
Dari Minyak dan Batu Bara, Harga Komoditas Tambang RI Merosot
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
04 January 2019 10:39

Jakarta, CNBC Indonesia- Terus turunnya harga minyak dunia turut membuat harga minyak patokan Indonesia (Indonesian Crude Price) merosot.
Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), rata-rata ICP Desember 2018 ada di US$ 54,01 per barel. Beda tipis dengan kisaran harga minyak dunia (Brent) yang Desember lalu berada di kisaran US$ 57 per barel.
ICP Desember merosot jauh dibanding rata-rata November yang mencapai US$ 62,98 per barel. ICP diproyeksi masih akan menurun melihat fluktuasi harga minyak dunia yang trennya menurun dalam beberapa bulan terakhir.
Bahkan, ke depan ICP diprediksi bisa menyentuh di bawah US$ 45 per barel.
Pengamat energi dan pertambangan Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi berpendapat, harga Brent masih akan terus mengalami penurunan jika melihat kondisi pasokan minyak mentah yang masih melimpah. Menurutnya, harga Brent bisa tergerus sampai di bawah US$ 40-an per barrelnya.
"Lantaran minyak AS dan Rusia serta Iran, juga Qatar, yang akan keluar dari OPEC, akan membanjiri pasar, sehingga kelebihan pasokan, yang menyebabkan harga minyak dunia semakin turun," ujar Fahmy kepada CNBC Indonesia saat dihubungi pada Jumat (28/12/2018).
Apalagi, pasokan dan produksi AS terus melimpah dan permintaan dari China juga menurun di tahun ini. Dikutip dari Reuters, China diketahui memangkas impor mereka untuk periode pertama di 2019 menjadi 89 juta ton. Turun jauh dibanding kuota impor mereka di periode serupa tahun lalu yang mencapai 121 juta ton.
Secara keseluruhan rata-rata ICP selama Januari - Desember mencapai US$ 67,42 per barel, di atas asumsi APBN 2018 yang mematok di US$ 48 per barel. Ini karena harga minyak dunia terus merangkak naik di awal hingga pertengahan tahun, bahkan sempat menyentuh level US$ 80 per barel.
Tidak hanya ICP saja yang mengalami penurunan, Harga Batubara Acuan (HBA) untuk periode Januari 2019 di US$ 92,41 per ton.
HBA bulan ini melanjutkan tren penurunan sejak beberapa bulan terakhir di 2018, yaitu Agustus (US$107,83/ton), September (US$ 104,81/ton), dan Oktober (US$ 100,89/ton), November (US$ 97,9/ton), dan Desember (US$ 92,51/ton).
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi menjelaskan, penurunan HBA bulan ini masih terpengaruh dari ketatnya kebijakan impor batu bara di Tiongkok, sehingga berdampak pada rendahnya konsumsi batubara di Negeri Tirai Bambu tersebut.
Nilai HBA sendiri diperoleh rata-rata empat indeks harga batubara yang umum digunakan dalam perdagangan batubara dunia, yaitu Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya.
"Penentuan ini disetarakan pada nilai kalori batubara 6.322 kcal per kilogram Gross As Received (GAR), kandungan air (total moisture) 8%, kandungan sulfur 0,8%, dan kandungan Ash 15%," tutur Agung, Kamis (3/1/2018).
Adapun, Ketetapan terkait HBA ini tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 01/K/30/MEM/2019 tentang Harga Mineral Logam Acuan dan Harga Batubara Acuan untuk Bulan Januari Tahun 2019.
(gus) Next Article Pengumuman! Harga Minyak Mentah RI Naik Lagi
Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), rata-rata ICP Desember 2018 ada di US$ 54,01 per barel. Beda tipis dengan kisaran harga minyak dunia (Brent) yang Desember lalu berada di kisaran US$ 57 per barel.
Bahkan, ke depan ICP diprediksi bisa menyentuh di bawah US$ 45 per barel.
Pengamat energi dan pertambangan Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi berpendapat, harga Brent masih akan terus mengalami penurunan jika melihat kondisi pasokan minyak mentah yang masih melimpah. Menurutnya, harga Brent bisa tergerus sampai di bawah US$ 40-an per barrelnya.
"Lantaran minyak AS dan Rusia serta Iran, juga Qatar, yang akan keluar dari OPEC, akan membanjiri pasar, sehingga kelebihan pasokan, yang menyebabkan harga minyak dunia semakin turun," ujar Fahmy kepada CNBC Indonesia saat dihubungi pada Jumat (28/12/2018).
Apalagi, pasokan dan produksi AS terus melimpah dan permintaan dari China juga menurun di tahun ini. Dikutip dari Reuters, China diketahui memangkas impor mereka untuk periode pertama di 2019 menjadi 89 juta ton. Turun jauh dibanding kuota impor mereka di periode serupa tahun lalu yang mencapai 121 juta ton.
![]() |
Secara keseluruhan rata-rata ICP selama Januari - Desember mencapai US$ 67,42 per barel, di atas asumsi APBN 2018 yang mematok di US$ 48 per barel. Ini karena harga minyak dunia terus merangkak naik di awal hingga pertengahan tahun, bahkan sempat menyentuh level US$ 80 per barel.
Tidak hanya ICP saja yang mengalami penurunan, Harga Batubara Acuan (HBA) untuk periode Januari 2019 di US$ 92,41 per ton.
HBA bulan ini melanjutkan tren penurunan sejak beberapa bulan terakhir di 2018, yaitu Agustus (US$107,83/ton), September (US$ 104,81/ton), dan Oktober (US$ 100,89/ton), November (US$ 97,9/ton), dan Desember (US$ 92,51/ton).
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi menjelaskan, penurunan HBA bulan ini masih terpengaruh dari ketatnya kebijakan impor batu bara di Tiongkok, sehingga berdampak pada rendahnya konsumsi batubara di Negeri Tirai Bambu tersebut.
Nilai HBA sendiri diperoleh rata-rata empat indeks harga batubara yang umum digunakan dalam perdagangan batubara dunia, yaitu Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya.
"Penentuan ini disetarakan pada nilai kalori batubara 6.322 kcal per kilogram Gross As Received (GAR), kandungan air (total moisture) 8%, kandungan sulfur 0,8%, dan kandungan Ash 15%," tutur Agung, Kamis (3/1/2018).
Adapun, Ketetapan terkait HBA ini tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 01/K/30/MEM/2019 tentang Harga Mineral Logam Acuan dan Harga Batubara Acuan untuk Bulan Januari Tahun 2019.
(gus) Next Article Pengumuman! Harga Minyak Mentah RI Naik Lagi
Most Popular