
Internasional
Air Bisa Bangkitkan Lagi Perseteruan Lama Malaysia-Singapura
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
26 June 2018 16:48

Jakarta, CNBC Indonesia - Selama lebih dari setengah abad, Singapura mendapatkan separuh kebutuhan air segar dari negara tetangga, Malaysia. Ini merupakan salah satu kesepakatan yang ditandatangani ketika Singapura memisahkan diri dari Malaysia.
Namun, kesepakatan ini sedang terancam seiring dengan keinginan Malaysia untuk mengurangi tumpukan utang negara. Masalah air ini juga menjadikan hubungan kedua negara kembali bergejolak.
Dalam beberapa minggu pertama ketika menjadi Perdana Menteri, Mahathir Mohamad memberikan perhatian besar utang negara sekitar 1 triliun ringgit (US$249,19 miliar) yang disebabkan korupsi di masa lalu. Mahathir telah menunda beberapa proyek dan memotong gaji para menteri.
Dilansir dari Reuters, sekarang Mahathir membidik harga air yang dijual ke Singapura. Ia ingin menegosiasikan kembali besaran harga air.
Dalam wawancara dengan Channel NewsAsia yang dipublikasikan pada hari Senin (26/6/2018) Mahathir mengatakan kesepakatan air tersebut saat ini sangat konyol. "Itu cara yang baik namun hanya pada tahun 1990-an atau 1930-an," ujarnya.
Dalam sebuah pernyataan melalui e-mail pada Senin, Kementerian Luar Negeri Singapura mengatakan kedua belah pihak harus sepenuhnya mematuhi semua ketentuan perjanjian tersebut.
Ketika Mahathir memimpin Malaysia, dari 1981 hingga 2003, pasokan air menjadi penyebab cekcok kedua negara. Sejak kembali berkuasa, hubungan diplomatik kedua kembali meregang setelah Mahathir menghentikan proyek rel kecepatan tinggi yang menghubungkan Kuala Lumpur-Singapura. Malaysia juga berencana mengembangkan bank lepas pantai yang menjadi subyek sengketa teritorial.
Beberapa pengamat memprediksi Mahathir bisa kembali membangkitkan perselisihan air. Malaysia harus membayar denda ke Singapura jika membatalkan perjanjian kereta cepat seperti yang disarankan Mahathir.
"Ini bukan hanya tentang uang. Dia (Mahathir) adalah negarawan yang sangat cerdik," kata Nicholas Fang, direktur keamanan dan urusan global di lembaga think tank Singapore Institute of International Affairs. "Dia tahu bagaimana menempatkan tuas yang berbeda sehingga dia dapat menariknnya untuk mempengaruhi hal-hal tertentu."
Namun, kesepakatan ini sedang terancam seiring dengan keinginan Malaysia untuk mengurangi tumpukan utang negara. Masalah air ini juga menjadikan hubungan kedua negara kembali bergejolak.
Dalam wawancara dengan Channel NewsAsia yang dipublikasikan pada hari Senin (26/6/2018) Mahathir mengatakan kesepakatan air tersebut saat ini sangat konyol. "Itu cara yang baik namun hanya pada tahun 1990-an atau 1930-an," ujarnya.
Dalam sebuah pernyataan melalui e-mail pada Senin, Kementerian Luar Negeri Singapura mengatakan kedua belah pihak harus sepenuhnya mematuhi semua ketentuan perjanjian tersebut.
Ketika Mahathir memimpin Malaysia, dari 1981 hingga 2003, pasokan air menjadi penyebab cekcok kedua negara. Sejak kembali berkuasa, hubungan diplomatik kedua kembali meregang setelah Mahathir menghentikan proyek rel kecepatan tinggi yang menghubungkan Kuala Lumpur-Singapura. Malaysia juga berencana mengembangkan bank lepas pantai yang menjadi subyek sengketa teritorial.
Beberapa pengamat memprediksi Mahathir bisa kembali membangkitkan perselisihan air. Malaysia harus membayar denda ke Singapura jika membatalkan perjanjian kereta cepat seperti yang disarankan Mahathir.
"Ini bukan hanya tentang uang. Dia (Mahathir) adalah negarawan yang sangat cerdik," kata Nicholas Fang, direktur keamanan dan urusan global di lembaga think tank Singapore Institute of International Affairs. "Dia tahu bagaimana menempatkan tuas yang berbeda sehingga dia dapat menariknnya untuk mempengaruhi hal-hal tertentu."
Next Page
Minta kenaikan harga
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular