Aplikasi Ini Bisa Bantu Petani Dapat KUR & Prediksi Panen

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
09 July 2018 14:33
Pemerintah menugaskan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk untuk menciptakan inovasi pembinaan dan digitalisasi sistem pertanian.
Foto: REUTERS/Darren Whiteside
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah menugaskan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) untuk menciptakan inovasi pembinaan dan digitalisasi sistem pertanian.

Sistem tersebut terintegrasi melalui aplikasi digital pertanian yang disebut Logistik Tani (Logtan). Direktur Digital & Strategic Portfolio Telkom David Bangun menjelaskan keberadaan Logtan untuk memastikan keterpaduan, validitas, dan akurasi berbagai data pertanian.

 
"Dengan Logtan, dapat dilakukan pendataan petani, lahan, dan aktivitas pertanian lainnya yang dapat digunakan dalam pemrosesan layanan pertanian seperti KUR (Kredit Usaha Rakyat), AUTP (Asuransi Usaha Tani Padi), penyerapan beras, serta pembelian saprotan (sarana produksi pertanian). Informasi yang terekam dalam Logtan telah divalidasi langsung ke lapangan dan dilengkapi dengan dokumen pendukung (foto petani, foto lahan, dokumen KTP, dan dokumen KK)," ujar David.

Nantinya, Telkom juga sedang mengembangkan Logtan agar dapat memprediksi musim panen ke depan, ada berapa banyak produksi panen domestik yang dapat dihasilkan. Sehingga, pada akhirnya berujung pada program ketahanan pangan.

David pun mengaku optimistis jika program ini dapat membantu meningkatkan kesejahteraan para petani. Ia menambahkan, digitalisasi sistem Pertanian akan membuat pengelolaan bisnis yang modern dalam Kewirausahaan Pertanian, termasuk pemanfaatan perangkat ERP (Enterprise Resource Planning) dan POS (Point of Sales) oleh petani.

ERP memungkinkan alur pendanaan, bahan baku, produksi, dan sistem pendukung dapat diperbaharui secara cepat dan dipantau secara akurat. Sementara POS akan memudahkan proses penjualan dan pemantauan data-data penjualan. POS telah terintegrasi dengan ERP, sehingga seluruh aktivitas MBB di seluruh Indonesia dapat teragregasi dan termonitor langsung untuk level nasional.

Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN Wahyu Kuncoro menerangkan, program kewirausahaan dan digitalisasi pertanian ini dapat meningkatkan posisi para petani, dari hanya sebagai penggarap lahan yang tidak memiliki akses pasar dan kendali pada harga produksi, menjadi pemilik bersama atas entitas bisnis dengan model bisnis yang memberikan keuntungan maksimal bagi para petani. 

Pada awal Juni 2018 lalu, program ini telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo di Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Tercatat, lebih dari 7 ribu petani di Sliyeg telah dilibatkan dalam program ini. Untuk memungkinkan penyerapan beras petani dengan harga yang baik, MBB Sliyeg telah membangun Sentra Pengolahan Beras Terpadu (SPBT) Sliyeg di desa Majasari lengkap dengan mesin pengering berkapasitas 30 ton per siklus, mesin penggiling berkapasitas 3 ton gabah per jam dan mesin pengemasan berkapasitas 4 ton beras per jam.

Ke depannya, lanjut Wahyu, pihaknya akan mengevaluasi keberhasilan program tersebut. Jika berhasil, ke depannya program akan diimplementasikan di seluruh sentra tani di Indonesia.

"Roadmap jangka pendek kami akan selesaikan dulu yang di Jawa Barat ini, kalau berhasil, akan diinplementasikan di semua sentra tani di Indonesia. Tentu tidak menutup kemungkinan dikembangkan di komoditas lain, namun untuk program secara lengkap terstruktur saat ini memang baru untuk komoditas padi," tandas Wahyu.


(gus) Next Article Cegah Anak Muda Malas Jadi Petani, Ini Strategi Pemerintah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular