Jokowi, Perry Warjiyo, dan Pertumbuhan Ekonomi

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
04 April 2018 08:30
Gubernur BI yang baru, Perry Warjiyo, menyampaikan program kerja yang menyebutkan sikap bank sentral siap mendukung pertumbuhan ekonomi.
Foto: CNBC Indonesia/Chandra Gian Asmara
Jakarta, CNBC Indonesia - Keinginan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memiliki seorang pemimpin bank sentral yang tidak hanya mampu menjaga stabilitas makro ekonomi namun juga mampu mendorong perekonomian menjadi kenyataan.

Dalam sidang paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Selasa (3/4/2018), Perry Warjiyo secara resmi didapuk sebagai Gubernur Bank Indonesia (BI) setelah melakukan serangkaian uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test).


Pada saat rangkaian fit and proper test, Perry Warjiyo yang sebelumnya menjabat deputi gubernur BI menegaskan bank sentral di bawah komandonya akan menggunakan berbagai instrumen yang ada untuk mendorong pertumbuhan. Suku bunga tidak akan menjadi satu-satunya instrumen yang digunakan BI

Sikap Perry Warjiyo yang cenderung dovish pun semakin terlihat dari pernyataan resmi yang bersangkutan usai didapuk menjadi BI-1. Prioritas utama yang akan dilakukan olehnya adalah melanjutkan pendalaman pasar keuangan.

"Akselerasi pendalaman pasar menjadi prioritas. Kami bersama OJK [Otoritas Jasa Keuangan] dan Kementerian Keuangan akan fokus bersama bagaimana pasar keuangan membangun pembiayaan infrastruktur," kata Perry di gedung DPR.

Dengan tersedianya instrumen yang bervariasi di pasar keuangan, swasta bisa dengan mudah mendapatkan utang untuk membiayai pembangunan. Hal tersebut juga bisa mengompensasi apabila permintaan kredit perbankan belum terakselerasi.

Pasar keuangan yang semakin likuid merupakan prasyarat untuk meningkatkan ketersediaan dana bagi pembiayaan pembangunan infrastruktur yang saat ini digencarkan pemerintah dengan harapan pertumbuhan ekonomi nasional tidak hanya tinggi melainkan juga berkesinambungan.

Menjelang tahun politik, arah kebijakan pro-pertumbuhan memang diharapkan menjadi stimulus tersendiri bagi perekonomian. Namun, beberapa ekonom memberikan catatan yang harus menjadi perhatian Perry ke depan.

Di tengah tren kenaikan suku bunga global, ruang BI melakukan stimulasi melalui suku bunga terbilang terbatas. Beberapa analis menyebut hal ini tidak akan membuat Indonesia menarik di mata investor, dan yang lebih parah, Indonesia bisa saja mengalami pembalikan arus modal.

Jika BI memutuskan menaikkan suku bunga pun, ada konsekuensi yang harus diterima sebab BI secara tidak langsung mengerem laju pertumbuhan ekonomi yang sejatinya cukup sensitif jelang tahun politik.

Selain itu, sikap Perry yang cenderung pro-pertumbuhan pun menjadi perbincangan hangat dalam proses fit and proper test bersama komisi keuangan DPR sebab mandat BI hanya menjaga inflasi dan stabilitas nilai tukar rupiah sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 6 tahun 2009 tentang Bank Indonesia.

Menurut komisi keuangan DPR, kedua arah kebijakan BI di bawah kepemimpinan Perry Warjiyo bisa saja memperluas mandat yang tercantum dalam UU bank sentral menjadi tiga lapis.

Ke depan, menarik untuk mencermati instrumen apa saja yang akan diambil Perry Warjiyo dalam upaya menggenjot perekonomian dan bagaimana kelanjutan UU bank sentral yang tidak memandatkan secara langsung tugas BI menjaga pertumbuhan ekonomi.

Namun, perlu digarisbawahi bahwa bank sentral selama ini sejatinya tidak pernah abai terhadap pertumbuhan ekonomi. Pelonggaran kebijakan moneter yang sudah dilakukan BI dalam satu tahun belakangan merupakan salah satu upaya mendukung pertumbuhan.


Bahkan, Deputi Gubernur BI terpilih Dody Budi Waluyo mengatakan bank sentral membuka peluang untuk kembali mempertahankan tingkat suku bunga acuannya di level 4,25%, seiring dengan terjaganya laju inflasi dan nilai tukar yang masih dalam koridornya.
(prm) Next Article BI Turunkan Proyeksi Ekonomi RI, Ternyata Ini Sebabnya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular