
RI Punya Kekayaan Tambang Rp 15.000 T yang Belum Tergali
Donald Banjarnahor, CNBC Indonesia
21 May 2018 07:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan Inalum beserta empat anak usaha memiliki cadangan mineral dengan nilai mencapai US$1,07 triliun atau sekitar Rp 15.000 triliun menggunakan kurs dolar Rp 14.000.
"Jadi, Indonesia itu sangat kaya sekali. Kalau itu dihitung sebagai kekayaan negara, maka nilai utang kita [Indonesia] bisa lebih kecil lagi," ujarnya dalam buka puasa bersama dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno dan direksi BUMN Tambang, Jumat (18/5/2018).
Dalam presentasi yang ia paparkan, disebutkan bahwa jumlah cadangan batubara mencapai 8,3 miliar ton senilai US$581 miliar, nikel 11,94 juta ton senilai US$131,39 miliar, dan bauksit 90,78 juta ton senilai US$181,29 miliar. Berikutnya, timah memiliki cadangan 796.342 ton senilai US$16,16 miliar, tembaga 15,02 juta ton senilai US$100,15 miliar, emas 1.333 ton senilai US$56,78 miliar, dan terakhir perak 7.595 ton senilai US$3,99 miliar.
Cadangan mineral tersebut dikuasai oleh Inalum dan tiga anak usaha yang dikonsolidasikan, yakni PT Bukit Asam Tbk, PT Aneka Tambang Tbk, dan PT Timah Tbk. Adapun satu anak usaha yang tidak dikonsolidasikan adalah PT Freeport Indonesia.
Sebagai catatan, itu merupakan total cadangan mineral. Adapun cadangan mineral yang sudah terbukti memiliki nilai US$469,77 miliar atau setara dengan Rp 6.577 triliun.
Menurut mantan Direktur Utama Bank Mandiri ini, seharusnya cadangan mineral yang ada di dalam tanah tersebut bisa dihitung sebagai aset negara secara akuntansi. Namun, saat ini aset negara hanya dihitung dari aset yang ada di atas tanah berupa tanah dan bangunan karena ada pengukurnya, yakni Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP).
Selain itu, tuturnya, cadangan mineral itu harus dicatat agar tidak dicuri oleh orang yang tidak bertanggungjawab. Dia memaparkan Bukit Asam pernah memiliki Izin Usaha Pertambangan dengan cadangan 1 miliar ton.
"Karena tidak dicatat dengan baik, tiba-tiba itu hilang. Dibagi-bagi ke sejumlah certain family. Akibatnya kalau 1 miliar ton dikali US$70 itu nilainya US$70 miliar," ujar Budi.
(gus) Next Article Erick Thohir Sebut Kriteria Dirut Inalum
"Jadi, Indonesia itu sangat kaya sekali. Kalau itu dihitung sebagai kekayaan negara, maka nilai utang kita [Indonesia] bisa lebih kecil lagi," ujarnya dalam buka puasa bersama dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno dan direksi BUMN Tambang, Jumat (18/5/2018).
Dalam presentasi yang ia paparkan, disebutkan bahwa jumlah cadangan batubara mencapai 8,3 miliar ton senilai US$581 miliar, nikel 11,94 juta ton senilai US$131,39 miliar, dan bauksit 90,78 juta ton senilai US$181,29 miliar. Berikutnya, timah memiliki cadangan 796.342 ton senilai US$16,16 miliar, tembaga 15,02 juta ton senilai US$100,15 miliar, emas 1.333 ton senilai US$56,78 miliar, dan terakhir perak 7.595 ton senilai US$3,99 miliar.
Sebagai catatan, itu merupakan total cadangan mineral. Adapun cadangan mineral yang sudah terbukti memiliki nilai US$469,77 miliar atau setara dengan Rp 6.577 triliun.
Menurut mantan Direktur Utama Bank Mandiri ini, seharusnya cadangan mineral yang ada di dalam tanah tersebut bisa dihitung sebagai aset negara secara akuntansi. Namun, saat ini aset negara hanya dihitung dari aset yang ada di atas tanah berupa tanah dan bangunan karena ada pengukurnya, yakni Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP).
Selain itu, tuturnya, cadangan mineral itu harus dicatat agar tidak dicuri oleh orang yang tidak bertanggungjawab. Dia memaparkan Bukit Asam pernah memiliki Izin Usaha Pertambangan dengan cadangan 1 miliar ton.
"Karena tidak dicatat dengan baik, tiba-tiba itu hilang. Dibagi-bagi ke sejumlah certain family. Akibatnya kalau 1 miliar ton dikali US$70 itu nilainya US$70 miliar," ujar Budi.
(gus) Next Article Erick Thohir Sebut Kriteria Dirut Inalum
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular