Internasional

IMF: Pelarangan Impor Rugikan Semua Orang

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
11 April 2018 15:37
Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengatakan proteksionisme membayangi pertumbuhan global.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Hong Kong, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/ IMF) optimistis terhadap pertumbuhan ekonomi global namun juga memperingatkan bahwa awan hitam sedang membayangi dunia akibat menghilangnya stimulus fiskal dan kenaikan suku bunga acuan di berbagai negara, kata Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde hari Rabu (11/4/2018).

Dalam pidatonya di Hong Kong, Lagarde mengatakan prioritas utama perekonomian global adalah untuk menjauhi proteksionisme, mewaspadai risiko keuangan, dan mendorong pertumbuhan jangka panjang, dilansir dari Reuters.

Bos IMF itu berbicara di saat perseteruan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China menciptakan ketidakpastian bagi berbagai bisnis dan rantai pasokan global mereka.

"Sejarah menunjukkan pelarangan impor memukul semua orang, terutama para konsumen yang lebih miskin," kata Lagarde.

"Tidak hanya karena harga barang-barang menjadi lebih mahal dan terbatas pilihannya, hal itu juga membatasi peran perdagangan dalam mendorong produktivitas dan menyebarkan teknologi baru," tambahnya.

Cara terbaik untuk menyelesaikan kesenjangan global adalah dengan menggunakan instrumen fiskal atau reformasi struktural. Ia mengatakan aturan Organisasi Perdagangan Bebas Dunia (World Trade Organization/ WTO) berisiko dilanggar. Ia menyebut pelanggaran itu sebagai kegagalan kebijakan secara kolektif yang tidak dapat dimaafkan.

Para pembuat kebijakan perlu berkomitmen untuk menciptakan level kompetisi yang sama dan menyelesaikan perselisihan tanpa menggunakan langkah-langkah yang luar biasa, ujar Lagarde.

Ia memperkirakan momentum pertumbuhan tahun ini dan tahun depan akan melemah menyusul berkurangnya stimulus fiskal, kenaikan suku bunga acuan, dan pengetatan kondisi keuangan.

Analisis terbaru IMF menunjukkan utang global telah menyentuh level tertinggi sepanjang sejarah senilai US$164 triliun atau 40% lebih tinggi dibandingkan tahun 2007. China berkontribusi lebih dari separuh angka kenaikan tersebut.

Lagarde menegaskan negara-negara perlu menurunkan defisit anggaran mereka, memperkuat kerangka fiskal, dan menurunkan angka utang pemerintah secara bertahap.

"Memperkuat stabilitas keuangan dengan cara meningkatkan buffer sektor perbankan dan korporasi adalah kuncinya, terutama bagi pasar-pasar berkembang yang besar, seperti China dan India," tambahnya.
(dru) Next Article Bos IMF Yakin AS-China Segera Teken Perjanjian Dagang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular