Bappenas: Pembangkit Batu Bara Murah, Tapi Sementara

Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
22 May 2018 14:58
Bappenas menilai harga murah batu bara sebagai pembangkit listrik bersifat sementara. Ini disebabkan kondisi batu bara yang terus menipis dan pasti akan habis.
Foto: Ist adaro.com
Jakarta, CNBC Indonesia- Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menilai harga murah batu bara sebagai energi pembangkit listrik hanya bersifat sementara. Hal itu disebabkan kondisi batu bara yang terus menipis dan pasti akan habis.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang P.S. Brodjonegoro mengingatkan betapa pentingnya mengutamakan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) yang kerap terhalang masalah pembiayaan. Dia menyebut harga listrik yang dihasilkan pembangkit EBT memang belum cukup kompetitif dibanding harga listrik dari batu bara. 



Namun, dia yakin ke depan harga listrik dari pembangkit EBT akan menjadi lebih murah seiring perkembangan teknologi. Harga murah atas batu bara pun dia yakini juga sebagai bentuk perkembangan teknologi yang sudah lama dilakukan atas batu bara.

"Kalau saya bilang battery [untuk pembangkit EBT] masih mahal, suatu saat nanti pasti murah. Demikian pembangkit lain, nanti geothermal dll pasti harga semakin rasional," kata Bambang di kantornya, Selasa (22/5/2018).

Walau begitu, dia mengakui tak mudah untuk tiba-tiba beralih ke penggunaan EBT sebagai sumber energi listrik. Maka dari itu, dia berharap secara bertahap target 23% campuran EBT pada pembangkit di tahun 2025 bisa tercapai.

Dengan kondisi saat ini, di mana campuran energi baru sebesar 8,4%, masih dibutuhkan sekitar 16% lagi hingga tahun 2025. Menurut Bambang, peningkatan sekitar 2% tiap tahunnya bukanlah target yang mudah untuk dipenuhi.

"2% mungkin terdengar kecil dari besarannya, tapi ini proporsi dan artinya EBT harus bersaing dengan energi fosil seperti batu bara, natural gas, dan minyak yang juga masih ada," tutur Bambang.

Hal lain yang juga menjadi dilema dalam penggunaan batu bara di dalam negeri, disebut Bambang adalah bila dikaitkan dengan politik. Seperti diketahui, ada peningkatan jumlah penggunaan batu bara untuk pembangkit dalam RUPTL terbaru untuk mengejar peningkatan rasio elektrifikasi dengan biaya rendah.

"Bagaimana pun, saya bisa mengerti kalau mengambil kebijakan di Kementerian ESDM atau PLN, mereka berpikir selama mereka menjabat," ujar Bambang. 

"Dirut PLN, pasti inginnya bottom-line bagus. Sebagai Menteri Energi, ingin target elektrifikasi tercapai. Memang kondisi politik kita yang 5 tahunan membuat semua orang berpikirnya 5 tahun," tambahnya.


(gus) Next Article Jawa Barat Jadi Yang Terbaik Dalam Pembangunan Daerah 2022

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular