Internasional

Meski Tak Diajak, Rusia Bisa Pengaruhi Pertemuan Trump-Kim

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
08 June 2018 17:25
Moscow memiliki kepentingannya sendiri di Semenanjung Korea. Rusia akan mengawasi perbincangan antara Trump-Kim pekan depan berdampak ke tujuan Rusia.
Foto: REUTERS/Kim Hong-Ji
Jakarta, CNBC Indonesia - Kremlin belum pernah menjadi yang terdepan ataupun berada di tengah-tengah diskusi tentang persenjataan nuklir Korea Utara (Korut). Namun, karena memiliki relasi yang panjang dengan Pyongyang, Moscow kemungkinan tidak bisa mengabaikan segala potensi kesepakatan damai.

"Walaupun profil publiknya relatif rendah sebagai pemain di negosiasi Korea Utara, kemampuan di balik layar Rusia untuk mengacaukan prosesnya tidak boleh diremehkan," kata Elizabeth Economy, Direktur Kajian Asia di Council on Foreign Relations, dalam catatannya hari Kamis (7/6/2018) yang dikutip CNBC International.

Pemerintahan Presiden Rusia Vladimir Putin memainkan "peran penting sebagai negosiator di balik layar, spoiler [penyebar informasi] dan sekutu yang jahat," jadi seharusnya jangan dikesampingkan dari negosiasi nuklir, katanya.

Putin berpengaruh untuk Pyongyang maupun Seoul berkat hubungan kuat selama bertahun-tahun dengan dua negara tetangga itu. Moscow mencoba memainkan peran sebagai broker yang jujur di masa lampau dengan mempromosikan diplomasi inter-Korea.

Beberapa hari setelah Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengunjungi Korut pekan lalu, Kremlin mengundang Kim Jong Un ke Moscow.


Layaknya China, Moscow memiliki kepentingannya sendiri di Semenanjung Korea. Negara itu akan mengawasi bagaimana perbincangan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Kim pekan depan berdampak ke tujuannya.

Pekan ini, Putin memuji keputusan Trump untuk mengadakan pertemuan tingkat tinggi di tanggal 12 Juni sebagai tindakan yang "sangat berani dan dewasa".

Salah satu tujuan Rusia adalah membangun saluran pipa gas alam cair di Korut, sehingga bisa mempertahankan statusnya sebagai pemasok energi besar di tengah meningkatnya kompetisi AS dan Australia, menurut laporan terbaru dari perusahaan analisis Advisor Perspectives.


Moscow telah membangun relasi ekonomi, budaya dan komersial yang kuat dengan Korut selama beberapa dekade terakhir. Setelah China, Rusia diyakini akan memiliki pengaruh ekonomi terbesar di Korut yang masih menjadi tujuan terbesar untuk tenaga kerjanya. Bisnis Rusia pun lazim ditemui di pelabuhan Rajin di Korut.

"Uni Soviet bantu menciptakan" Korea Utara yang modern, kata Deputi Direktur Riset di Far Easter Federal University Vladivostok Artyom Lukin dalam laporan di bulan November 2017. Dia merujuk ke hubungan ideologi yang sudah terjalin lama antara kedua negara. Apalagi, "Rusia masih menjadi satu-satunya negara selain China yang menyediakan [Korut] jalinan transportasi dan telekomunikasi yang permanen".

Hubungan semacam itu menggarisbawahi keraguan Putin untuk memberlakukan sanksi internasional ke Korut, ditambah lagi kabar bahwa perusahaan Rusia terus mengekspor energi ke negara yang kekurangan sumber daya itu.


Dalam berbagai cara, kepentingan Rusia di Korut bersamaan dengan kepentingan China. Keduanya sama-sama ingin mencegah dominasi AS di Asia Utara.



(roy) Next Article Trump: Pertemuan AS-Korut Tetap Berlangsung Sesuai Jadwal

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular