
Internasional
Ekspor Jepang Bergairah di Bulan April
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
21 May 2018 16:20

Tokyo, CNBC Indonesia - Ekspor Jepang pada bulan April meningkat akibat naiknya pengiriman mobil dan mesin yang digunakan untuk membuat semikonduktor. Volume yang meningkat menunjukkan permintaan luar negeri sehat sehingga dapat membantu perekonomian negara itu pulih dengan cepat dari penurunan di kuartal pertama.
Pada bulan April ekspor tumbuh 7,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, lebih rendah dari median perkiraan untuk kenaikan tahunan sebesar 8,1% yang diperkirakan oleh para ekonom dalam jajak pendapat Reuters. Pada bulan Maret ekspor tumbuh 2,1% secara tahunan.
Dalam hal volume, yang tidak terdampak nilai tukar, ekspor Jepang secara tahunan naik 4,6% di bulan April, lebih cepat dari peningkatan tahunan 1,8% yang dicatatkan di bulan Maret, Reuters melaporkan hari Senin (21/5/2018).
Ekspor kemungkinan akan terus tumbuh berkat peningkatan permintaan untuk peralatan manufaktur, mobil, dan suku cadang mobil, tetapi surplus perdagangan Jepang dengan Amerika Serikat (AS) menjadikannya target potensial bagi kebijakan proteksionis Presiden AS Donald Trump.
"Perekonomian luar negeri sedang dalam fase pertumbuhan, sehingga ekspor Jepang akan terus berjalan dengan baik," kata Hiroshi Miyazaki, ekonom senior di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities.
"Pemerintah AS mungkin mengalihkan perhatiannya pada surplus perdagangan Jepang, tetapi ada langkah-langkah yang bisa diambil Jepang, terutama mengingat hubungan pertahanan yang erat antara kedua negara."
Kenaikan volume ekspor adalah alasan lain untuk menjadi optimis, kata Miyazaki.
Ekspor mobil naik 15,3% pada April dari periode yang sama tahun lalu, sementara ekspor peralatan manufaktur semikonduktor naik 18,2% dari tahun ke tahun, berdasarkan data departemen keuangan pada hari Senin.
Ekspor tahunan ke China, mitra dagang terbesar Jepang, naik 10,9% pada bulan April, dibandingkan dengan peningkatan 10,8% pada bulan sebelumnya, akibat peningkatan pengiriman mesin yang digunakan untuk memproses logam dan untuk membuat komponen elektronik.
Ekspor Jepang ke China sering menjadi barometer permintaan global karena perusahaan di China menggunakan bahan dan peralatan dari Jepang untuk membuat barang untuk diekspor ke negara lain.
Ekonomi Jepang mengalami kontraksi lebih dari yang diperkirakan pada awal tahun ini, mengakhiri ekspansi terbaik yang terjadi dalam beberapa dekade.
Data perdagangan April menunjukkan ekspor dapat membantu perekonomian dengan cepat kembali ke pertumbuhan, tetapi tingkat ekspansi bisa lebih lambat daripada percepatan pertumbuhan sebelumnya.
Ekspor Jepang ke Amerika Serikat naik 4,3% dari tahun ke tahun di bulan April, lebih cepat dari peningkatan tahunan 0,2% pada bulan Maret.
Surplus perdagangan Jepang dengan Amerika Serikat adalah 615,7 miliar yen (US$5,55 miliar atau Rp 78,7 triliun) pada bulan April, naik 4,7% dari periode yang sama tahun lalu. Pada bulan Maret, surplus perdagangan dengan Amerika Serikat turun 0,3% dari tahun sebelumnya.
Sejak menjabat tahun lalu, Presiden AS Donald Trump telah mendorong perumusan ulang perjanjian perdagangan bebas untuk melindungi perusahaan dan pekerja AS dari apa yang disebutnya sebagai persaingan asing yang tidak adil.
Trump telah memberlakukan tarif impor baja dan aluminium, yang memengaruhi perusahaan-perusahaan Jepang, dan juga mengritik Jepang karena rendahnya tingkat impor kendaraan Amerika.
Tahun lalu Trump mendesak Jepang untuk membeli lebih banyak perangkat keras militer AS, yang bagi Jepang hal itu tetap merupakan upaya untuk mengurangi surplus perdagangannya dengan Amerika Serikat.
Amerika Serikat dan China telah membatalkan ancaman tarif mereka, sejalan dengan upaya mereka kini untuk membahas cara China agar dapat membeli lebih banyak barang Amerika guna menurunkan defisit perdagangan AS.
Beberapa pejabat di Tokyo khawatir Amerika Serikat dapat menerapkan langkah serupa terhadap Jepang.
(prm) Next Article Penjualan ke China Melorot, Ekspor Jepang Loyo
Pada bulan April ekspor tumbuh 7,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, lebih rendah dari median perkiraan untuk kenaikan tahunan sebesar 8,1% yang diperkirakan oleh para ekonom dalam jajak pendapat Reuters. Pada bulan Maret ekspor tumbuh 2,1% secara tahunan.
Dalam hal volume, yang tidak terdampak nilai tukar, ekspor Jepang secara tahunan naik 4,6% di bulan April, lebih cepat dari peningkatan tahunan 1,8% yang dicatatkan di bulan Maret, Reuters melaporkan hari Senin (21/5/2018).
"Perekonomian luar negeri sedang dalam fase pertumbuhan, sehingga ekspor Jepang akan terus berjalan dengan baik," kata Hiroshi Miyazaki, ekonom senior di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities.
"Pemerintah AS mungkin mengalihkan perhatiannya pada surplus perdagangan Jepang, tetapi ada langkah-langkah yang bisa diambil Jepang, terutama mengingat hubungan pertahanan yang erat antara kedua negara."
Kenaikan volume ekspor adalah alasan lain untuk menjadi optimis, kata Miyazaki.
Ekspor mobil naik 15,3% pada April dari periode yang sama tahun lalu, sementara ekspor peralatan manufaktur semikonduktor naik 18,2% dari tahun ke tahun, berdasarkan data departemen keuangan pada hari Senin.
Ekspor tahunan ke China, mitra dagang terbesar Jepang, naik 10,9% pada bulan April, dibandingkan dengan peningkatan 10,8% pada bulan sebelumnya, akibat peningkatan pengiriman mesin yang digunakan untuk memproses logam dan untuk membuat komponen elektronik.
Ekspor Jepang ke China sering menjadi barometer permintaan global karena perusahaan di China menggunakan bahan dan peralatan dari Jepang untuk membuat barang untuk diekspor ke negara lain.
Ekonomi Jepang mengalami kontraksi lebih dari yang diperkirakan pada awal tahun ini, mengakhiri ekspansi terbaik yang terjadi dalam beberapa dekade.
Data perdagangan April menunjukkan ekspor dapat membantu perekonomian dengan cepat kembali ke pertumbuhan, tetapi tingkat ekspansi bisa lebih lambat daripada percepatan pertumbuhan sebelumnya.
Ekspor Jepang ke Amerika Serikat naik 4,3% dari tahun ke tahun di bulan April, lebih cepat dari peningkatan tahunan 0,2% pada bulan Maret.
Surplus perdagangan Jepang dengan Amerika Serikat adalah 615,7 miliar yen (US$5,55 miliar atau Rp 78,7 triliun) pada bulan April, naik 4,7% dari periode yang sama tahun lalu. Pada bulan Maret, surplus perdagangan dengan Amerika Serikat turun 0,3% dari tahun sebelumnya.
Sejak menjabat tahun lalu, Presiden AS Donald Trump telah mendorong perumusan ulang perjanjian perdagangan bebas untuk melindungi perusahaan dan pekerja AS dari apa yang disebutnya sebagai persaingan asing yang tidak adil.
Trump telah memberlakukan tarif impor baja dan aluminium, yang memengaruhi perusahaan-perusahaan Jepang, dan juga mengritik Jepang karena rendahnya tingkat impor kendaraan Amerika.
Tahun lalu Trump mendesak Jepang untuk membeli lebih banyak perangkat keras militer AS, yang bagi Jepang hal itu tetap merupakan upaya untuk mengurangi surplus perdagangannya dengan Amerika Serikat.
Amerika Serikat dan China telah membatalkan ancaman tarif mereka, sejalan dengan upaya mereka kini untuk membahas cara China agar dapat membeli lebih banyak barang Amerika guna menurunkan defisit perdagangan AS.
Beberapa pejabat di Tokyo khawatir Amerika Serikat dapat menerapkan langkah serupa terhadap Jepang.
(prm) Next Article Penjualan ke China Melorot, Ekspor Jepang Loyo
Most Popular