
Penerimaan Pajak Industri Melambat Saat Pertambangan Melesat
Arys Aditya, CNBC Indonesia
20 May 2018 18:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontribusi sektor manufaktur terhadap penerimaan pajak menunjukkan perlambatan menjadi 11,3% secara tahunan atau year-on-year (yoy) pada empat bulan pertama tahun ini dibandingkan 17,4% yoy tahun lalu.
Sebaliknya, pertumbuhan penerimaan pajak dari sektor pertambangan melesat dari hanya 44,6% yoy di Januari-April 2017 menjadi 86,1% pada periode yang sama tahun ini. Kuatnya laju pertumbuhan tersebut diakibatkan oleh peningkatan harga komoditas sejak akhir tahun lalu.
Meski terjadi perlambatan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan pertumbuhan penerimaan yang mencapai dua digit dari sektor industri ini selaras dengan data lainnya.
"Ini konsisten dengan data impor barang modal dan bahan baku. Kalau pertambangan memang karena harga meningkat dan volume cukup terjaga," kata Menkeu dalam konferensi pers pekan lalu.
Secara nominal, manufaktur dan pertambangan masing-masing berkontribusi sebesar Rp 103,07 triliun dan Rp 28,51 triliun. Manufaktur merupakan kontributor utama penerimaan pemerintah secara sektoral dengan porsi 28,9% sementara pertambangan menyumbang 8%.
Di lain pihak, penerimaan dari sektor perdagangan tercatat tumbuh 29,4% menjadi Rp 76,41 triliun, sektor konstruksi melaju 12,64% menjadi Rp 23 triliun, dan pertanian tumbuh 21,8% sebesar Rp 7,47 triliun.
Secara total, penerimaan perpajakan yang mencakup penerimaan pajak dan bea cukai sepanjang Januari-April 2018 baru Rp 416,9 triliun atau 25,8% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang mencapai Rp 1.618,1 triliun.
(prm) Next Article Februari 2018, Defisit APBN Capai Rp 48,9 T
Sebaliknya, pertumbuhan penerimaan pajak dari sektor pertambangan melesat dari hanya 44,6% yoy di Januari-April 2017 menjadi 86,1% pada periode yang sama tahun ini. Kuatnya laju pertumbuhan tersebut diakibatkan oleh peningkatan harga komoditas sejak akhir tahun lalu.
Meski terjadi perlambatan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan pertumbuhan penerimaan yang mencapai dua digit dari sektor industri ini selaras dengan data lainnya.
Secara nominal, manufaktur dan pertambangan masing-masing berkontribusi sebesar Rp 103,07 triliun dan Rp 28,51 triliun. Manufaktur merupakan kontributor utama penerimaan pemerintah secara sektoral dengan porsi 28,9% sementara pertambangan menyumbang 8%.
Di lain pihak, penerimaan dari sektor perdagangan tercatat tumbuh 29,4% menjadi Rp 76,41 triliun, sektor konstruksi melaju 12,64% menjadi Rp 23 triliun, dan pertanian tumbuh 21,8% sebesar Rp 7,47 triliun.
Secara total, penerimaan perpajakan yang mencakup penerimaan pajak dan bea cukai sepanjang Januari-April 2018 baru Rp 416,9 triliun atau 25,8% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang mencapai Rp 1.618,1 triliun.
(prm) Next Article Februari 2018, Defisit APBN Capai Rp 48,9 T
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular