
Produksi Blok Mahakam Meleset dari Target
Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
07 June 2018 11:01

Jakarta, CNBC Indonesia- Produksi minyak dan gas bumi dari blok Mahakam masih di bawah target yang diharapkan.
Hingga Mei lalu, produksi minyak PT Pertamina Hulu Mahakam hanya mencapai 92,47%, yaitu 44.638 barel per hari dari target 48.271 barel. Sementara untuk produksi gas bumi, capaian hanya 84% yaitu 932.700 MMSCFD dari target 1,2 juta MMSCFD.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabawa Taher menyampaikan ada beberapa hal yang menjadi kendala atas belum tercapainya target yang ditetapkan. Salah satunya adalah belum selesainya program pengembangan, yang sebenarnya telah dimulai sejak masa transisi pengelolaan dari Total E&P Indonesia tahun lalu.
"Kendala di blok Mahakam sebenarnya kombinasi, bukan hanya pengembangan belum selesai, namun terkait fasilitas operasi, tiba-tiba ada mesin rusak, pipa yg harus perlu diperbaiki, macam-macam," terang Wisnu saat acara buka puasa bersama media, Rabu (6/6/2018).
Wisnu melihat eksekusi program di blok Mahakam masih membutuhkan waktu lebih untuk bisa selesai menyeluruh. "Namun memang masih butuh waktu untuk pengembangan, terbukti dengan lifting yang masih belum memenuhi ekspektasi kita," tambah dia.
Khusus untuk gas, dia menyebut ada pula kendala dari segi penyerapan oleh pembeli. Hal itu sebenarnya jadi salah satu kendala utama dalam produksi gas sepanjang tahun ini. Penyerapan gas yang belum maksimal, disebut Wisnu berasal dari beberapa sektor. "Dari sektor kelistrikan ada, sedikit dari industri," sebutnya.
Pernyerapan oleh pembeli di luar negeri pun juga, yaitu ekspor yang utamanya dilakukan Singapura. Ekspor ke Singapura, dia sebut mengalami penyesuaian pengambilan sehingga angka belum sesuai. "Kami masih encourage para pembeli agar mengoptimalkan lagi gas yang sudah kita produksikan. Mudah-mudahan kontrak bisa dipenuhi hingga akhir tahun," ujar Wisnu.
Produksi gas blok Mahakam yang rendah, disebut Wisnu masih tertutupi dengan kinerja blok migas lain seperti dari Lapangan Jangkrik yang dikelola Eni Muara Bakau. Produksi gas bumi di sana mencapai 669,5 MMSCFD dari target 435 MMSCFD atau 153,9%.
Sementara itu, tidak tercapainya produksi migas oleh Pertamina tak hanya terjadi di blok Mahakam. Misal, Pertamina Hulu Energi (PHE) juga hanya mencatatkan produksi minyak 75.879 barel per hari dari target 85.869 barel atau 88,37%. Adapun produksi gas hanya 814,4 MMSCFD atau 97,9% dari target. Selanjutnya ada PHE ONWJ Ltd yang memproduksi minyak sebesar 30.457 barel per hari atau 92,29% dari target.
Terkait produksi blok Mahakam yang belum mencapai target ini, Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam pernah mengatakan bahwa tantangan untuk memproduksi migas di blok-blok limpahan yang tergolong tua. Apalagi blok ini juga termasuk kompleks dalam pengelolaannya. "Sulit menahan laju penurunan produksi yang kami upayakan agar jangan sampai produksi anjlok," kata Alam dalam acara buka puasa bersama beberapa waktu lalu.
Blok Mahakam, kata Alam, berusia 50 tahun lebih dengan kondisi memiliki banyak reservoir berukuran kecil dan sampai sekarang belum ditemukan cadangan baru di blok tersebut. Sehingga, penurunan produksi tak bisa dihindari. "Memang harus telaten, harus cari titik-titik untuk diproduksikan lebih baik."
(gus/gus) Next Article SKK Migas: Transisi Blok Mahakam Jadi Pelajaran Mahal
Hingga Mei lalu, produksi minyak PT Pertamina Hulu Mahakam hanya mencapai 92,47%, yaitu 44.638 barel per hari dari target 48.271 barel. Sementara untuk produksi gas bumi, capaian hanya 84% yaitu 932.700 MMSCFD dari target 1,2 juta MMSCFD.
"Kendala di blok Mahakam sebenarnya kombinasi, bukan hanya pengembangan belum selesai, namun terkait fasilitas operasi, tiba-tiba ada mesin rusak, pipa yg harus perlu diperbaiki, macam-macam," terang Wisnu saat acara buka puasa bersama media, Rabu (6/6/2018).
Wisnu melihat eksekusi program di blok Mahakam masih membutuhkan waktu lebih untuk bisa selesai menyeluruh. "Namun memang masih butuh waktu untuk pengembangan, terbukti dengan lifting yang masih belum memenuhi ekspektasi kita," tambah dia.
Khusus untuk gas, dia menyebut ada pula kendala dari segi penyerapan oleh pembeli. Hal itu sebenarnya jadi salah satu kendala utama dalam produksi gas sepanjang tahun ini. Penyerapan gas yang belum maksimal, disebut Wisnu berasal dari beberapa sektor. "Dari sektor kelistrikan ada, sedikit dari industri," sebutnya.
Pernyerapan oleh pembeli di luar negeri pun juga, yaitu ekspor yang utamanya dilakukan Singapura. Ekspor ke Singapura, dia sebut mengalami penyesuaian pengambilan sehingga angka belum sesuai. "Kami masih encourage para pembeli agar mengoptimalkan lagi gas yang sudah kita produksikan. Mudah-mudahan kontrak bisa dipenuhi hingga akhir tahun," ujar Wisnu.
Produksi gas blok Mahakam yang rendah, disebut Wisnu masih tertutupi dengan kinerja blok migas lain seperti dari Lapangan Jangkrik yang dikelola Eni Muara Bakau. Produksi gas bumi di sana mencapai 669,5 MMSCFD dari target 435 MMSCFD atau 153,9%.
Sementara itu, tidak tercapainya produksi migas oleh Pertamina tak hanya terjadi di blok Mahakam. Misal, Pertamina Hulu Energi (PHE) juga hanya mencatatkan produksi minyak 75.879 barel per hari dari target 85.869 barel atau 88,37%. Adapun produksi gas hanya 814,4 MMSCFD atau 97,9% dari target. Selanjutnya ada PHE ONWJ Ltd yang memproduksi minyak sebesar 30.457 barel per hari atau 92,29% dari target.
Terkait produksi blok Mahakam yang belum mencapai target ini, Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam pernah mengatakan bahwa tantangan untuk memproduksi migas di blok-blok limpahan yang tergolong tua. Apalagi blok ini juga termasuk kompleks dalam pengelolaannya. "Sulit menahan laju penurunan produksi yang kami upayakan agar jangan sampai produksi anjlok," kata Alam dalam acara buka puasa bersama beberapa waktu lalu.
Blok Mahakam, kata Alam, berusia 50 tahun lebih dengan kondisi memiliki banyak reservoir berukuran kecil dan sampai sekarang belum ditemukan cadangan baru di blok tersebut. Sehingga, penurunan produksi tak bisa dihindari. "Memang harus telaten, harus cari titik-titik untuk diproduksikan lebih baik."
(gus/gus) Next Article SKK Migas: Transisi Blok Mahakam Jadi Pelajaran Mahal
Most Popular