
Internasional
AS Terapkan Tarif, China Ancam Batalkan Kesepakatan Dagang
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
03 June 2018 23:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah mengadakan pembicaraan lanjutan tentang perdagangan dengan Washington pada hari Minggu (3/6/2018), China memperingatkan bahwa setiap kesepakatan yang kedua negara hasilkan 'tidak akan berlaku' jika penerapan tarif yang dicetuskan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump atas barang-barang China terus berlanjut.
Peringatan itu muncul setelah delegasi yang dipimpin oleh Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross dan pejabat utama ekonomi China, Wakil Perdana Menteri Liu He, mengakhiri pertemuan yang membahas tentang janji Beijing untuk mengurangi surplus perdagangannya.
Ross pada awal acara mengatakan mereka telah membahas ekspor spesifik Amerika yang mungkin dibeli China, tetapi pembicaraan itu berakhir tanpa pernyataan bersama dan tidak ada pihak yang merilis rinciannya, tulis Associated Press yang dikutip CNBC International, Minggu (3/6/2018).
Gedung Putih membuat status pertemuan menjadi tidak karuan pada hari Selasa lalu dengan memperbarui ancaman untuk memaksakan penerapan tarif 25% pada US$50 miliar (Rp 691,4 triliun) barang-barang berteknologi tinggi China sebagai respons atas keluhan pencurian yang dilakukan Beijing dan tekanan terhadap perusahaan asing untuk menyerahkan teknologinya.
Pengumuman pada hari Selasa tersebut menghidupkan kembali kekhawatiran konflik antara dua ekonomi terbesar dunia yang mungkin meredam pertumbuhan global atau mendorong pemerintah lain untuk ikut menerapkan kebijakan proteksionisme.
"Jika Amerika Serikat menerapkan sanksi perdagangan termasuk kenaikan tarif, semua pencapaian ekonomi dan perdagangan yang dinegosiasikan oleh kedua pihak tidak akan berlaku," kata pernyataan pihak China, yang disiarkan oleh kantor berita negara Xinhua.
Proses negosiasi harus "didasarkan pada premis" untuk tidak berperang dagang, kata pernyataan itu.
Kedutaan Besar Amerika di Beijing tidak segera menanggapi permintaan untuk berkomentar.
Trump memaksa Beijing untuk mengurangi surplus perdagangannya dengan Amerika Serikat. Tahun lalu, Negeri Paman Sam mencatatkan rekor US$375,2 miliar defisit perdagangan secara keseluruhan.
Ketegangan berkurang setelah China pada tanggal 19 Mei berjanji untuk "meningkatkan secara signifikan" pembelian barang-barang pertanian, energi dan produk dan layanan AS lainnya, yang membuat diadakannya pembicaraan terakhir ini di Washington.
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan perang dagang "ditangguhkan" dan kenaikan tarif akan ditunda.
Gencatan senjata itu tampaknya berakhir dengan pengumuman mengejutkan pada hari Selasa itu. Dikatakan bahwa Gedung Putih juga akan memberlakukan pembatasan investasi China dan pembelian barang berteknologi tinggi AS dan visa untuk siswa China.
Ross dan Liu mengadakan makan malam pada hari Sabtu menjelang pembicaraan mereka.
"Pertemuan kami sejauh ini berlangsung ramah dan jujur, dan mencakup beberapa topik yang berguna tentang barang ekspor tertentu," kata Ross pada pembukaan pertemuan hari Minggu.
Tekanan AS atas kebijakan teknologi mencerminkan meningkatnya kekhawatiran Amerika tentang status China sebagai pesaing potensial dan keluhan bahwa Beijing dengan tidak benar mensubsidi industri baru dan melindungi mereka dari persaingan.
(prm) Next Article Gara-Gara Trump, Industri Robot China Mulai Lesu
Peringatan itu muncul setelah delegasi yang dipimpin oleh Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross dan pejabat utama ekonomi China, Wakil Perdana Menteri Liu He, mengakhiri pertemuan yang membahas tentang janji Beijing untuk mengurangi surplus perdagangannya.
Ross pada awal acara mengatakan mereka telah membahas ekspor spesifik Amerika yang mungkin dibeli China, tetapi pembicaraan itu berakhir tanpa pernyataan bersama dan tidak ada pihak yang merilis rinciannya, tulis Associated Press yang dikutip CNBC International, Minggu (3/6/2018).
Pengumuman pada hari Selasa tersebut menghidupkan kembali kekhawatiran konflik antara dua ekonomi terbesar dunia yang mungkin meredam pertumbuhan global atau mendorong pemerintah lain untuk ikut menerapkan kebijakan proteksionisme.
"Jika Amerika Serikat menerapkan sanksi perdagangan termasuk kenaikan tarif, semua pencapaian ekonomi dan perdagangan yang dinegosiasikan oleh kedua pihak tidak akan berlaku," kata pernyataan pihak China, yang disiarkan oleh kantor berita negara Xinhua.
Proses negosiasi harus "didasarkan pada premis" untuk tidak berperang dagang, kata pernyataan itu.
Kedutaan Besar Amerika di Beijing tidak segera menanggapi permintaan untuk berkomentar.
Trump memaksa Beijing untuk mengurangi surplus perdagangannya dengan Amerika Serikat. Tahun lalu, Negeri Paman Sam mencatatkan rekor US$375,2 miliar defisit perdagangan secara keseluruhan.
Ketegangan berkurang setelah China pada tanggal 19 Mei berjanji untuk "meningkatkan secara signifikan" pembelian barang-barang pertanian, energi dan produk dan layanan AS lainnya, yang membuat diadakannya pembicaraan terakhir ini di Washington.
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan perang dagang "ditangguhkan" dan kenaikan tarif akan ditunda.
Gencatan senjata itu tampaknya berakhir dengan pengumuman mengejutkan pada hari Selasa itu. Dikatakan bahwa Gedung Putih juga akan memberlakukan pembatasan investasi China dan pembelian barang berteknologi tinggi AS dan visa untuk siswa China.
Ross dan Liu mengadakan makan malam pada hari Sabtu menjelang pembicaraan mereka.
"Pertemuan kami sejauh ini berlangsung ramah dan jujur, dan mencakup beberapa topik yang berguna tentang barang ekspor tertentu," kata Ross pada pembukaan pertemuan hari Minggu.
Tekanan AS atas kebijakan teknologi mencerminkan meningkatnya kekhawatiran Amerika tentang status China sebagai pesaing potensial dan keluhan bahwa Beijing dengan tidak benar mensubsidi industri baru dan melindungi mereka dari persaingan.
(prm) Next Article Gara-Gara Trump, Industri Robot China Mulai Lesu
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular