Piala Dunia 2018

Belajar dari Paulinho: Tuntutlah Ilmu Hingga ke Negeri China

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 June 2018 15:48
Belajar dari Paulinho: Tuntutlah Ilmu Hingga ke Negeri China
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Hari ini, cerita Jerman yang tersingkir mendominasi obrolan Piala Dunia 2018. Kepulangan sang juara bertahan menutup kemenangan juara dunia lima kali, Brasil, atas Serbia. 

Brasil yang sempat kurang meyakinkan di laga awal melawan Swiss tampil trengginas di dua laga berikutnya. Kontra Kosta Rika dan Serbia, Tim Samba menang dengan skor masing-masing 2-0. 

Philippe Coutinho boleh menjadi bintang dengan mencetak dua gol dalam tiga pertandingan fase grup. Namun ada sosok unsung hero lainnya di Brasil. Dia yang memegang peran penting tetapi kurang mendapat sorotan. 

Namanya adalah Paulinho, rekan seklub Coutinho di Barcelona. Posisinya sebagai gelandang box-to-box memang membuatnya seolah kurang kreatif. Beda dengan Coutinho atau Neymar Jr yang sering mempertontonkan skill kelas dunia. Paulinho enggak Brasil banget lah. 

Namun Paulinho memberikan keseimbangan bagi tim, baik di Barcelona maupun kala membela negara. Musim lalu, penampilan Paulinho di Barcelona pun lumayan ciamik. 

Paulinho tampil 49 kali membela Barcelona musim lalu dengan sumbangan sembilan gol. Lumayan untuk ukuran seorang gelandang. 

Padahal sebelumnya hampir semua penggemar sepakbola bertanya-tanya. Mengapa Barcelona mau merekrut Paulinho yang bermain di klub Liga China bersama Guangzhou Evergrande? Apalagi biayanya tidak bisa dibilang murah, kabarnya sekitar 40 jura euro (Rp 660,71 miliar dengan kurs saat ini). 

Catatan Paulinho tambah meragukan karena dicap gagal saat bermain di Eropa membela Tottenham Hotspur. Anggapan itu ada karena Spurs melegonya ke China dengan mahar 14 juta euro (Rp 231,26 miliar), lebih rendah ketimbang biaya saat The Lilywhites memboyongnya dari Corinthians, yaitu sekitar 19 juta euro (Rp 318,04 miliar). 

Tidak banyak yang tahu apa yang terjadi selama Paulinho di China. Namun kalau penampilannya tidak impresif, tidak mungkin Barcelona berani membajaknya.

Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri Barcelona pasti melakukan perjudian besar dengan Paulinho.
 Perjudian Barcelona sukses. Paulinho menjelma jadi pemain kunci di Barcelona, dan membuat pelatih tim nasional Brasil, Tite, percaya untuk membawanya ke Rusia 2018. 

Kisah Paulinho menjadi menarik, karena ternyata meski bermain di China tidak membuat seorang pemain menjadi lembek, menjadi kurang kompetitif. Ternyata Liga Super China tidak secupu yang kita kira, karena alumnusnya bisa menjadi pemain andalan Barcelona dan tim nasional Brasil. 

Asosiasi Sepakbola Asia (AFC) menempatkan Liga Super China sebagai kompetisi domestik nomor satu di Benua Kuning. Ini menandakan liga sepakbola Negeri Tirai Bambu sangat baik, kompetitif, dan berkelas tinggi, setidaknya di Asia.

Liga Super China mulai digelar pada 2004, sebagai reformasi dari liga sebelumnya yaitu Jia-A League. Awalnya diikuti 12 tim, kini ada 16 klub yang berlaga di Liga Super China.

China serius membangun liga sepakbola domestik karena didukung penuh oleh pemerintah. Bahkan untuk menarik minat pemain-pemain top dunia, klub berani menawarkan gaji selangit.

Tahun lalu, rata-rata gaji pemain di Liga Super China adalah US$1,02 juta atau sekitar Rp 14,54 miliar per tahun. Nama-nama besar pun tergiur untuk mencicipi manisnya uang China. Misalnya Oscar dan Hulk (Shanghai SIPG), Yannick Carrasco (Dalian Yifang), Axel Witsel (Tianjin Quanjian), sampai Javier Mascherano (Hebei China Fortune).

Kedatangan para bintang ini mendatangkan dua berkah. Pertama adalah menarik minat penonton sehingga sepakbola semakin populer di China.

Tahun lalu, rata-rata jumlah penonton yang hadir di stadion tercatat 23.766. Ini adalah rataan tertinggi kelima dunia untuk liga sepakbola domestik. Liga Super China hanya kalah dari Bundesliga Jerman, Liga Primer Inggris, La Liga Spanyol, dan Liga MX Meksiko.

Belajar dari Paulinho: Tuntutlah Ilmu Hingga ke Negeri ChinaChina Super League
Popularitas sepakbola yang semakin meningkat juga menggoda pelaku bisnis untuk merapat. Berbagai perusahaan besar rela menjadi sponsor klub-klub Liga Super China.

Saat ini, raksasa e-commerce dunia Alibaba juga sudah ikut menanamkan modal di kompetisi tersebut. Perusahaan besutan Jack Ma tersebut memiliki 37,81% saham klub Guangzhou Evergrande.


Kehadiran pemodal besar membuat Guangzhou Evergrande menjadi klub kaya raya. Sekarang klub ini dilatih oleh legenda Italia, Fabio Cannavaro.

Berkah kedua adalah kompetisi di Liga Super China menjadi berkelas. Kehadiran pemain-pemain top tentu menaikkan level permainan Liga Super China. Kompetisi menjadi ketat dan tidak kalah jauh dengan liga-liga mapan di Eropa atau Amerika Selatan.

Situasi ini membuat pemain kelas dunia pun tetap tertempa kala bermain di Liga Super China. Kualitas mereka pun tidak menurun dan tetap kompetitif. Mereka siap jika suatu saat harus kembali ke Eropa atau Amerika Latin.

Sosok Paulinho membuat kita bisa mengambil pelajaran. Ternyata China bukan sekedar tempat mencari uang bagi pesepakbola. China bukan sekedar tempat untuk mengakhiri karier.

Liga Super China tetap menawarkan tantangan dan kompetisi yang ketat. Paulinho yang alumnus Liga Super China terbukti bisa tetap berkibar setelah second comeback-nya ke Eropa.

Jadi, tuntutlah ilmu sampai ke Negeri China...


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/prm) Next Article Deretan Pemain Mahal di Piala Dunia 2018

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular