
Internasional
"Produk AS yang Ditargetkan China Hanya 0,3% dari PDB AS"
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
05 April 2018 13:51

Washington, CNBC Indonesia - Ketegangan yang meningkat antara Washington dan Beijing membuat ancaman meletusnya perang dagang semakin mendekat setelah China mengancam akan melakukan pembalasan terhadap produk-produk ekspor utama Amerika Serikat (AS) pada hari Rabu (4/4/2018).
Beijing mengungkapkan rencana penerapan bea impor dengan target produk-produk ekspor AS yang sensitif secara politis, termasuk kedelai, pesawat dan otomotif. Langkah tersebut dilakukan sebagai bentuk pembalasan terhadap ancaman bea impor yang AS kenakan pada lebih dari 1.000 produk China.
Wall Street turun tajam ketika dibuka, tetapi para investor kemudian nampaknya menyadari bahwa ketakutan mereka bisa saja berlebihan. Alhasil, bursa saham pun rebound dan ditutup dengan nilai lebih tinggi.
Larry Kudlow, penasehat ekonomi yang baru saja ditunjuk oleh Presiden AS Donald Trump, berkata kecemasan bursa saham itu bisa dipahami, tetapi "di ujung pelangi ada sepundi emas". Kudlow terkenal di pasar keuangan setelah menjadi analis selama bertahun-tahun di CNBC.
Sementara itu, Trump melancarkan serentetan cuitan yang menyatakan AS "tidak sedang berperang dagang dengan China" dan menyatakan ia hanya memperbaiki kesalahan pemerintah sebelumnya.
Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross menampik kekhawatiran bahwa konfrontasi perdagangan ini bisa membahayakan AS sebagai perekonomian terbesar di dunia.
Dalam sebuah wawancara dengan CNBC, Ross meremehkan pembalasan Beijing dengan mengatakan produk ekspor AS senilai US$50 miliar (Rp 688 juta) yang ditargetkan tersebut hanya menyumbang sekitar 0,3% ke produk domestik bruto (PDB) AS. "Jadi itu bukanlah aktivitas yang mengancam keselamatan," katanya, dilansir dari AFP.
Cui Tiankai, Duta Besar China untuk AS, datang ke Kementerian Luar Negeri untuk berdiskusi dengan Pelaksana Tugas Menteri Luar Negeri John Sullivan. Saat ia pergi dari tempat itu, ia menunjukkan harapan agar meletusnya perang dagang bisa dihindari.
"Tentu saja negosiasi akan masih menjadi preferensi kami, namun perlu kedua belah pihak untuk bekerjasama. Kami akan melihat apa apa yang akan mereka lakukan," kata Tiankai kepada para jurnalis.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Heather Nauert berkata, "Plt Menlu menekankan kembali perlunya mengembalikan keadilan dan keseimbangan di relasi ekonomi kami".
Namun, beberapa pasar AS sudah menanggapi cekcok perdagangan tersebut dengan harga yang lebih tinggi dan pasokan yang lebih ketat, meski bea impor balasan yang lebih besar belum diterapkan.
Pemasok baja dan aluminium mulai menaikkan harga dalam 24 jam setelah Trump mengumumkan niatnya untuk menerapkan bea impor bulan lalu, menurut asosiasi pengelolaan pasokan Institute for Supply Management. Kelompok industri kembali menghimbau Gedung Putih untuk mengubah arah.
Kamar Dagang AS, pendukung para politisi Partai Republik, mengatakan tarif "bukanlah cara" untuk mencapai perdagangan yang lebih adil dengan China. Boeing si raksasa aviasi, yang beberapa pesawat kecilnya terkenal dampak bea impor China dan meningkatnya harga logam, berkata perselisihan ini bisa "merugikan industri pesawat terbang global".
Perusahaan itu berkata pihaknya "akan terus berinteraksi dengan kedua pemerintah" karena kedua pihak mengatakan "diskusi produktif sedang dilakukan". China adalah pasar terbesar untuk kedelai AS. Ancaman bea impor pada komoditas ekspor berpotensi untuk membangkitkan keresahan dagang di daerah pendukung Partai Republik.
Asosiasi Kedelai Amerika meminta pemerintah Trump "untuk mempertimbangkan tarif yang memicu pembalasan ini".
Scott Miller, Pakar Kebijakan Dagang di Center for Strategic and International Studies, berkata pada AFP bahwa tarif yang diusulkan sejauh ini cenderung tidak mempengaruhi keseluruhan pertumbuhan ekonomi. Namun, "bukan berarti tidak aka nada reaksi politik," katanya.
"Menurut saya, China sangat senang untuk bermain-main dengan AS dalam hal ini karena mereka yakin AS akan menyerah duluan."
Namun, pejabat perdagangan AS berkata kepada para reporter pembalasan China "hanyalah usaha untuk mengintimidasi kami atau untuk membuat kami menyerah, sehingga mereka bisa terus melakukan hal-hal buruk" termasuk mengambil kekayaan intelektual dari perusahaan-perusahaan Amerika.
Selain baja dan aluminium, bea impor hanyalah sebuah ancaman untuk saat ini. AS akan memiliki periode komentar selama 30 hari sebelum memutuskan daftar final tentang produk-produk China yang menjadi target. China juga menunda pembicaraan.
Meskipun begitu jika bea impor diterapkan, maka ini akan menjadi perang dagang terbesar yang melibatkan AS, kata Gary Clyde Hufbauer, Pakar Perdagangan di Peterson Institute for International Economics.
Nilai sejumlah $50 miliar "di setiap arah itu jauh lebih besar daripada perselisihan dagang yang sebelumnya kami alami," katanya kepada AFP.
Namun, Hufbauer berkata sembari pemilu di pertengahan November semakin mendekat, dampak politik dari kebijakan dagang saat ini bisa jadi lebih besar dibandingkan dampak perekonomian untuk Trump.
"Dia merugikan basisnya, dia sangat membuat jengkel banyak anggota Republik di senat dan DPR," kata Hufbauer.
"Cara yang ia lakukan sekarang, dia harus berkompromi agar tetap memiliki peluang untuk mempertahankan Kongres Republik di bulan November."
(roy/roy) Next Article Terancam Tarif Baru AS, China Bersumpah Akan Melawan Balik
Beijing mengungkapkan rencana penerapan bea impor dengan target produk-produk ekspor AS yang sensitif secara politis, termasuk kedelai, pesawat dan otomotif. Langkah tersebut dilakukan sebagai bentuk pembalasan terhadap ancaman bea impor yang AS kenakan pada lebih dari 1.000 produk China.
Wall Street turun tajam ketika dibuka, tetapi para investor kemudian nampaknya menyadari bahwa ketakutan mereka bisa saja berlebihan. Alhasil, bursa saham pun rebound dan ditutup dengan nilai lebih tinggi.
Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross menampik kekhawatiran bahwa konfrontasi perdagangan ini bisa membahayakan AS sebagai perekonomian terbesar di dunia.
Dalam sebuah wawancara dengan CNBC, Ross meremehkan pembalasan Beijing dengan mengatakan produk ekspor AS senilai US$50 miliar (Rp 688 juta) yang ditargetkan tersebut hanya menyumbang sekitar 0,3% ke produk domestik bruto (PDB) AS. "Jadi itu bukanlah aktivitas yang mengancam keselamatan," katanya, dilansir dari AFP.
Cui Tiankai, Duta Besar China untuk AS, datang ke Kementerian Luar Negeri untuk berdiskusi dengan Pelaksana Tugas Menteri Luar Negeri John Sullivan. Saat ia pergi dari tempat itu, ia menunjukkan harapan agar meletusnya perang dagang bisa dihindari.
"Tentu saja negosiasi akan masih menjadi preferensi kami, namun perlu kedua belah pihak untuk bekerjasama. Kami akan melihat apa apa yang akan mereka lakukan," kata Tiankai kepada para jurnalis.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Heather Nauert berkata, "Plt Menlu menekankan kembali perlunya mengembalikan keadilan dan keseimbangan di relasi ekonomi kami".
Namun, beberapa pasar AS sudah menanggapi cekcok perdagangan tersebut dengan harga yang lebih tinggi dan pasokan yang lebih ketat, meski bea impor balasan yang lebih besar belum diterapkan.
Pemasok baja dan aluminium mulai menaikkan harga dalam 24 jam setelah Trump mengumumkan niatnya untuk menerapkan bea impor bulan lalu, menurut asosiasi pengelolaan pasokan Institute for Supply Management. Kelompok industri kembali menghimbau Gedung Putih untuk mengubah arah.
Kamar Dagang AS, pendukung para politisi Partai Republik, mengatakan tarif "bukanlah cara" untuk mencapai perdagangan yang lebih adil dengan China. Boeing si raksasa aviasi, yang beberapa pesawat kecilnya terkenal dampak bea impor China dan meningkatnya harga logam, berkata perselisihan ini bisa "merugikan industri pesawat terbang global".
Perusahaan itu berkata pihaknya "akan terus berinteraksi dengan kedua pemerintah" karena kedua pihak mengatakan "diskusi produktif sedang dilakukan". China adalah pasar terbesar untuk kedelai AS. Ancaman bea impor pada komoditas ekspor berpotensi untuk membangkitkan keresahan dagang di daerah pendukung Partai Republik.
Asosiasi Kedelai Amerika meminta pemerintah Trump "untuk mempertimbangkan tarif yang memicu pembalasan ini".
Scott Miller, Pakar Kebijakan Dagang di Center for Strategic and International Studies, berkata pada AFP bahwa tarif yang diusulkan sejauh ini cenderung tidak mempengaruhi keseluruhan pertumbuhan ekonomi. Namun, "bukan berarti tidak aka nada reaksi politik," katanya.
"Menurut saya, China sangat senang untuk bermain-main dengan AS dalam hal ini karena mereka yakin AS akan menyerah duluan."
Selain baja dan aluminium, bea impor hanyalah sebuah ancaman untuk saat ini. AS akan memiliki periode komentar selama 30 hari sebelum memutuskan daftar final tentang produk-produk China yang menjadi target. China juga menunda pembicaraan.
Meskipun begitu jika bea impor diterapkan, maka ini akan menjadi perang dagang terbesar yang melibatkan AS, kata Gary Clyde Hufbauer, Pakar Perdagangan di Peterson Institute for International Economics.
Nilai sejumlah $50 miliar "di setiap arah itu jauh lebih besar daripada perselisihan dagang yang sebelumnya kami alami," katanya kepada AFP.
Namun, Hufbauer berkata sembari pemilu di pertengahan November semakin mendekat, dampak politik dari kebijakan dagang saat ini bisa jadi lebih besar dibandingkan dampak perekonomian untuk Trump.
"Dia merugikan basisnya, dia sangat membuat jengkel banyak anggota Republik di senat dan DPR," kata Hufbauer.
"Cara yang ia lakukan sekarang, dia harus berkompromi agar tetap memiliki peluang untuk mempertahankan Kongres Republik di bulan November."
(roy/roy) Next Article Terancam Tarif Baru AS, China Bersumpah Akan Melawan Balik
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular