Internasional
China Dikabarkan Akan Tambah Impor dari AS Rp 971 T
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
06 June 2018 07:13

Washington, CNBC Indonesia - China telah menawarkan diri untuk membeli produk-produk pertanian, industri manufaktur, dan energi Amerika Serikat (AS) senilai US$70 miliar (Rp 971,1 triliun) untuk merayu Negeri Paman Sam agar membatalkan ancaman pengenaan bea impornya, menurut laporan The Wall Street Journal yang dikutip AFP hari Selasa (6/6/2018).
Wakil Perdana Menteri China Liu He, yang juga penasihat ekonomi penting Negeri Tirai Bambu, memaparkan tawaran itu kepada delegasi AS dalam pertemuan terakhir kedua negara di Beijing pekan lalu, Wall Street Journal melaporkan dengan mengutip sumber-sumber yang mengetahui hal tersebut.
Dalam rencana tersebut, China akan membeli sekelompok produk AS, termasuk kacang kedelai, gas alam, minyak mentah, dan batu bara. Namun, tampaknya perundingan itu tidak menghasilkan terobosan apapun untuk mengurangi selisih perdagangan kedua negara.
Perwakilan Departemen Perdagangan AS tidak langsung merespons permintaan konfirmasi dari AFP. Kantor Perwakilan Perdagangan AS Robert Lightizer yang mengirimkan pejabat dalam pembicaraan terakhir itu mengatakan tidak berkomentar atas kabat tersebut.
Ekspor AS ke China mencapai US$130,4 miliar tahun lalu yang berarti China menawarkan kenaikan impor 53,8%.
Dengan hanya menghitung transaksi perdagangan barang, defisit perdagangan AS melonjak mencapai rekornya US$375 miliar tahun lalu. Gedung Putih telah meminta penurunan defisit senilai US$200 miliar.
"Jika Amerika Serikat mengumumkan sanksi perdagangan, termasuk tarif, seluruh capaian perekonomian dan perdagangan yang dinegosiasikan kedua pihak akan batal," kata kantor berita negara China Xinhua hari Minggu.
Menurut laporan Wall Street Journal, Liu sendiri yang menyampaikan ancaman itu kepada Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross. Pernyataan itu muncul setelah Gedung Putih pekan lalu mengumumkan akan melanjutkan rencana penerapan tarif terhadap produk teknologi China.
Daftar barang yang akan dikenakan tarif 25% akan diumumkan tanggal 15 Juni.
AS juga berencana mengumumkan larangan baru terhadap investasi China di kawasannya dan pembatasan ekspor baru akhir bulan ini. Aturan baru tersebut rencananya akan segera berlaku setelah diumumkan.
(prm) Next Article Era Biden-Harris, Perang Dagang AS-China Berlanjut?
Wakil Perdana Menteri China Liu He, yang juga penasihat ekonomi penting Negeri Tirai Bambu, memaparkan tawaran itu kepada delegasi AS dalam pertemuan terakhir kedua negara di Beijing pekan lalu, Wall Street Journal melaporkan dengan mengutip sumber-sumber yang mengetahui hal tersebut.
Dalam rencana tersebut, China akan membeli sekelompok produk AS, termasuk kacang kedelai, gas alam, minyak mentah, dan batu bara. Namun, tampaknya perundingan itu tidak menghasilkan terobosan apapun untuk mengurangi selisih perdagangan kedua negara.
Ekspor AS ke China mencapai US$130,4 miliar tahun lalu yang berarti China menawarkan kenaikan impor 53,8%.
Dengan hanya menghitung transaksi perdagangan barang, defisit perdagangan AS melonjak mencapai rekornya US$375 miliar tahun lalu. Gedung Putih telah meminta penurunan defisit senilai US$200 miliar.
"Jika Amerika Serikat mengumumkan sanksi perdagangan, termasuk tarif, seluruh capaian perekonomian dan perdagangan yang dinegosiasikan kedua pihak akan batal," kata kantor berita negara China Xinhua hari Minggu.
Menurut laporan Wall Street Journal, Liu sendiri yang menyampaikan ancaman itu kepada Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross. Pernyataan itu muncul setelah Gedung Putih pekan lalu mengumumkan akan melanjutkan rencana penerapan tarif terhadap produk teknologi China.
Daftar barang yang akan dikenakan tarif 25% akan diumumkan tanggal 15 Juni.
AS juga berencana mengumumkan larangan baru terhadap investasi China di kawasannya dan pembatasan ekspor baru akhir bulan ini. Aturan baru tersebut rencananya akan segera berlaku setelah diumumkan.
(prm) Next Article Era Biden-Harris, Perang Dagang AS-China Berlanjut?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular