Duh! RI Kecanduan Impor Pangan Sampai 65%, Ini Biang Keroknya

Damiana Cut Emeria, CNBC Indonesia
15 February 2023 17:20
Gula kristal mentah (raw sugar)  impor (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Gula kristal mentah (raw sugar) impor (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri makanan dan minuman di Indonesia ternyata masih harus mengandalkan pasokan bahan baku impor hingga 60-65%. Menurut Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Juli Ardika, kebutuhan itu untuk industri skala menengah-besar dan juga skala kecil dan mikro (UMKM).

"Untuk yang besar sampai UMKMĀ itu kita impor sampai 60-65%. Yang kita impor itu utamanya bahan baku itu susu, gula kita butuh banyak, dan bahan baku tepung," kata Putu dalam webinar CIPS, Rabu (15/2/2023).

"Sebelum PMK (Penyakit Mulu dan Kuku) mengganas, impor susu itu 78%. Dengan adanya PMK, puluhan ribu ternak sapi penghasil susu (sapi perah) mati dan yang kena PMK belum bisa pulih menghasilkan susu. Akibatnya pasokan susu dalam negeri rendah, menjadi sekitar 18 liter per hari," tambahnya.

Untuk gula, dia menjelaskan, kebutuhan nasional, baik untuk konsumsi maupun industri diprediksi mencapai 7 juta ton tahun ini.

"Kita baru menghasilkan 2 juta ton. Kita sudah mendorong pengembangan perkebunan (tebu) meski masih ada hambatan utama terkait lahan," kata Putu.

"Seperti pabrik gula di Dompu, sudah mulai berproduksi, tapi dapatnya lahan marjinal. Coba kalau dapat lahan bagus, luar biasa," tambah dia.

Sedangkan untuk tepung, Putu mengatakan, saat ini tengah digencarkan pengembangan sumber-sumber lain untuk bahan baku tepung.

"Bahan baku tepung banyak kita impor, terutama tepung terigu. Ini kita kembangkan yang berbasis lokal, tepung sagu, tepung tapioka tapi mokafnya, tepung sorgum. Ini perlu kita organized dari sisi on farmnya," cetus Putu.

Industri makanan di dalam negeri, lanjut dia, juga masih harus banyak mengimpor biji coklat. Sebab, produksi lokal saat ini anjlok menjadi hanya sekitar 200 ribuan ton.

"Padahal Indonesia itu industri pengolahan coklatnya nomor 3 di dunia. Tapi kita impor biji coklatnya besar sekali, 63%," kata dia.

Karena itu, Putu mengatakan, Indonesia tidak bisa langsung menutup keran impor.

"Kita harus lakukan perbaikan-perbaikan di sisi on farm, untuk menjaga suplai bahan baku," kata Putu.

Sementara itu, Ketua Bagian Kebijakan Publik Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Rachmat Hidayat menambahkan, rata-rata impor oleh industri makanan dan minuman adalah bahan baku dan produk antara.

Dia mencontohkan, impor gula mentah yang hampir 100% diimpor oleh industri gula untuk digunakan industri makanan dan minuman. Karena sektor hulu dalam negeri belum mampu menyediakan untuk kebutuhan dalam negeri.

"Gula, kedelai, jagung juga impor mungkin 50%, daging sapi itu 80-an persen impor, konsentrat buah-buahan untuk industri jus dan sebagainya pun harus impor mungkin 70%. Bahkan, konsentrat jambu biji harus impor. Garam mungkin 60% harus impor. Lalu produk susu dan turunannya, gandum 100% harus impor," kata Rachmat.

"Bahkan kakao masih harus impor. Sejak Kementerian Perindustrian sukses hilirisasi (kakao), ini bagus, tapi sektor hulu tidak bisa memenuhi kebutuhan. Bahkan turun sampai 60% kapasitas. Sementara industrialisasi kakao selama 10 tahun ini meningkat lebih 100%," katanya.

Karena itu, lanjut dia, untuk mengatasi ketergantungan impor bahan baku maupun bahan antara untuk industri makanan dan minuman hanya bisa dilakukan dengan kebijakan yang holistik.

"Sektor hulu harus dukung penuh supaya paling tidak bisa dominan gunakan bahan baku lokal," pungkas Rachmat.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aturan Persulit Impor Bahan Baku! Importir Sampai Harus PHK?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular