Ini Siasat ESDM untuk Tekan Harga Gas Jadi US$ 7

Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
17 May 2018 17:58
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Andy Noorsaman Sommeng menyebut harga gas untuk kebutuhan listrik bisa mencapai US$ 7 per MMBTU.
Foto: CNBC Indonesia/ Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia- Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Andy Noorsaman Sommeng menyebut harga gas untuk kebutuhan listrik bisa mencapai US$ 7 per MMBTU. Harga tersebut utamanya bisa dihasilkan dari sumur gas lama, atau hasil dari pengembangan yang ada.

Dalam penghitungannya, harga itu tidak membuat pemasok gas berjualan rugi. "Hitung-hitungan saya, di kepala sumur (well-head) US$ 3-3,5 per MMBTU. Ini sumur lama nih, dari pengembangan yang ada. Lalu masuk LNG sampai penyimpanan menjadi US$ 5,5-6 lah," terang Andy di kantor Kementerian ESDM, Kamis (17/5/2018).



Setelah itu, Andy menyebut dibutuhkan US$ 1 lagi untuk pengangkutan gas tersebut. Menurut Andy, usaha hulu migas yang telah mencapai 30 tahun, asetnya pasti telah balik modal. Maka dari itu, biaya produksi gas hanya dihitung dari kegiatan field drilling yang dilakukan sambil menjaga sumur.

Andy menjelaskan, harga yang saat ini berlaku untuk pembangkit listrik saat ini, yaitu 14,5% dari harga Indonesia Crude Price (ICP) masih memberatkan di tengah tingginya harga minyak dan biaya pokok produksi listrik saat ini.

"Tapi kalau 11,5% dari US$ 67 kan sekitar US$ 6- US$ 7. Itu ok. Kalau 14,5% agak berat, sudah di atas US$ 9," jelas Andy.

Menurut dia, gas adalah pembangkit yang memiliki manfaat begitu besar. Penggunaan gas dapat mengurangi pemanfaatan diesel yang menggunakan minyak, misal untuk menopang listrik dari pembangkit energi baru terbarukan.

Diusulkan dengan Skema Business to Business

Andy Noorsaman berencana menggunakan skema business to business dengan pengusaha migas untuk mendapat harga gas yang lebih terjangkau untuk kebutuhan pembangkit listrik. Ini dilakukan masih dalam upaya menjadikan harga gas di kisaran US$ 7 per MMBTU.

Andy menjelaskan untuk saat ini kementerian memilih langsung menjalin komunikasi dengan kontraktor migas terlebih, sebelum disampaikan ke Kementerian Keuangan. "Kami mau cobanya internal, business to business dulu sama kontraktor. Biar lebih cepat," tutur Andy di kantor Kementerian ESDM, Kamis (17/5/2018).



Dengan skema tersebut, berarti PT PLN (Persero) yang akan berkomunikasi langsung dengan kontraktor migas. Di sisi lain, dia yakin Dirjen Migas Djoko Siswanto satu suara dengannya terkait hal ini.

"Kalau Ok dia , kan bisa satu suara," ujar Andy.

Bila terwujud, Dirjen Migas dia sebut juga akan melakukan komunikasi dengan para kontraktor migas. Andy meyakini harga gas memang bisa mengalami penurunan utamanya dari kontraktor migas yang telah beroperasi lama dan mencapai puncak produksi.

Setelah masa itu, dia menilai kontraktor sudah balik modal dan dana yang dibutuhkan untuk menghasilkan gas bisa ditekan. Harga yang ideal dengan biaya pokok produksi listrik saat ini, dia sebut sekitar US$ 7 per MMBTU.
(gus) Next Article Target Rasio Elektrifikasi 2018 Sebesar 95,15%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular