Luhut Sebut Industri Sawit Jadi Korban Hoax Negara Eropa
Raydion Subiantoro, CNBC Indonesia
18 May 2018 09:43
Jakarta, CNBC Indonesia - Menko Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan negara-negara Eropa melakukan pengaburan fakta tentang industri kelapa sawit.
Dia menuturkan tindakan tersebut berpotensi membuat Indonesia terkena dampak negatif, terutama nasib 2,3 juta petani skala kecil dan 17,5 juta pekerja di industri sawit.
"Ternyata terhadap data itu istilah halusnya banyak dilakukan distortion of fact, nah itu yang banyak dilakukan negara-negara di Eropa ini," ujar Luhut di tengah kunjungannya ke Italia 14-16 Mei 2018 yang dikutip dari siaran pers, Jumat (18/5/2018).
Oleh karena itu, saat ini dia berupaya untuk menyatukan data dan menyampaikan fakta lengkap tentang industri sawit.
"Sekarang ini kita kembali menyajikan data bahwa rule nomor satu dari WTO itu keadilan, jadi tidak boleh ada diskriminasi," kata dia.
Seperti diketahui, Uni Eropa berencana membatasi penggunaan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) untuk bahan baku biodiesel mulai 2021. Benua Biru menilai industri sawit merupakan penyebab utama deforestasi.
Kampanye negatif juga datang dari korporasi di antaranya raksasa supermarket Iceland asal Inggris yang memutuskan untuk tidak menggunakan CPO sebagai bahan baku seluruh produk makanannya, karena industri CPO dinilai merusak hutan.
Dalam upayanya meluruskan data soal industri sawit ini, Luhut mendapat dukungan dari sejumlah pihak. Salah satunya adalah Dicastery for Promoting Integral Human Development di bawah pimpinan Kardinal Turkson.
Dukungan lain juga datang dari Food and Agriculture Organization (FAO) dan International Fund for Agricultural Development (IFAC) yang terkait masalah kemanusiaan, kemiskinan, kelaparan, agrikultur dan peningkatan taraf hidup.
Luhut mengatakan dukungan diberikan karena pihak-pihak itu sepakat dengan prinsip Sustainable Development Goals yang target nomor satunya adalah pengentasan kemiskinan.
(ray/ray) Next Article RI & Malaysia Akan Deklarasi Tolak Larangan CPO oleh Eropa
Dia menuturkan tindakan tersebut berpotensi membuat Indonesia terkena dampak negatif, terutama nasib 2,3 juta petani skala kecil dan 17,5 juta pekerja di industri sawit.
"Ternyata terhadap data itu istilah halusnya banyak dilakukan distortion of fact, nah itu yang banyak dilakukan negara-negara di Eropa ini," ujar Luhut di tengah kunjungannya ke Italia 14-16 Mei 2018 yang dikutip dari siaran pers, Jumat (18/5/2018).
"Sekarang ini kita kembali menyajikan data bahwa rule nomor satu dari WTO itu keadilan, jadi tidak boleh ada diskriminasi," kata dia.
Seperti diketahui, Uni Eropa berencana membatasi penggunaan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) untuk bahan baku biodiesel mulai 2021. Benua Biru menilai industri sawit merupakan penyebab utama deforestasi.
Kampanye negatif juga datang dari korporasi di antaranya raksasa supermarket Iceland asal Inggris yang memutuskan untuk tidak menggunakan CPO sebagai bahan baku seluruh produk makanannya, karena industri CPO dinilai merusak hutan.
Dalam upayanya meluruskan data soal industri sawit ini, Luhut mendapat dukungan dari sejumlah pihak. Salah satunya adalah Dicastery for Promoting Integral Human Development di bawah pimpinan Kardinal Turkson.
Dukungan lain juga datang dari Food and Agriculture Organization (FAO) dan International Fund for Agricultural Development (IFAC) yang terkait masalah kemanusiaan, kemiskinan, kelaparan, agrikultur dan peningkatan taraf hidup.
Luhut mengatakan dukungan diberikan karena pihak-pihak itu sepakat dengan prinsip Sustainable Development Goals yang target nomor satunya adalah pengentasan kemiskinan.
(ray/ray) Next Article RI & Malaysia Akan Deklarasi Tolak Larangan CPO oleh Eropa
Most Popular