
Pak Jokowi, Ini Jeritan Hati Bos Perusahaan Minyak RI
Anisatul Umah, CNBC Indonesia
11 March 2020 17:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah investasi sektor migas yang semakin lesu, pemerintah justru membuat kebijakan-kebijakan yang membuat investasi makin sulit. Direktur Eksekutif Indonesian Petroleum Association (IPA) Marjolin Wajong menyebut saat ini investasi migas bisa dibilang krisis.
Dalam kondisi yang sulit ini dirinya menyarankan agar pemerintah mati-matian mengejar investasi di hulu. Hal lain yang bikin sektor hulu makin terpuruk adalah anjloknya harga minyak dunia beberapa hari terakhir.
"Saya wakil dari investor kalau mau ngomong pertahankan produksi apalagi menaikkan. Berarti kita harus ngomong caranya gimana supaya eksplorasi bisa besar-besaran," ungkapnya dalam diskusi iklim investasi, Rabu, (11/03/2020).
Lebih lanjut dirinya menyebut, investasi sektor hulu kini tidak benar-benar kompetitif. Salah satu sebabnya adalah pembuatan aturan. Padahal ini yang membuat investasi migas makin menarik.
"Satu kesucian kontrak. Tapi tau-kah kita ini sering kali dilanggar untuk kepentingan jangka pendek?," imbuhnya.
Peraturan Presiden (Perpres) No. 40 Tahun 2016 tentang penetapan harga gas bumi, untuk menjual gas dengan harga US$ 6 per MMBTU, juga dinilai tak sesuai dengan rencana jangka panjang.
"Inilah kepentingan jangka pendek. Sebagai orang Indonesia saya paham ada kepentingan itu, tapi invetsor nggak mau. Ini yang akan dia pertimbangkan," terangnya.
Aturan yang dibuat ini harusnya dibicarakan terlebih dahulu sebagai jalan keluar, tidak langsung menetapkan aturan yang menabrak kontrak.
Selain Perpres, aturan baru soal pembebasan memilih skema kontrak migas juga dirinya sebut menimbulkan ketidakpastian.
Kontrak migas yang berjangka 30 tahun lalu diperpanjang 10x2 tahun mestinya ada kepastian sehingga bisa stabil dan bisa bersaing, tidak ada besaran pajak yang berubah-rubah.
"Bertahun-tahun beresin peraturan aja kerjaannya. Harus dicari selain yang bersaing juga yang stabil," pintanya.
Hal lain yang perlu pemerintah fokuskan mimpi untuk menemukan lapangan dengan produksi besar atau giant discovery. Namun dirinya menyayangkan dalam beberapa tahun ini belum ada prospek ke arah situ.
"Kita eksplorasi melalui daerah yang ditawarkan kan? itu nggak ada giant-nya, jadi menuju giant itu bagaimana? Tolong dong dicarikan strategi di mana ketika melempar lelang itu ada daerah-daerah yang berpotensi ke arah situ," ujarnya.
Di mata investor, imbuhnya, gabungan prospek fiskal menentukan minat. Jika tidak menarik investor akan kabur. Saat akan mengeluarkan prospek ini sebaiknya ada komersial review dari pemerintah.
"Saya curiga yang gede-gede ada yang mau keluar gara-gara dua ini," ungkapnya.
(sef/sef) Next Article Di Depan Para Juragan Migas, Prabowo Ancam Copot Pejabat!
Dalam kondisi yang sulit ini dirinya menyarankan agar pemerintah mati-matian mengejar investasi di hulu. Hal lain yang bikin sektor hulu makin terpuruk adalah anjloknya harga minyak dunia beberapa hari terakhir.
Lebih lanjut dirinya menyebut, investasi sektor hulu kini tidak benar-benar kompetitif. Salah satu sebabnya adalah pembuatan aturan. Padahal ini yang membuat investasi migas makin menarik.
"Satu kesucian kontrak. Tapi tau-kah kita ini sering kali dilanggar untuk kepentingan jangka pendek?," imbuhnya.
Peraturan Presiden (Perpres) No. 40 Tahun 2016 tentang penetapan harga gas bumi, untuk menjual gas dengan harga US$ 6 per MMBTU, juga dinilai tak sesuai dengan rencana jangka panjang.
"Inilah kepentingan jangka pendek. Sebagai orang Indonesia saya paham ada kepentingan itu, tapi invetsor nggak mau. Ini yang akan dia pertimbangkan," terangnya.
Aturan yang dibuat ini harusnya dibicarakan terlebih dahulu sebagai jalan keluar, tidak langsung menetapkan aturan yang menabrak kontrak.
Selain Perpres, aturan baru soal pembebasan memilih skema kontrak migas juga dirinya sebut menimbulkan ketidakpastian.
Kontrak migas yang berjangka 30 tahun lalu diperpanjang 10x2 tahun mestinya ada kepastian sehingga bisa stabil dan bisa bersaing, tidak ada besaran pajak yang berubah-rubah.
"Bertahun-tahun beresin peraturan aja kerjaannya. Harus dicari selain yang bersaing juga yang stabil," pintanya.
Hal lain yang perlu pemerintah fokuskan mimpi untuk menemukan lapangan dengan produksi besar atau giant discovery. Namun dirinya menyayangkan dalam beberapa tahun ini belum ada prospek ke arah situ.
"Kita eksplorasi melalui daerah yang ditawarkan kan? itu nggak ada giant-nya, jadi menuju giant itu bagaimana? Tolong dong dicarikan strategi di mana ketika melempar lelang itu ada daerah-daerah yang berpotensi ke arah situ," ujarnya.
Di mata investor, imbuhnya, gabungan prospek fiskal menentukan minat. Jika tidak menarik investor akan kabur. Saat akan mengeluarkan prospek ini sebaiknya ada komersial review dari pemerintah.
"Saya curiga yang gede-gede ada yang mau keluar gara-gara dua ini," ungkapnya.
(sef/sef) Next Article Di Depan Para Juragan Migas, Prabowo Ancam Copot Pejabat!
Most Popular