
Dolar AS "Liar" Harga Produk Makanan Siap Naik 3-7%
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
04 July 2018 09:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri makanan dan minuman (mamin) dalam waktu dekat siap melakukan penyesuaian harga. Keputusan ini terpaksa harus diambil akibat kurs rupiah yang fluktuatif dan cenderung terus melemah terhadap dolar AS.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan & Minunan Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengatakan beberapa perusahaan sedang melakukan evaluasi dampak melemahnya rupiah. Kenaikan harga, kemungkinan berkisar 3-7%.
"Benar. Beberapa anggota yang saya hubungi sedang review. Hampir semua [anggota asosiasi] menyatakan sedang review," ujar Adhi kepada CNBC Indonesia, Selasa (3/7/2018) malam.
Adhi tidak menginformasikan secara detail apa saja perusahaan yang dimaksud, namun bisa dipastikan industri mamin yang mayoritas bahan bakunya diimpor pasti melakukan penyesuaian harga, mulai dari garam, gula, tepung terigu, susu, dan gandum.
Dia mencontohkan, seluruh industri susu dalam negeri memiliki kebutuhan bahan baku mencapai 4 juta ton, namun produksi dalam negeri masih di bawah 900.000 ton, sehingga hanya mampu menyuplai maksimal 30%, dengan sisa 70% dipenuhi impor.
Adapun garam, industri saat ini sekitar 80% pemenuhannya masih impor, dikarenakan kualitas garam petani tanah air tidak memenuhi standar industri.
"Katakanlah kalau bahan bakunya impor sekitar 70%, pelemahan rupiah 10% kira-kira berdampak ke kenaikan harga sekitar 3-7%," ujarnnya.
(ray) Next Article Rupiah Melemah, Produsen Makanan Kurangi Ukuran Kemasan
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan & Minunan Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengatakan beberapa perusahaan sedang melakukan evaluasi dampak melemahnya rupiah. Kenaikan harga, kemungkinan berkisar 3-7%.
"Benar. Beberapa anggota yang saya hubungi sedang review. Hampir semua [anggota asosiasi] menyatakan sedang review," ujar Adhi kepada CNBC Indonesia, Selasa (3/7/2018) malam.
Adhi tidak menginformasikan secara detail apa saja perusahaan yang dimaksud, namun bisa dipastikan industri mamin yang mayoritas bahan bakunya diimpor pasti melakukan penyesuaian harga, mulai dari garam, gula, tepung terigu, susu, dan gandum.
Dia mencontohkan, seluruh industri susu dalam negeri memiliki kebutuhan bahan baku mencapai 4 juta ton, namun produksi dalam negeri masih di bawah 900.000 ton, sehingga hanya mampu menyuplai maksimal 30%, dengan sisa 70% dipenuhi impor.
Adapun garam, industri saat ini sekitar 80% pemenuhannya masih impor, dikarenakan kualitas garam petani tanah air tidak memenuhi standar industri.
"Katakanlah kalau bahan bakunya impor sekitar 70%, pelemahan rupiah 10% kira-kira berdampak ke kenaikan harga sekitar 3-7%," ujarnnya.
(ray) Next Article Rupiah Melemah, Produsen Makanan Kurangi Ukuran Kemasan
Most Popular