
Internasional
Pabrikan Mobil: Tarif Trump Akan Pangkas Lapangan Kerja AS
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
28 June 2018 12:09

Washington, CNBC Indonesia - Dua kelompok perdagangan otomotif utama pada hari Rabu (27/6/2018) memperingatkan pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bahwa kebijakannya memaksakan penerapan tarif hingga 25% pada kendaraan impor akan berdampak buruk.
Kedua asosiasi mengatakan tarif itu akan menghilangkan ratusan ribu pekerjaan di bidang otomotif dan menaikkan harga kendaraan serta mengancam belanja industri pada mobil tanpa sopir atau self-driving.
Sebuah koalisi yang mewakili produsen asing utama, termasuk Toyota Motor Corp, Volkswagen AG, BMW AG, dan Hyundai Motor Co, mengatakan bea masuk akan merugikan produsen mobil dan konsumen AS. Pemerintah pada bulan Mei meluncurkan penyelidikan apakah kendaraan impor menimbulkan ancaman keamanan nasional dan Trump telah berulang kali mengancam akan segera memberlakukan tarif.
"Ancaman terbesar bagi industri otomotif AS saat ini adalah kemungkinan pemerintah akan mengenakan bea impor terkait dengan penyelidikan ini," tulis Asosiasi Global Automakers yang mewakili produsen asing utama. "Tarif tersebut akan menaikkan harga untuk konsumen Amerika, membatasi pilihan mereka, dan menekan penjualan dan produksi kendaraan AS."
"Bukannya menciptakan pekerjaan, tarif ini akan mengakibatkan hilangnya ratusan ribu pekerjaan Amerika yang memproduksi dan menjual mobil, SUV, truk, dan suku cadang mobil," tambah kelompok itu, dilansir dari Reuters hari Kamis (28/6/2018).
Pada hari Jumat Trump mengancam untuk memberlakukan tarif 20% pada semua impor mobil yang dirakit Uni Eropa. Hari Selasa, Trump mengatakan tarif akan segera disahkan.
"Kami sedang menyelesaikan studi kami tentang tarif terhadap mobil dari UE karena mereka telah lama memanfaatkan AS dalam bentuk Hambatan dan Tarif Perdagangan. Pada akhirnya semuanya akan berakhir dan itu tidak akan memakan waktu lama!" cuit Trump di Twitternya.
Aliansi Produsen Mobil, yang mewakili General Motors Co, Ford Motor Co, Daimler AG, Toyota, dan lainnya, dalam komentar terpisah yang diajukan hari Rabu mendesak pemerintah untuk tidak melanjutkan rencana itu.
"Kami percaya dampak dari tarif terhadap kendaraan impor dan komponen kendaraan pada akhirnya akan membahayakan keamanan ekonomi AS dan melemahkan keamanan nasional kita," tulis kelompok itu, menyebut tarif sebagai 'kesalahan' dan menambahkan bahwa memaksakan tarif "bisa dengan sangat baik menciptakan preseden berbahaya yang bisa digunakan negara lain untuk melindungi pasar lokal mereka dari kompetisi asing".
Aliansi itu mengatakan analisisnya terhadap data penjualan otomotif 2017 menunjukkan tarif 25% untuk kendaraan impor akan menghasilkan peningkatan harga rata-rata US$5.800 (Rp 83 juta), yang akan meningkatkan biaya untuk konsumen Amerika hampir US$45 miliar per tahun.
Para pembuat mobil khawatir tarif itu akan mengakibatkan mereka harus mengerem modal untuk pengembangan mobil self-driving dan kendaraan listrik.
"Kami sudah berada di tengah-tengah perlombaan global yang intens untuk memimpin bisnis elektrifikasi dan otomatisasi. Peningkatan biaya yang terkait dengan tarif yang diusulkan, dapat mengakibatkan berkurangnya daya saing AS dalam mengembangkan teknoligi canggih ini," tulis aliansi tersebut.
Toyota, dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu mengatakan tarif baru "akan menaikkan biaya setiap kendaraan yang dijual di negara ini". Bahkan, produsen mobil itu mengatakan tarif akan menyebabkan harga Toyota Camry yang dibangun di Kentucky, meningkat hingga US$1.800.
Kedua kelompok perdagangan otomotif mengutip sebuah studi yang digagas oleh Peterson Institute for International Economics bahwa pekerjaan AS yang menjadi korban pengenaan bea impor adalah 195.000 pekerjaan dan bisa mencapai 624.000 pekerjaan jika negara lain membalas.
Asosiasi Jerman untuk Usaha Kecil dan Menengah mengatakan "pola proteksionisme yang meningkat sangat mungkin berlanjut jika AS memutuskan mengenakan tarif pada mobil asing dan suku cadang kendaraan bermotor, sehingga menyebabkan kerusakan luar biasa pada kedua perekonomian."
Gubernur Alabama Kay Ivey, negara bagian yang menghasilkan hampir 1 juta kendaraan dan 1,7 juta mesin yang dibuat oleh pembuat mobil asing tahun lalu, mendesak Departemen Perdagangan untuk tidak menerapkan bea masuk. Dia mengatakan kehilangan pekerjaan akibat tarif baru bisa 'menghancurkan'.
Trump telah menjadikan tarif sebagai bagian penting dari pesan ekonominya dan berulang kali meratapi defisit perdagangan sektor otomotif AS, terutama dengan Jerman dan Jepang.
Beberapa pembantunya menyatakan upaya tersebut adalah cara untuk mencoba menekan Kanada dan Meksiko agar membuat lebih banyak konsesi dalam perundingan renegosiasi Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA).
Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross pada hari Kamis mengatakan lembaganya itu ingin menyelesaikan penyelidikan pada akhir Juli atau Agustus. Departemen Perdagangan berencana untuk menghimpun komentar publik selama dua hari pada bulan Juli terkait penyelidikan impor mobil itu.
Departemen Perdagangan telah menanyakan apakah mereka harus menganggap pabrikan mobil milik AS berbeda dari pembuat mobil asing.
Asosiasi Produsen Otomotif Global atau Association of Global Automakers menolak anggapan itu, mengatakan pekerja Amerika yang dipekerjakan anggotanya "tidak kurang patriotik atau bersedia melayani negara mereka di saat krisis dibandingkan orang Amerika lainnya".
Kelompok ini mempertanyakan keamanan nasional sebagai alasan untuk membatasi impor.
"Amerika tidak pergi berperang naik Ford Fiesta," tambah mereka.
Aliansi itu mengatakan "tidak ada dasar untuk mengklaim bahwa impor yang terkait secara otomatis merupakan ancaman bagi keamanan nasional" dan mencatat bahwa 98% impor otomotif AS berasal dari sekutu keamanan nasional AS.
(prm) Next Article UE Galang Dukungan untuk Pangkas Bea Impor Mobil
Kedua asosiasi mengatakan tarif itu akan menghilangkan ratusan ribu pekerjaan di bidang otomotif dan menaikkan harga kendaraan serta mengancam belanja industri pada mobil tanpa sopir atau self-driving.
Sebuah koalisi yang mewakili produsen asing utama, termasuk Toyota Motor Corp, Volkswagen AG, BMW AG, dan Hyundai Motor Co, mengatakan bea masuk akan merugikan produsen mobil dan konsumen AS. Pemerintah pada bulan Mei meluncurkan penyelidikan apakah kendaraan impor menimbulkan ancaman keamanan nasional dan Trump telah berulang kali mengancam akan segera memberlakukan tarif.
"Bukannya menciptakan pekerjaan, tarif ini akan mengakibatkan hilangnya ratusan ribu pekerjaan Amerika yang memproduksi dan menjual mobil, SUV, truk, dan suku cadang mobil," tambah kelompok itu, dilansir dari Reuters hari Kamis (28/6/2018).
Pada hari Jumat Trump mengancam untuk memberlakukan tarif 20% pada semua impor mobil yang dirakit Uni Eropa. Hari Selasa, Trump mengatakan tarif akan segera disahkan.
"Kami sedang menyelesaikan studi kami tentang tarif terhadap mobil dari UE karena mereka telah lama memanfaatkan AS dalam bentuk Hambatan dan Tarif Perdagangan. Pada akhirnya semuanya akan berakhir dan itu tidak akan memakan waktu lama!" cuit Trump di Twitternya.
Aliansi Produsen Mobil, yang mewakili General Motors Co, Ford Motor Co, Daimler AG, Toyota, dan lainnya, dalam komentar terpisah yang diajukan hari Rabu mendesak pemerintah untuk tidak melanjutkan rencana itu.
"Kami percaya dampak dari tarif terhadap kendaraan impor dan komponen kendaraan pada akhirnya akan membahayakan keamanan ekonomi AS dan melemahkan keamanan nasional kita," tulis kelompok itu, menyebut tarif sebagai 'kesalahan' dan menambahkan bahwa memaksakan tarif "bisa dengan sangat baik menciptakan preseden berbahaya yang bisa digunakan negara lain untuk melindungi pasar lokal mereka dari kompetisi asing".
Aliansi itu mengatakan analisisnya terhadap data penjualan otomotif 2017 menunjukkan tarif 25% untuk kendaraan impor akan menghasilkan peningkatan harga rata-rata US$5.800 (Rp 83 juta), yang akan meningkatkan biaya untuk konsumen Amerika hampir US$45 miliar per tahun.
Para pembuat mobil khawatir tarif itu akan mengakibatkan mereka harus mengerem modal untuk pengembangan mobil self-driving dan kendaraan listrik.
"Kami sudah berada di tengah-tengah perlombaan global yang intens untuk memimpin bisnis elektrifikasi dan otomatisasi. Peningkatan biaya yang terkait dengan tarif yang diusulkan, dapat mengakibatkan berkurangnya daya saing AS dalam mengembangkan teknoligi canggih ini," tulis aliansi tersebut.
Toyota, dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu mengatakan tarif baru "akan menaikkan biaya setiap kendaraan yang dijual di negara ini". Bahkan, produsen mobil itu mengatakan tarif akan menyebabkan harga Toyota Camry yang dibangun di Kentucky, meningkat hingga US$1.800.
Kedua kelompok perdagangan otomotif mengutip sebuah studi yang digagas oleh Peterson Institute for International Economics bahwa pekerjaan AS yang menjadi korban pengenaan bea impor adalah 195.000 pekerjaan dan bisa mencapai 624.000 pekerjaan jika negara lain membalas.
Asosiasi Jerman untuk Usaha Kecil dan Menengah mengatakan "pola proteksionisme yang meningkat sangat mungkin berlanjut jika AS memutuskan mengenakan tarif pada mobil asing dan suku cadang kendaraan bermotor, sehingga menyebabkan kerusakan luar biasa pada kedua perekonomian."
Gubernur Alabama Kay Ivey, negara bagian yang menghasilkan hampir 1 juta kendaraan dan 1,7 juta mesin yang dibuat oleh pembuat mobil asing tahun lalu, mendesak Departemen Perdagangan untuk tidak menerapkan bea masuk. Dia mengatakan kehilangan pekerjaan akibat tarif baru bisa 'menghancurkan'.
Trump telah menjadikan tarif sebagai bagian penting dari pesan ekonominya dan berulang kali meratapi defisit perdagangan sektor otomotif AS, terutama dengan Jerman dan Jepang.
Beberapa pembantunya menyatakan upaya tersebut adalah cara untuk mencoba menekan Kanada dan Meksiko agar membuat lebih banyak konsesi dalam perundingan renegosiasi Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA).
Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross pada hari Kamis mengatakan lembaganya itu ingin menyelesaikan penyelidikan pada akhir Juli atau Agustus. Departemen Perdagangan berencana untuk menghimpun komentar publik selama dua hari pada bulan Juli terkait penyelidikan impor mobil itu.
Departemen Perdagangan telah menanyakan apakah mereka harus menganggap pabrikan mobil milik AS berbeda dari pembuat mobil asing.
Amerika tidak pergi berperang naik Ford Fiesta.The Association of Global Automakers |
Asosiasi Produsen Otomotif Global atau Association of Global Automakers menolak anggapan itu, mengatakan pekerja Amerika yang dipekerjakan anggotanya "tidak kurang patriotik atau bersedia melayani negara mereka di saat krisis dibandingkan orang Amerika lainnya".
Kelompok ini mempertanyakan keamanan nasional sebagai alasan untuk membatasi impor.
"Amerika tidak pergi berperang naik Ford Fiesta," tambah mereka.
Aliansi itu mengatakan "tidak ada dasar untuk mengklaim bahwa impor yang terkait secara otomatis merupakan ancaman bagi keamanan nasional" dan mencatat bahwa 98% impor otomotif AS berasal dari sekutu keamanan nasional AS.
(prm) Next Article UE Galang Dukungan untuk Pangkas Bea Impor Mobil
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular