
AS dan China Perang Dagang, Indonesia di Pihak Mana?
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
09 July 2018 20:14

Kesimpulannya, memilih antara AS atau China, sama saja dengan dihadapkan pada buah simalakama. Dimakan mati ibu, tidak dimakan mati ayah. Di satu sisi, memilih AS, berarti kita terhindar dari defisit perdagangan ratusan triliun rupiah.
Selain itu, seiring dengan ekspor RI ke AS yang lebih berkualitas/berbasis industri pengolahan, maka industri manufaktur dalam negeri pun mendapat rangsangan untuk tumbuh.
Namun, sisi negatifnya, industri manufaktur justru akan mati kutu akibat kekurangan pasokan. Pasalnya, selama ini industri dalam negeri amat tergantung dengan impor bahan baku dan barang modal secara besar-besaran dari China.
Di sisi lain, apabila memilih China, industri dalam negeri memang terpenuhi kebutuhan bahan baku dan barang modalnya. Namun, RI harus tahan menelan defisit perdagangan yang amat dalam, dari tahun ke tahun.
(ray)
Selain itu, seiring dengan ekspor RI ke AS yang lebih berkualitas/berbasis industri pengolahan, maka industri manufaktur dalam negeri pun mendapat rangsangan untuk tumbuh.
Namun, sisi negatifnya, industri manufaktur justru akan mati kutu akibat kekurangan pasokan. Pasalnya, selama ini industri dalam negeri amat tergantung dengan impor bahan baku dan barang modal secara besar-besaran dari China.
(ray)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular