Syukurlah Indonesia Tak Jadi Tuan Rumah Piala Dunia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 June 2018 14:31

Namun, pasti ada suara-suara yang justru bersyukur. Pasalnya, menjadi shahibul bayt Piala Dunia bukan urusan gampang. Persiapannya butuh waktu, tenaga, dan tentu saja uang.
Ambil contoh pembangunan stadion. PSSI berjanji membangun tujuh stadion baru berstandar dunia demi menggelar Piala Dunia.
Pembangunan stadion tidak murah, kawan. Demi membangun dan merenovasi stadion untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia, Rusia menghabiskan 203,5 miliar rubel. Jika dikonversi dalam rupiah, maka hasilnya adalah sekitar Rp 45,65 triliun. Ini baru dari sisi stadion, belum sarana dan prasarana lainnya.
Piala Dunia membuat belanja pemerintah meningkat karena kebutuhan pembangunan infrastruktur dan sebagainya. Pemerintah Rusia pun harus merelakan anggaran negara terus mengalami defisit dalam jumlah yang lumayan.
Kasus serupa tidak hanya terjadi di Rusia. Tuan rumah Piala Dunia 2014, Brasil, juga harus memeras anggaran.
Mengutip laporan Sport Business Journal, biaya Negeri Samba untuk menjadi tuan rumah mencapai US$15 miliar-20 miliar (Rp 208,93 triliun-278,58 triliun dengan kurs sekarang). Sementara pendapatan dari hak siar, tiket, sponsor, dan pemasaran menjadi hak FIFA. Brasil kira-kira hanya menikmati sekitar US$500 juta (Rp 6,97 triliun) dari pengeluaran turis.
FIFA memang kemudian memberi 'santunan' kepada Brasil atas nama World Cup Legacy Fund. Namun, nilainya hanya US$100 juta (Rp 1,39 triliun). Intinya, Brasil rugi berat. Tekor mati-matian demi menjadi tuan rumah Piala Dunia.
Apalagi setelah Piala Dunia beberapa infrastruktur yang dibangun justru menjadi beban. Infrastruktur ini tidak bisa menghasilkan pendapatan, dan malah mangkrak.
(aji/prm)
Ambil contoh pembangunan stadion. PSSI berjanji membangun tujuh stadion baru berstandar dunia demi menggelar Piala Dunia.
Pembangunan stadion tidak murah, kawan. Demi membangun dan merenovasi stadion untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia, Rusia menghabiskan 203,5 miliar rubel. Jika dikonversi dalam rupiah, maka hasilnya adalah sekitar Rp 45,65 triliun. Ini baru dari sisi stadion, belum sarana dan prasarana lainnya.
![]() |
Mengutip laporan Sport Business Journal, biaya Negeri Samba untuk menjadi tuan rumah mencapai US$15 miliar-20 miliar (Rp 208,93 triliun-278,58 triliun dengan kurs sekarang). Sementara pendapatan dari hak siar, tiket, sponsor, dan pemasaran menjadi hak FIFA. Brasil kira-kira hanya menikmati sekitar US$500 juta (Rp 6,97 triliun) dari pengeluaran turis.
FIFA memang kemudian memberi 'santunan' kepada Brasil atas nama World Cup Legacy Fund. Namun, nilainya hanya US$100 juta (Rp 1,39 triliun). Intinya, Brasil rugi berat. Tekor mati-matian demi menjadi tuan rumah Piala Dunia.
Apalagi setelah Piala Dunia beberapa infrastruktur yang dibangun justru menjadi beban. Infrastruktur ini tidak bisa menghasilkan pendapatan, dan malah mangkrak.
(aji/prm)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular