
Tesla Tuntut Mantan Karyawan Atas Dugaan Pencurian Data
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
21 June 2018 15:46

Jakarta, CNBC Indonesia - Tesla menuntut mantan karyawannya atas dugaan membocorkan beberapa gigabyte data rahasia secara ilegal, menurut gugatan hukum yang diajukan hari Rabu (20/6/2018) di Nevada.
Produsen mobil listrik itu mengatakan ini hanyalah awal untuk memahami semua dugaan aktivitas ilegal dari mantan teknisi proses bernama Martin Tripp. Gugatan itu mengatakan Tripp "sejauh ini mengaku membuat software [piranti lunak] yang meretas sistem operasi manufaktur (Manufacturing Operating System/MOS) Tesla dan mentrasfer beberapa gigabyte data Tesla ke entitas luar".
Data itu termasuk "puluhan foto dan video rahasia tentang sistem manufaktur Tesla".
Ditambah lagi, perusahaan itu juga menduga Tripp membuat kode komputer untuk mengekspor data Tesla ke orang-orang di luar perusahaan secara berkala.
Lebih lanjut gugataan itu menduga Tripp memberikan pernyataan palsu ke media.
"Misalnya, Tripp mengklaim sel baterai yang bocor digunakan untuk kendaraan-kendaraan Model 3 tertentu meskipun tidak ada sel bocor yang pernah digunakan di kendaraan, baterai, atau apapun," menurut gugatan itu, dilansir dari CNBC International.
"Tripp juga sangat membesar-besarkan jumlah dan nilai sebenarnya dari bahan 'kepingan' yang Tesla hasilkan selama proses manfaktur, dan membuat klaim palsu bahwa Tesla menunda membawa peralatan manufaktur baru online."
Dalam gugatan itu perusahaan mengatakan Tripp mengeluh dia belum diberi posisi yang lebih senior di perusahaan itu, agresif, dan mengganggu sesama karyawan. Gugatan tersebut menduga Tripp melakukan tindakan itu sebagai pembalasan karena ditugaskan kembali ke posisi baru di Tesla.
Tesla menolak untuk berkomentar terkait gugatan ini. Tripp juga tidak bisa dimintai keterangan.
Gugatan ini muncul setelah CNBC memberitakan bahwa CEO Tesla Elon Musk mengirimkan surat elektronik ke seluruh karyawan Tesla karena menduga seorang karyawan melakukan sabotase besar-besaran. CNBC kemudian mengetahui bahwa karyawan yang digugat tersebut adalah orang yang dibahas di surel itu.
(prm) Next Article Keuangan Tesla Masih Berdarah-darah, Merugi USD 408 Juta
Produsen mobil listrik itu mengatakan ini hanyalah awal untuk memahami semua dugaan aktivitas ilegal dari mantan teknisi proses bernama Martin Tripp. Gugatan itu mengatakan Tripp "sejauh ini mengaku membuat software [piranti lunak] yang meretas sistem operasi manufaktur (Manufacturing Operating System/MOS) Tesla dan mentrasfer beberapa gigabyte data Tesla ke entitas luar".
Data itu termasuk "puluhan foto dan video rahasia tentang sistem manufaktur Tesla".
Lebih lanjut gugataan itu menduga Tripp memberikan pernyataan palsu ke media.
"Misalnya, Tripp mengklaim sel baterai yang bocor digunakan untuk kendaraan-kendaraan Model 3 tertentu meskipun tidak ada sel bocor yang pernah digunakan di kendaraan, baterai, atau apapun," menurut gugatan itu, dilansir dari CNBC International.
"Tripp juga sangat membesar-besarkan jumlah dan nilai sebenarnya dari bahan 'kepingan' yang Tesla hasilkan selama proses manfaktur, dan membuat klaim palsu bahwa Tesla menunda membawa peralatan manufaktur baru online."
Dalam gugatan itu perusahaan mengatakan Tripp mengeluh dia belum diberi posisi yang lebih senior di perusahaan itu, agresif, dan mengganggu sesama karyawan. Gugatan tersebut menduga Tripp melakukan tindakan itu sebagai pembalasan karena ditugaskan kembali ke posisi baru di Tesla.
Tesla menolak untuk berkomentar terkait gugatan ini. Tripp juga tidak bisa dimintai keterangan.
Gugatan ini muncul setelah CNBC memberitakan bahwa CEO Tesla Elon Musk mengirimkan surat elektronik ke seluruh karyawan Tesla karena menduga seorang karyawan melakukan sabotase besar-besaran. CNBC kemudian mengetahui bahwa karyawan yang digugat tersebut adalah orang yang dibahas di surel itu.
(prm) Next Article Keuangan Tesla Masih Berdarah-darah, Merugi USD 408 Juta
Most Popular