Internasional

Pertama Kali Dalam Dua Tahun, Sentimen Bisnis Jepang Anjlok

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
02 April 2018 18:47
Pertama Kali Dalam Dua Tahun, Sentimen Bisnis Jepang Anjlok
Foto: Reuters
Tokyo, CNBC Indonesia - Sentimen bisnis di Jepang memburuk pada tiga bulan awal tahun ini (Januari-Maret). Menurut hasil survei oleh bank sentral Jepang, hal ini merupakan yang pertama kalinya dalam dua tahun terakhir, seiring meningkatnya harga bahan baku dan upah pekerja yang menekan pemulihan ekonomi Jepang.

Beberapa analis mengatakan penguatan yen dan meningkatnya ketakutan akan terjadinya perang dagang akibat tindakan presiden Donald Trump yang menerapkan tarif tinggi pada barang-barang asal China, dapat terus menekan sentimen bisnis ke depannya, terutama jika tindakan balas dendam semakin banyak bermunculan.

Namun hanya sebagian analis yang memperkirakan pemulihan ekonomi akan terhambat karena keyakinan pebisnis tetap dalam level tertinggi dalam satu dekade terakhir dan perusahaan-perusahaan berencana menaikkan biaya modal.

"Penguatan yen sejak akhir Januari telah mengikis keyakinan perusahaan manufaktur, namun fundamental ekonomi global yang kuat telah mengimbangi masalah tersebut. Secara keseluruhan, Anda dapat menyimpulkan bahwa keyakinan bisnis tetap berada dalam level yang kuat," ujar Yuichiro Nagai, seorang ekonom di Barclays Securities seperti dikutip dari Reuters, Senin (2/4/2018).

"Ketakutan akan terjadinya perang dagang tidak banyak berpengaruh pada sentimen bisnis sejauh ini. Namun tergantung pada perkembangan kebijakan perdagangan AS, aksi proteksionisme dapat memperburuk sentimen bisnis kedepannya." ujar Yuichiro.

Sebuah indeks yang mengukur tingkat keyakinan perusahaan manufaktur besar turun sebesar dua poin menjadi 24 poin pada bulan Maret, menurut survei kuartalan 'Tankan' yang dilakukan oleh Bank of Japan. Hasil tersebut hampir menyamai proyeksi pelaku pasar yang sebesar 25 poin.

Sentimen perusahaan non-manufaktur melemah 2 poin menjadi 23 poin, lebih rendah dibandingkan proyeksi yang sebesar 24 poin, penurunan pertama dalam enam bulan terakhir.

Baik perusahaan manufaktur maupun non-manufaktur memproyeksikan kondisi bisnis akan memburuk dalam tiga bulan mendatang, merefleksikan kekhawatiran terkait kebijakan perdagangan AS dan kuatnya yen.

"Hal ini tidak seharusnya dijadikan acuan untuk perekonomian Jepang meskipun sentimen terus memburuk," ujar Takeshi Minami, kepala ekonom di Norinchukin Research Institute, "Kekhawatiran memang tinggi terkait kemungkian tindakan balasan terhadap penetapan tarif oleh AS, namun ekonomi global tetap terus membaik, yang merupakan hal baik bagi ekspor nilai tambah Jepang.
Sekitar 70% perusahaan merespon survei pada tanggal 12 Maret, setelah Trump mengumumkan penerapan tarif impor 25% untuk baja dan 10% untuk aluminium, namun sebelum Trump mengumumkan tarif anti-China-nya.

Perusahaan manufaktur besar mengharapkan dolar bergerak ke kisaran rata-rata 109,66 per yen selama setahun, dimulai dari bulan April. Angka tersebut jauh lebih rendah dari level dolar saat ini yaitu sekitar 106 per yen-nya.

Jika penguatan yen berlanjut, perusahaan manufaktur mungkin terpaksa harus mengurangi optomismenya dalam memperkirakan keuntungan, sebuah kecemasan bagi Perdana Menteri Shinzo Abe, yang mengharapkan pertumbuhan dengan menerapkan kebijakan reflationist.

Pemecatan tenaga kerja juga memperburuk sentimen, dimana perbaikan ekonomi dan berkurangnya populasi penduduk usia pekerja telah mendorong jumlah pengangguran ke jumlah terendah dalam 25 tahun.

Batas kapasitas perhitungan indeks tankan menunjukan perusahaan-perusahaan melihat pasar pekerja berada dalam tingkat terendahnya sejak tahun 1991.

"Pengurangan pekerja memiliki dampak negatif terutama pada perusahaan sektor jasa padat karya," ujar Satoshi Osanai, ekonom senior di Daiwa Institite of Research.

Ia mengatakan kenaikan upah dapat memicu 'siklus pertumbuhan yang baik' dari belanja konsumen, kenaikan harga dan peningkatan investasi jika perusahaan dapat terus menaikkan biaya untuk menghasilkan laba. "Kunci untuk mewujudkan hal ini adalah apakah konsumen bersedia membelanjakan pendapatan mereka yang meningkat, tetapi sejauh ini hanya ada sedikit tanda bahwa hal itu dapat terjadi."

Pertumbuhan upah yang lamban dan keengganan perusahaan untuk menaikkan harga telah menekan inflasi jauh di bawah target Bank of Jepan sebesar 2%. Namun, Tankan menunjukkan lebih banyak perusahaan yang mampu memberikan biaya lebih tinggi kepada konsumen, tanda harapan bagi bank sentral.

Indeks Tankan mengukur seberapa besar pabrikan melihat pergerakan harga output berada pada level +4, level tertinggi sejak 2008, dan menunjukkan tekanan harga terus meningkat.

Beberapa perusahaan dalam industri konstruksi, restoran dan hotel mengeluh bahwa kurangnya tenaga kerja telah merugikan bisnis mereka, kata seorang pengamat resmi BOJ.

Perusahaan dalam bisnis bahan dasar yang menjual barang-barang seperti baja, logam non besi dan tekstil menganggap sentimen diperburuk akibat meningkatnya biaya bahan baku.

Indeks yang mengukur sentimen pembuat baja turun 9 poin, penurunan terbesar di antara produsen besar, sementara tingkat kepercayaan juga merosot di antara produsen logam nonferrous dan produk logam.

Namun, perusahaan-perusahaan besar berencana untuk meningkatkan belanja modal mereka sebesar 2,3% pada tahun keuangan saat ini, mulai dari bulan April, versus estimasi median untuk kenaikan 0,6%.

Indeks sentimen tankan diperoleh dari pengurangan jumlah responden yang mengatakan kondisinya buruk dengan mereka yang mengatakan berada dalam baik. Nilai positif berarti optimis melebihi pesimis.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular