Kenaikan Harga Makanan di Depan Mata

Raydion Subiantoro, CNBC Indonesia
24 May 2018 09:04
Melemahnya rupiah terhadap dolar AS membuat industri makanan dan minuman tertekan.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan harga makanan dan minuman sudah di depan mata menyusul adanya sejumlah sentimen negatif.

Sentimen negatif itu antara lain melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga sempat menyentuh Rp 14.200/US$.

Melemahnya rupiah kemudian berdampak pada meningkatnya biaya produksi akibat semakin mahalnya harga bahan baku impor.

Di samping itu, harga bahan pangan di bulan puasa juga ikut meroket seperti misalnya daging ayam.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI) Adhi S. Lukman mengatakan kenaikan produk makanan dan minuman diperkirakan berkisar 3%-7% apabila rupiah tak kunjung menguat.

Dia menuturkan industri sangat terpengaruh pelemahan rupiah karena mayoritas bahan baku masih diimpor mulai dari garam, gula, tepung terigu, susu dan gandum.

Adhi mengatakan kenaikan produk makanan dan minuman bisa jadi dilakukan setelah Lebaran.


Sementara itu, restoran waralaba asal AS Kentucky Fried Chicken yang dinaungi oleh PT Fast Food Indonesia Tbk juga tengah mempertimbangkan kenaikan harga makanan di menunya.

Direktur Fast Food Indonesia Justinus D. Juwono mengatakan saat ini perseroan harus membeli daging ayam dengan harga tinggi yakni Rp 34.000/kg, sedangkan dalam kondisi normal hanya Rp 28.000/kg.

Artinya, sudah ada kenaikan harga ayam sekitar 21% yang harus dibeli KFC.

Hal ini, lanjut Juwono, memaksa KFC mempertimbangkan kenaikan harga makanan.

"Kami lagi lihat-lihat, lagi pikir-pikir. Dalam waktu dekat [ada keputusan]," katanya.


(ray) Next Article Rupiah Melemah, Produsen Makanan Kurangi Ukuran Kemasan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular