
Penjualan ke China Melorot, Ekspor Jepang Loyo
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
19 August 2019 16:27

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekspor Jepang mencatatkan penurunan delapan bulan terakhir. Selain itu, tingkat kepercayaan (confidence) manufaktur berubah negatif untuk pertama kalinya dalam lebih dari enam tahun karena penjualan China merosot.
Sebagaimana dirilis Departemen Keuangan Jepang, Senin (19/8/19), kinerja ekspor pada bulan Juli turun 1,6% dari tahun sebelumnya. Ini disebabkan oleh lemahnya pengiriman suku cadang mobil dan peralatan produksi semikonduktor ke China.
Angka ini lebih baik dibandingkan dengan perkiraan para ekonom sebelumnya yakni penurunan hingga 2,2%. Meski demikian, volume ekspor naik 1,5% jika dibandingkan Juli tahun sebelumnya.
Kontraksi tersebut dipimpin oleh penurunan yang cukup besar sebanyak pada peralatan produksi semikonduktor hingga 31,5%. Selain itu penurunan juga melanda peralatan mobil 35% dan perlengkapan elektronik 19%.
Pengiriman ke Asia secara total turun 8,3%. Pengiriman ke Asia mencakup lebih dari setengah ekspor keseluruhan Jepang.
Meski demikian, produk domestik bruto (PDB) Jepang tumbuh lebih cepat dari yang diperkirakan pada bulan kuartal kedua ini. Hal ini didorong kuatnya konsumsi domestik dan investasi bisnis mengimbangi kontribusi negatif dari permintaan eksternal.
Sementara itu, analis Capital Economics memperkirakan data impor masih akan melebihi ekspor, seiring dengan banyaknya permintaan konsumen menjelang kenaikan PPN atas barang dan jasa Oktober 2019 nanti.
"Hasilnya perdagangan akan tetap menghambat pertumbuhan di kuartal ketiga," katanya.
Penurunan ini menjadi bukti baru bahwa perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China memang bisa menyebabkan suatu negara terjerat resesi. Buruknya data juga menambah kekhawatiran bagi pembuat kebijakan Jepang bahwa melemahnya permintaan eksternal yang berkepanjangan akan membuat ekonomi di dalam negeri turun tajam.
Secara terpisah, survei Reuters Tankan di Agustus, menunjukkan kepercayaan bisnis pabrikan Jepang berubah negatif untuk pertama kalinya sejak April 2013. Survei ini menggarisbawahi, bahwa prospek ekonomi Jepang tetap akan gelap meski kuartal terakhir 2019 menunjukkan penguatan.
[Gambas:Video CNBC]
(sef/sef) Next Article Demi Keamanan, Jepang Perketat Ekspor ke Korsel
Sebagaimana dirilis Departemen Keuangan Jepang, Senin (19/8/19), kinerja ekspor pada bulan Juli turun 1,6% dari tahun sebelumnya. Ini disebabkan oleh lemahnya pengiriman suku cadang mobil dan peralatan produksi semikonduktor ke China.
Angka ini lebih baik dibandingkan dengan perkiraan para ekonom sebelumnya yakni penurunan hingga 2,2%. Meski demikian, volume ekspor naik 1,5% jika dibandingkan Juli tahun sebelumnya.
Kontraksi tersebut dipimpin oleh penurunan yang cukup besar sebanyak pada peralatan produksi semikonduktor hingga 31,5%. Selain itu penurunan juga melanda peralatan mobil 35% dan perlengkapan elektronik 19%.
Pengiriman ke Asia secara total turun 8,3%. Pengiriman ke Asia mencakup lebih dari setengah ekspor keseluruhan Jepang.
Meski demikian, produk domestik bruto (PDB) Jepang tumbuh lebih cepat dari yang diperkirakan pada bulan kuartal kedua ini. Hal ini didorong kuatnya konsumsi domestik dan investasi bisnis mengimbangi kontribusi negatif dari permintaan eksternal.
Sementara itu, analis Capital Economics memperkirakan data impor masih akan melebihi ekspor, seiring dengan banyaknya permintaan konsumen menjelang kenaikan PPN atas barang dan jasa Oktober 2019 nanti.
"Hasilnya perdagangan akan tetap menghambat pertumbuhan di kuartal ketiga," katanya.
Penurunan ini menjadi bukti baru bahwa perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China memang bisa menyebabkan suatu negara terjerat resesi. Buruknya data juga menambah kekhawatiran bagi pembuat kebijakan Jepang bahwa melemahnya permintaan eksternal yang berkepanjangan akan membuat ekonomi di dalam negeri turun tajam.
Secara terpisah, survei Reuters Tankan di Agustus, menunjukkan kepercayaan bisnis pabrikan Jepang berubah negatif untuk pertama kalinya sejak April 2013. Survei ini menggarisbawahi, bahwa prospek ekonomi Jepang tetap akan gelap meski kuartal terakhir 2019 menunjukkan penguatan.
[Gambas:Video CNBC]
(sef/sef) Next Article Demi Keamanan, Jepang Perketat Ekspor ke Korsel
Most Popular