
Internasional
Tak Cuma RI, AS juga Ancam Cabut Fasilitas GSP India
Wangi Sinintya, CNBC Indonesia
08 February 2019 21:10

Jakarta, CNBC Indonesia - India berpotensi kehilangan konsesi perdagangan penting dengan AS. Selama Ini India menikmati tarif bea masuk impor sebesar 0% pada US$5,6 miliar atau setara Rp 78 triliun produk ekspor India ke AS.
Reuters melaporkan, AS sedang mempertimbangkan menarik fasilitas Generalized of Preferences (GSP), sebuah skema bea masuk produk impor murah yang berlaku sejak 1970-an, menurut sumber yang mengetahu masalah ini, seperti dikutip Jumat (8/2/2019).
Sejak tahun 2017, Presiden Donald Trump berjanji mengurangi defisit dagang AS dengan mitra. Salah satu caranya dengan mereview ulang GSP. Trump telah berulang kali berteriak pada tarif tinggi yang diterapkan India.
Trump juga tidak senang dengan kebijakan Perdana Menteri India Narendra Modi dalam menarik invesasi asing sebagai bagian dari kampanye Make in india untuk menjadikan India sebagai pusat manufaktur demi memberikan pekerjaan kepada jutaan berusia muda. Trump juga sedang mendorong perusahaan manufaktur AS untuk kembali ke AS sebagaian dari kampanye Make America Great Again.
Hal baru yang tidak membuat Trump senang adalah kebijakan baru e-commerce India yang membatasi Amazon.com Inc dan Flipkart yang didukung Walmart di pasar belanja online India yang bertumbuh pesar yang akan nilainya akan mencapai US$200 miliar pada 2027.
India melarang Amazon dan Flipkart melakukan kesepakatan eksklusif dengan penjual, membatasi kemampuan mereka untuk menawarkan diskon dan melarang mereka menjual produk melalui vendor, di mana mereka memiliki kepentingan ekuitas.
Ada lagi kebijakan yang memaksa Visa dan Mastercard untuk memindahkan pusat data India dan pengenaan tarif yang lebih tinggi pada produk elektronik dan smartphone produksi luar negeri.
Sekretaris Perdagangan AS Wilbur Ross akan tiba di New Delhi minggu depan, di mana ia diperkirakan akan menyampaikan kekhawatirnya tentang kebijakan e-commerce dan lokalisasi data, kata para pejabat.
Jika Amerika Serikat menghilangkan akses bebas bea untuk sekitar 2.000 lini produk India, industri kecil seperti perhiasan akan terpukul, kata salah satu sumber.
Reuters mencoba mengkonfirmasi hal ini tetapi tidak mendapat respons dari USTR dan Kedutaan Besar AS. Kementerian Perdagangan India juga tidak menjawab pertanyaan yang dikirim melalui email.
Tetapi seorang pejabat pemerintah India menjelaskan tentang diskusi perdagangan, mengatakan paket perdagangan di mana kedua pihak sedang menegosiasikan akses yang lebih baik ke pasar pertanian dan dairy masing-masing tidak mungkin sampai pemilihan di India musim semi ini.
Fasilitas GSP yang diberikan ke Indonesia juga sedang di riview AS. Pemerintahan Trump merivew aturan ini karena karena kebijakan gerbang pembayaran nasional (GSP) yang mewajibkan transaksi pembayaran harus di proses di dalam negeri yang merugikan bisnis Visa dan Mastercard dan karena kebijakan data center yang wajib di dalam negeri.
(roy/roy) Next Article India Rusuh & Geger Gegara UU "Anti Muslim", Ini Isinya!
Reuters melaporkan, AS sedang mempertimbangkan menarik fasilitas Generalized of Preferences (GSP), sebuah skema bea masuk produk impor murah yang berlaku sejak 1970-an, menurut sumber yang mengetahu masalah ini, seperti dikutip Jumat (8/2/2019).
Sejak tahun 2017, Presiden Donald Trump berjanji mengurangi defisit dagang AS dengan mitra. Salah satu caranya dengan mereview ulang GSP. Trump telah berulang kali berteriak pada tarif tinggi yang diterapkan India.
Hal baru yang tidak membuat Trump senang adalah kebijakan baru e-commerce India yang membatasi Amazon.com Inc dan Flipkart yang didukung Walmart di pasar belanja online India yang bertumbuh pesar yang akan nilainya akan mencapai US$200 miliar pada 2027.
India melarang Amazon dan Flipkart melakukan kesepakatan eksklusif dengan penjual, membatasi kemampuan mereka untuk menawarkan diskon dan melarang mereka menjual produk melalui vendor, di mana mereka memiliki kepentingan ekuitas.
![]() |
Ada lagi kebijakan yang memaksa Visa dan Mastercard untuk memindahkan pusat data India dan pengenaan tarif yang lebih tinggi pada produk elektronik dan smartphone produksi luar negeri.
Sekretaris Perdagangan AS Wilbur Ross akan tiba di New Delhi minggu depan, di mana ia diperkirakan akan menyampaikan kekhawatirnya tentang kebijakan e-commerce dan lokalisasi data, kata para pejabat.
Jika Amerika Serikat menghilangkan akses bebas bea untuk sekitar 2.000 lini produk India, industri kecil seperti perhiasan akan terpukul, kata salah satu sumber.
Reuters mencoba mengkonfirmasi hal ini tetapi tidak mendapat respons dari USTR dan Kedutaan Besar AS. Kementerian Perdagangan India juga tidak menjawab pertanyaan yang dikirim melalui email.
Tetapi seorang pejabat pemerintah India menjelaskan tentang diskusi perdagangan, mengatakan paket perdagangan di mana kedua pihak sedang menegosiasikan akses yang lebih baik ke pasar pertanian dan dairy masing-masing tidak mungkin sampai pemilihan di India musim semi ini.
Fasilitas GSP yang diberikan ke Indonesia juga sedang di riview AS. Pemerintahan Trump merivew aturan ini karena karena kebijakan gerbang pembayaran nasional (GSP) yang mewajibkan transaksi pembayaran harus di proses di dalam negeri yang merugikan bisnis Visa dan Mastercard dan karena kebijakan data center yang wajib di dalam negeri.
(roy/roy) Next Article India Rusuh & Geger Gegara UU "Anti Muslim", Ini Isinya!
Most Popular