
Siap-Siap, Industri Mamin Bakal Naikkan Harga Pasca Lebaran
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
23 May 2018 21:07

Jakarta, CNBC Indonesia- Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS yang terus terjadi mengakibatkan pelaku industri makanan-minuman (mamin) bersiap-siap menaikkan harga produknya sebesar 3-7 persen. Kenaikan tersebut rencananya dilakukan setelah Lebaran, apabila rupiah tidak kunjung menguat.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi Lukman mengatakan industri mamin sangat terpengaruh pelemahan rupiah karena mayoritas bahan bakunya masih diimpor, mulai dari garam, gula, tepung terigu, susu, dan gandum.
Adhi mencontohkan, seluruh industri susu dalam negeri memiliki kebutuhan bahan baku mencapai 4 juta ton, namun produksi dalam negeri masih di bawah 900 ribu ton, sehingga hanya mampu menyuplai maksimal 30%, dengan sisa 70% dipenuhi impor. Adapun garam, industri saat ini sekitar 80% pemenuhannya masih impor, dikarenakan kualitas garam petani tanah air tidak memenuhi standar industri.
"Perkiraan saya banyak industri mamin akan me-review harga setelah Lebaran. Tadinya kita perkirakan batas aman Rp 14.000/US$, kalau segitu kan cuma 4-5% depresiasinya, kami masih bisa bertahan sampai akhir tahun. Tapi ini kan sudah tembus Rp 14.200/US$, kira-kira ada 10% depresiasinya. Bagi industri yang bahan bakunya impor ini cukup signifikan. Katakanlah kalau bahan bakunya impor sekitar 70%, pelemahan rupiah 10% kira-kira berdampak ke kenaikan harga sekitar 3-7%," jelas Adhi kepada CNBC Indonesia di kediaman Menteri Perindustrian, Selasa (22/5/2018).
Adhi memastikan sampai Lebaran pengusaha tidak akan menaikkan harga karena industri masih memiliki stok bahan baku dan barang jadi. Namun, dia sangat berharap pemerintah bisa me-manage pelemahan Rupiah ini supaya depresiasi-nya tidak semakin besar.
"Kita akan review, apakah nanti sesudah Lebaran [penguatan Dolar AS] akan terus berlanjut atau tidak, mudah-mudahan berhenti," pungkasnya.
(gus/gus) Next Article Rupiah Melemah, Produsen Makanan Kurangi Ukuran Kemasan
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi Lukman mengatakan industri mamin sangat terpengaruh pelemahan rupiah karena mayoritas bahan bakunya masih diimpor, mulai dari garam, gula, tepung terigu, susu, dan gandum.
"Perkiraan saya banyak industri mamin akan me-review harga setelah Lebaran. Tadinya kita perkirakan batas aman Rp 14.000/US$, kalau segitu kan cuma 4-5% depresiasinya, kami masih bisa bertahan sampai akhir tahun. Tapi ini kan sudah tembus Rp 14.200/US$, kira-kira ada 10% depresiasinya. Bagi industri yang bahan bakunya impor ini cukup signifikan. Katakanlah kalau bahan bakunya impor sekitar 70%, pelemahan rupiah 10% kira-kira berdampak ke kenaikan harga sekitar 3-7%," jelas Adhi kepada CNBC Indonesia di kediaman Menteri Perindustrian, Selasa (22/5/2018).
Adhi memastikan sampai Lebaran pengusaha tidak akan menaikkan harga karena industri masih memiliki stok bahan baku dan barang jadi. Namun, dia sangat berharap pemerintah bisa me-manage pelemahan Rupiah ini supaya depresiasi-nya tidak semakin besar.
"Kita akan review, apakah nanti sesudah Lebaran [penguatan Dolar AS] akan terus berlanjut atau tidak, mudah-mudahan berhenti," pungkasnya.
(gus/gus) Next Article Rupiah Melemah, Produsen Makanan Kurangi Ukuran Kemasan
Most Popular