Indonesia Jadi Net Importir Gas di 2022

Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
02 May 2018 11:03
Tidak ditemukannya cadangan migas skala besar dalam puluhan tahun terakhir, dan konsumsi energi yang semakin besar membuat sektor industri migas mengkhawatirkan
Foto: Dokumentasi ESDM
Jakarta, CNBC Indonesia- Tidak ditemukannya cadangan migas skala besar dalam beberapa puluh tahun terakhir, dan konsumsi energi yang semakin besar membuat sektor industri migas dalam perhatian khusus.

Presiden Indonesian Petrolium Association (IPA) Ronald Gunawan mengatakan migas masih akan jadi energi utama di dunia dalam 30 tahun ke depan, dengan porsi sekitar 30%.



Di Indonesia dalam Rancangan Umum Energi Nasional (RUEN) menetapkan porsi migas hingga 2050 juga masih mencapai 44% dari total energi nasional. Artinya, kata Ronald, migas masih jadi tulang punggung energi dalam 30 tahun ke depan.

Tetapi kondisinya sedang jadi perhatian, terutama akibat konsumsi minyak dan gas yang semakin meningkat. Indonesia telah menjadi net importir minyak pada 2002. "Dan Indonesia nett importer gas di 2022. Perlu investasi besar untuk temukan sumber migas baru," kata Ronald, Rabu (2/5/2018).

Tantangan untuk investasi migas ke depannya juga semakin besar untuk meningkatkan produksi, dan menyeimbangkan kebutuhan dan pasokan migas di Indonesia.

"Tantangan besar karena eksplorasi telah geser ke daerah frontier dan laut dalam di mana butuh investasi besar dan teknologi tinggi," ujarnya.

Sementara itu, harga minyak juga turun drastis sejak 2014 dan mulai beranja naik per akhir 2017. Ini, seharusnya bisa membawa optimisme akan bangkitnya sektor migas di Indonesia. "Perusahaan dunia makin selektif dalam investasi. Jadi harus bersaing global untuk bawa uang ke Indonesia."
(gus/gus) Next Article ICP Anjlok, Bagaimana Nasib Investasi Migas RI di 2019?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular