
Indomobil: Otomotif RI Tertekan Perang Dagang AS-China
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
11 April 2018 17:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku industri otomotif di Tanah Air mengkhawatirkan dampak perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
(ray/ray) Next Article Mengapa Industri Otomotif RI (Masih) Kalah dengan Thailand?
Komisaris PT Indomobil Sukses International Tbk (IMAS) Gunadi Sindhuwinata mengatakan pasokan dan harga bahan baku untuk mobil dan sepeda motor akan menuju ke tren yang berbeda dari saat ini.
"Mungkin 3 bulan sampai setengah tahun [dampaknya akan terasa], sampai menjalar ke negara-negara lain pasti butuh waktu. Kita harus siap-siap merevisi cara memandang pertumbuhan ekonomi," jelasnya ditemui di acara Revolusi Industri 4.0, Rabu (11/4/2018).
Seperti diketahui, Amerika Serikat mengenakan tarif bea impor yang tinggi untuk baja sebesar 25% dan untuk alumunium sebesar 10% dengan dalih untuk melindungi produsen dalam negeri dari kedua komoditas tersebut.
Menurut Gunadi, baja dan alumunium merupakan bahan baku yang penting bagi industri otomotif dan juga pesawat terbang. Hal ini, lanjut dia, juga berdampak pada persaingan antara dua pabrikan pesawat terbesar di dunia yakni Boeing dan Airbus.
"Akibatnya, harga pesawat mereka (Boeing) jadi lebih mahal daripada buatan Eropa (Airbus)," jelas Gunadi, yang juga menjabat sebagai Ketua Ikatan Ahli Teknik Otomotif.
"Mungkin 3 bulan sampai setengah tahun [dampaknya akan terasa], sampai menjalar ke negara-negara lain pasti butuh waktu. Kita harus siap-siap merevisi cara memandang pertumbuhan ekonomi," jelasnya ditemui di acara Revolusi Industri 4.0, Rabu (11/4/2018).
Seperti diketahui, Amerika Serikat mengenakan tarif bea impor yang tinggi untuk baja sebesar 25% dan untuk alumunium sebesar 10% dengan dalih untuk melindungi produsen dalam negeri dari kedua komoditas tersebut.
Menurut Gunadi, baja dan alumunium merupakan bahan baku yang penting bagi industri otomotif dan juga pesawat terbang. Hal ini, lanjut dia, juga berdampak pada persaingan antara dua pabrikan pesawat terbesar di dunia yakni Boeing dan Airbus.
"Akibatnya, harga pesawat mereka (Boeing) jadi lebih mahal daripada buatan Eropa (Airbus)," jelas Gunadi, yang juga menjabat sebagai Ketua Ikatan Ahli Teknik Otomotif.
(ray/ray) Next Article Mengapa Industri Otomotif RI (Masih) Kalah dengan Thailand?
Most Popular