Internasional

Ekonom: Perang Dagang Bikin Pertumbuhan Ekonomi Global Turun

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
04 June 2018 18:51
Pada tahun ini proyeksinya ekonomi global 3,8% dan pada 2019 menjadi 3,9%, menurut Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).
Foto: CNBC Indonesia/Arys Aditya
Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi global bisa turun sekitar 1% jika ancaman tarif meningkat menjadi perang dagang. Hal ini merupakan prediksi dari Kepala Ekonom S&P Global Paul Gruenwald pada Senin (4/6/2018) seperti dikutip dari CNBC International.

Memang bukan resesi global, namun "bisa dibayangkan ada skenario dimana pertumbuhan ekonomi global bukan lagi berada di kisaran 3% namun di kisaran 2%, seiring dengan perlambatan yang terjadi di AS, Eropa, dan China," kata Paul Gruenwald.

Pada 2017, pertumbuhan ekonomi global mencapai 3,7%. Pada tahun ini proyeksinya 3,8% dan pada 2019 menjadi 3,9%, menurut Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Pertumbuhan ekonomi global ini mendekati pertumbuhan ekonomi sebelum krisis keuangan 2008 dan dibutuhkan waktu satu dekade untuk mencapainya.

OECD dan Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) telah mengeluarkan perkiraan yang mengekspresikan kepercayaan pada pertumbuhan global sambil menyoroti perang dagang sebagai risiko utama terhadap pandangan mereka yang masih positif.

S&P bukan satu-satunya entitas yang menyebut angka seperti itu: Menurut simulasi Bank Sentral Eropa, pertumbuhan global dapat berkontraksi hingga 1% hanya di tahun pertama setelah perubahan tarif dan perdagangan barang dagangan di dunia dapat berkontraksi hingga 3%.

Setuju atau tidak setuju?

Ketegangan antara dua ekonomi terbesar dunia telah meningkat sejak Presiden Donald Trump mengincar tarif hingga US$150 miliar atas barang China. Tarif ini diterapkan karena AS diperlakukan tidak adil sehingga terjadi defisit perdagangan,

China balik mengancam untuk mengenakan tarif bea atas US$50 miliar atas barang AS, dan keduanya saat ini dalam negosiasi yang sejauh ini belum mencapai kesimpulan besar.

Dalam perundingan ini China yang berupaya mempersempit surplus perdagangannya dengan AS - yang mencapai rekor US$ 375,2 miliar pada tahun 2017 - dengan meningkatkan pembelian barang-barang Amerika, khususnya di sektor energi dan pertanian. Tetapi perundingan ini karena AS kembali menunding China mencuri atau menyalin teknologi perusahaan asing.

Paul Gruenwald menambahkan apa yang dia lihat sebagai dampak perdagangan sempit yang "sebenarnya sangat kecil," tetapi memperingatkan atas efek lanjutan dari kebijakan tarif: "Kemudian orang menghabiskan lebih sedikit uang, belanja modal (capital expenditure) perusahaan lebih rendah, maka Anda mendapatkan sesuatu yang benar-benar menggerakkan jarum dan pasar tampaknya tidak memperhitungkannya."
(roy) Next Article 15 Negara Ini Terdampak Aturan Tarif Aluminium AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular