
Bappenas Rancang Pendanaan Pembangkit EBT Biaya Rendah
Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
22 May 2018 16:28

Jakarta, CNBC Indonesia- Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas) tengah mempersiapkan skema pembiayaan untuk pengembangan pembangkit listrik dengan sumber energi baru terbarukan (EBT) berbiaya rendah (low cost financing).
Menteri PPN/Kepala Bappenas menyebut pembiayaan itu tengah digodok dan akan memanfaatkan lembaga komersial dan non komersial, salah satunya melalui Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah (PINA) yang dibentuk kementerian tersebut.
"Green financing sekarang banyak disediakan institusi sebagai upaya [berbentuk] insentif bagi negara atau perusahaan untuk go-green. Jadi kalau insentif sifatnya berbiaya murah, jangan sampai green financing diartikan hanya untuk green project, tapi juga harus punya cost yang tidak terlalu tinggi," terang Bambang di kantornya, Selasa (22/5/2018).
Bambang menyebut hal itu diambil sebagai bentuk mempermudah usaha dalam bidang pembangkit listrik EBT. Selama ini, para pengembang kerap mengeluhkan pembangunan selalu terkendala masalah keuangan karena bank menganggap tidak bankable.
Skema low cost financing, kata Bambang, dapat memberi pengembang bunga yang lebih rendah. Hal itu yang menjadi alasan mengapa lembaga non-komersial dan komersial disatukan dalam skema ini.
"International Credit Finance and Trade (ICTF) yang akan mencari sumber lowcost financing, conventional loan atau grand, sementara PINA yang komersialnya. Itu yang kami gabung jadi blending finance, tujuannya green dengan lower cost financing," jelasnya.
(gus) Next Article Ini Kerugian Negara Karena Keterlambatan Pembangunan
Menteri PPN/Kepala Bappenas menyebut pembiayaan itu tengah digodok dan akan memanfaatkan lembaga komersial dan non komersial, salah satunya melalui Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah (PINA) yang dibentuk kementerian tersebut.
Bambang menyebut hal itu diambil sebagai bentuk mempermudah usaha dalam bidang pembangkit listrik EBT. Selama ini, para pengembang kerap mengeluhkan pembangunan selalu terkendala masalah keuangan karena bank menganggap tidak bankable.
Skema low cost financing, kata Bambang, dapat memberi pengembang bunga yang lebih rendah. Hal itu yang menjadi alasan mengapa lembaga non-komersial dan komersial disatukan dalam skema ini.
"International Credit Finance and Trade (ICTF) yang akan mencari sumber lowcost financing, conventional loan atau grand, sementara PINA yang komersialnya. Itu yang kami gabung jadi blending finance, tujuannya green dengan lower cost financing," jelasnya.
(gus) Next Article Ini Kerugian Negara Karena Keterlambatan Pembangunan
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular