
Tanda Ekonomi Menggeliat, Makanan & Minuman Mulai Menanjak

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri makanan dan minuman yang awalnya dianggap aman tapi juga terpukul dampak pandemi Covid-19 muncul di Indonesia. Kini setelah 8 bulan, sudah ada tanda-tanda perbaikan permintaan meski belum sampai ke titik normal.
Delapan bulan berselang, saat ini kondisinya lebih baik, meski memang belum bisa balik ke titik saat keadaan normal. Ketua umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S. Lukman memperkirakan hingga akhir tahun mendatang, kondisinya tidak akan jauh berbeda.
"Belum pulih normal, tapi Q3 jauh lebih baik dibanding Q2. Dan kita juga merasa mulai ada peningkatan dibanding Q2 dari sisi penjualan dan produksinya. Itupun belum bisa normal. Perkiraan saya tahun ini pasti nggak bisa kembali ke normal seperti 2019, masih di bawah. Meski nggak separah sektor lain," katanya kepada CNBC Indonesia, Rabu (4/11).
Imbas menurunnya permintaan berdampak pada penurunan produksi. Sebagian perusahaan kala itu mempertimbangkan untuk menyetop sementara kegiatan produksi. Untungnya, pembatasan sosial tidak berlangsung lama sehingga aktivitas bisa berjalan lebih baik lagi. Konsumsi dari kegiatan masyarakat pun meningkat.
Adhi menyebut kegiatan bekerja dari rumah (WFH) cukup membantu, karena biasanya masyarakat butuh cemilan. Namun, permintaan bukan hanya dikerek oleh dari dalam negeri. Peningkatan daya beli masyarakat negara luar juga menjadi penolong, sehingga produksi bisa kembali jalan.
"Sebagian produksi saya dengar sudah mulai jalan, dimana saat-saat PSBB merumahkan, juga berhenti sementara. Kelihatannya sudah mulai sebagian karena ada beberapa permintaan ekspor. Ekspor nggak menurun untuk industri makanan dan minuman. Ekspor perkiraan saya tumbuh 5-6%," kata Adhi.
Sementara itu, dari dalam negeri angkanya cenderung masih minus. Daya beli yang belum sepenuhnya meningkat disebut-sebut menjadi penyebab. Saat konsumsi rumah tangga pada Q2 terkoreksi 5,5%, maka Q3 diperkirakan angkanya lebih kecil. Adhi tidak menutup kemungkinan berkisar di -3% hingga -2%.
"Tapi saya yakin tahun depan lebih baik karena kondisi kegiatan-kegiatan sebagian sudah mulai jalan. Karena makanan dan minuman berkaitan dengan kegiatan-kegiatan, baik acara pariwisata pasti itu. Kalau PSBB ketat langsung penjualan turun lagi," sebutnya.
(hoi/hoi)
Next Article Gapmmi: Banjir Ganggu Distribusi & Rusak Stok Produk Mamin