
ICP Anjlok, Bagaimana Nasib Investasi Migas RI di 2019?
Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
04 January 2019 12:41

Jakarta, CNBC Indonesia- Fluktuasi harga minyak dunia turut menyeret dan mengeret harga minyak Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP).
Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), rata-rata ICP Desember 2018 US$ 54,01 per barel. Beda tipis dengan kisaran harga minyak dunia (Brent) yang Desember lalu berada di kisaran US$ 57 per barel.
ICP Desember merosot jauh dibanding rata-rata November yang mencapai US$ 62,98 per barel. ICP diproyeksi masih akan menurun melihat fluktuasi harga minyak dunia yang trennya menurun dalam beberapa bulan terakhir.
Harga Brent nasibnya juga tak jauh beda, tertolong dengan pemangkasan minyak negara-negara eksportir minyak, hari ini harga minyak bisa menguat tipis dan berada di level US$ 55,95 per barel.
Dalam wawancara bersama CNBC Internasional, JP Morgan memprediksi harga minyak tahun ini hanya akan ada di kisaran US$ 55 per barel. Dengan proyeksi ini, ICP diperkirakan tidak akan terlalu jauh.
Lantas bagaimana nasib investasi migas di Indonesia pada 2019?
Di 2018, dengan rata-rata ICP US$ 67,42 per barel realisasi investasi di sektor ESDM sebesar US$ 32 miliar atau setara Rp 462,83 triliun. Jauh dari target US$ 37,2 miliar.
Kini, ICP dibuka dengan level di bawah US$ 60. President IPA (Indonesia Petrolium Association), Tumbur Parlindungan, mengatakan investasi migas di Indonesia masih menarik di 2019.
"Perusahaan migas akan terus melakukan investasi di Indonesia dengan support pemerintah untuk mempermudah proses investasi," kata Tumbur, Jumat (4/1/2019).
Ia menjabarkan, yang perlu dilakukan pemerintah adalah membuat iklim investasi lebih baik dari negara-negara lain yang jadi kompetitor Indonesia, salah satunya adalah memberi kepastian regulasi dan penekanan di contract sanctity.
"Indonesia punya potensi sumber daya yang besar, namun kurangnya pengeboran eksplorasi dan aktivitas eksplorasi menyebabkan potensi tersebut belum bisa dimanfaatkan dengan baik," jelasnya.
(gus/wed) Next Article Asosiasi Beberkan Tantangan Investasi Migas di RI
Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), rata-rata ICP Desember 2018 US$ 54,01 per barel. Beda tipis dengan kisaran harga minyak dunia (Brent) yang Desember lalu berada di kisaran US$ 57 per barel.
Harga Brent nasibnya juga tak jauh beda, tertolong dengan pemangkasan minyak negara-negara eksportir minyak, hari ini harga minyak bisa menguat tipis dan berada di level US$ 55,95 per barel.
Dalam wawancara bersama CNBC Internasional, JP Morgan memprediksi harga minyak tahun ini hanya akan ada di kisaran US$ 55 per barel. Dengan proyeksi ini, ICP diperkirakan tidak akan terlalu jauh.
Lantas bagaimana nasib investasi migas di Indonesia pada 2019?
Di 2018, dengan rata-rata ICP US$ 67,42 per barel realisasi investasi di sektor ESDM sebesar US$ 32 miliar atau setara Rp 462,83 triliun. Jauh dari target US$ 37,2 miliar.
Kini, ICP dibuka dengan level di bawah US$ 60. President IPA (Indonesia Petrolium Association), Tumbur Parlindungan, mengatakan investasi migas di Indonesia masih menarik di 2019.
"Perusahaan migas akan terus melakukan investasi di Indonesia dengan support pemerintah untuk mempermudah proses investasi," kata Tumbur, Jumat (4/1/2019).
Ia menjabarkan, yang perlu dilakukan pemerintah adalah membuat iklim investasi lebih baik dari negara-negara lain yang jadi kompetitor Indonesia, salah satunya adalah memberi kepastian regulasi dan penekanan di contract sanctity.
"Indonesia punya potensi sumber daya yang besar, namun kurangnya pengeboran eksplorasi dan aktivitas eksplorasi menyebabkan potensi tersebut belum bisa dimanfaatkan dengan baik," jelasnya.
![]() |
(gus/wed) Next Article Asosiasi Beberkan Tantangan Investasi Migas di RI
Most Popular