potensi tambang Freeport masih sangat menjanjikan. "Jangan khawatir soal kerugian yang timbul paska-akuisisi," ujarnya, Rabu (11/7/2018).
Ia memaparkan PT Freeport Indonesia jika dilihat dari belanja modalnya, merencanakan pengembangan tambang hingga 2041 dan ini pula yang ditawarkan Freeport ke Indonesia, yakni perpanjangan hingga 20 tahun. Dari sisi pendapatan dan keuntungan, kata Marwan, Freeport juga masih membukukan laporan yang bagus.
Informasi yang diterima CNBC Indonesia, Inalum cukup optimistis uang yang dikeluarkan Indonesia bisa balik modal dengan cepat. Nilai akuisisi diperkirakan tak sampai US$ 4 miliar, yakni hanya di kisaran US$ 3 miliar atau US$ 3,5 miliar. Dengan potensi keuntungan dalam setahun mencapai US$ 1,2 miliar, diyakini dalam kisaran 3 tahun utang untuk beli saham Freeport ini bisa dilunasi.
Hal ini tidak diragukan oleh Marwan. "Tidak ada masalah bagi holding tambang, bagi Inalum. Yang diperlukan adalah dukungan penuh dari pemerintah yakni Kementerian Keuangan, Kementerian ESDM, dan Presiden yang harus intervensi agar jangan sampai ada pemburu rente di prosesnya ke depan," kata dia.
Kemampuan Indonesia untuk akuisisi tambang Freeport juga tak diragukan oleh Ketua Umum Asosiasi Metalurgi dan Material Indonesia (AMMI) Ryad Chairil. "Saya lihat murni ini bisa diambil, itu bisa pasti mungkin. Mekanisme akuisisi itu juga luar biasa," katanya.
Para ahli dan pakar pertambangan mewanti-wanti agar transaksi dilakukan secara seksama agar tidak terjebak dengan angka yang ditawarkan Freeport semata. Selain itu ke depan, kata mereka, Indonesia juga harus memastikan soal pengelolaan tambang ke depan.
Masalah lebih baik divestasi saat ini atau tunggu habis kontrak pada 2021?
[Gambar:Video CNBC]
Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro, menjelaskan jika nantinya Freeport McMoran (FCX) bersedia bahwa kontrak mereka berakhir pada 2021, berdasarkan ketentuan KK, Indonesia tidak akan mendapatkan Grasberg secara gratis. Pemerintah harus membeli aset PT FI minimal sebesar nilai buku yang berdasarkan laporan keuangan audited dilaporkan sebesar US$ 6 miliar.
Artinya jika menunggu 2021 harga Freeport akan jauh lebih mahal. Hal tersebut tertuang dalam Pasal 22 ayat 1 yang intinya berbunyi, sesudah pengakhiran persetujuan karena alasan berakhirnya jangka waktu, semua kekayaan KK milik perusahaan yang bergerak atau tidak bergerak, yang terdapat di wilayah-wilayah proyek dan pertambangan harus ditawarkan untuk dijual kepada pemerintah dengan harga atau nilai pasar, mana yang lebih rendah, tetapi tidak lebih rendah dari Nilai Buku.
(wed) Next Article RI Mesti Kuasai 51% Saham Freeport di 31 Juli 2018
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular