Internasional

Jumlah Turis Asing di Jepang Naik 20% Akibat Yen Melemah

Rehiya Sebayang, CNBC Indonesia
24 March 2018 10:21
Sektor pariwisata Jepang saat ini mencatatkan rekor bersejarah akibat membludaknya wisatawan ke negeri Bunga Sakura ini.
Foto: courtesy CNBC International
Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor pariwisata Jepang saat ini mencatatkan rekor bersejarah akibat membludaknya wisatawan ke negeri Bunga Sakura ini. Di 2017, jumlah wisatawan mengalami pertumbuhan sampai 20% dibandingkan tahun 2016.

"Jumlah tersebut merupakan angka pertumbuhan tertinggi dan diperkirakan akan terus bertambah," kata Managing Partner di Lembaga Konsultasi McKinsey wilayah Jepang," Andre Andonian dilansir dari CNBC Indonesia, Sabtu (24/3/2018).

Pada tahun 2008 Jepang menetapkan target yang sangat tinggi di industri pariwisatanya, yaitu menarik sebanyak 20 juta wisatawan ke negari sakura sampai tahun 2020. Angka itu hampir berhasil dicapai dalam lima tahun. Ada 10,4 juta wisatawan yang mengunjungi Jepang sampai pada tahun 2013.

Bahkan sebelum tahun 2020, di mana Jepang akan menjadi tuan rumah Olimpiade, Jepang sudah berhasil mencapai targetnya. Tahun 2017 lalu terhitung ada sebanyak 28,7 juta wisatawan yang sudah berkunjung ke negara ini.

Tingkat pertumbuhan ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya pelemahan Yen secara umum, yang turun 10% terhadap dolar lebih dari lima tahun terakhir, dan juga semakin longgarnya persyaratan memperoleh visa untuk kunjungan ke Jepang, terutama untuk negara-negara penting di Kawasan China (China, Hong Kong, Macau, Taiwan).

"Olimpiade akan menjadi faktor penting dalam mempertahankan tingkat pertumbuhan," kata Andonia.

Sebelum Olimpiade ada beberapa acara penting lainnya yang bisa menaikkan jumlah wisatawan ke Jepang, seperti pertemuan negara-negara anggota G20 pada tahun 2019 dan Piala Dunia Rugby pada tahun 2020.

Andonian mengatakan bahwa belanja turis di Inggris telah meningkat semenjak perhelatan London games pada tahun 2012, sehingga merupakan kabar baik bagi Jepang. Pada bulan Januari tahun ini, jumlah wisatawan Jepang naik 9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Target terbaru pemerintah adalah menarik 40 juta wisatawan ke Jepang sampai tahun 2020, terutama turis asal negara-negara non-Asia. Tahun 2017, lebih dari dua per tiga wisatawan internasionalnya berasal dari Korea Selatan dan negara-negara kawasan China.

Toko-toko Ritel Diuntungkan

Industri-industri besar diuntungkan akibat meningkatnya wisatawan di Jepang. Semakin banyaknya turis-turis dari China yang gemar berbelanja telah membantu meningkatkan pendapatan toko-toko ritel di negara yang rata-rata usia penduduknya terus bertambah tua ini.

Belanja wisatawan mencapai rekor tertinggi senilai 4,42 triliun yen (US$ 41,7 miliar) pada tahun 2017, sejalan dengan kenaikan jumlah wisatawan. Menurut data resmi, jumlah ini naik 17,8% dari tahun sebelumnya.

Meningkatnya jumlah belanja wisatwan ini telah mendorong saham-saham terkait (ritel) naik. Saham Shiseido naik melebihi 100% dalam setahun, saham Don Quijote juga naik 60% dalam periode yang sama. Dalam setahun indeks Nikkei 225 naik sekitar 10%.

Industri Hotel

Saat ini beberapa rute popular (Golden Route) di Tokyo, Osaka, dan Kyoto, mengalami kekurangan kamar hotel. Menurut Andonian, kini tingkat okupansi sudah mencapai 80% .Terbatasnya pasokan kamar hotel telah membuat pemerintah Jepang turun tangan dengan membiayai pembangunan hotel di kota-kota besar yang dikerjakan oleh pihak swasta.

Konsorsium swasta juga mengumpulkan dana untuk berinvestasi pada akomodasi bertipe tradisional. Sementara itu, pengembang-pengembang properti seperti Hyatt, Marriott, Nomura Real Estate Development dan Mitsui Fodosan telah membangun akomodasi baru.

Infrastruktur

Seperti ajang-ajang Olimpiade lainya, Olimpiade di Tokyo memerlukan investasi infrastruktur senilai miliaran dolar AS, dimana ini merupakan suatu hal kontroversial yang memerlukan dukungan politik guna memuluskan anggaran tersebut.

Sampai dengan Desember 2017, anggaran untuk ajang Olimpiade adalah sebesar 1,35 triliun yen (US$12.7 miliar), dua kali lebih tinggi dari yang diproyeksikan pada tahun 2013 senilai 730 miliar yen (US$6.9 miliar).

"Bangunan-bangunan yang sudah ada serta membangun yang baru untuk keperluan Olimpiade, di mana bangunan-bangunan tersebut dapat digunakan setelah Olimpiade untuk membantu menekan biaya pembangunan (untuk acara-acara selanjutnya)," ujar Masa Takaya, juru bicara dari Tokyo Organising Committee of the Olympic and Paralympic Games.

Perusahaan-perusahaan konstruksi yang terlibat dalam pembangunan tersebut akan diuntungkan, seperti Mitsubishi Estate dan Mitsui Fudosan. Keuda perusahaan tersebut merupakan anggota konsorsium yang memenangkan lelang untuk proyek pembangunan pemukiman atlet.
(dru) Next Article Turis Asal Malaysia Juara (Lagi), Terbanyak Kunjungi RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular