
Kinerja Sektoral Kuartal I, Pertambangan Naik Paling Tinggi
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
02 April 2018 16:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kuartal I sebesar 2,62%, tentu saja tidak diikuti koreksi seluruh sektor yang jadi penopang kinerja bursa saham domestik. Empat sektor saham memberikan imbal hasil positif, sementara enam lainnya terkoreksi.
Performa terbaik dicatatkan oleh sektor pertambangan yang niak 16,22%, sementara performa terburuk dicatatkan oleh sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang jatuh 10,66%.
Sektor Pertambangan
Penguaran harga saham sektor-sektor pertambangan tak lepas dari kenaikan harga komoditas pertambangan. Sepanjang kuartal I, harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman Mei 2018 naik sebesar 7,48% menjadi US 64,94/barel, sementara brent naik 5,08% menjadi US$ 70,27/barel.
Kenaikan harga minyak dunia merupakan hasil dari tingginya tingkat kepatuhan dari negara-negara penghasil minyak dunia (baik OPEC maupun non-OPEC) dalam mematuhi kesepakatan pemangkasan produksi yang rencananya berlangsung sampai dengan akhir tahun ini. Berkurangnya suplai minyak ini terjadi ditengah-tengah berlangsungnya pemulihan ekonomi dunia yang mendongkrak permintaan si emas hitam.
Namun, penguatan harga minyak tertahan oleh kencangnya produksi Amerika Serikat (AS). Sepanjang pekan lalu, stok minyak negeri paman sam bertambah 1,6 juta barel dan produksinya menembus rekor baru yaitu mencapai 10,43 barel/hari.
Saham-saham emiten pertambangan minyak yang membukukan kenaikan signifikan sepanjang kuartal 1 diantaranya: PT Energi Mega Persada Tbk/ENRG (+185%), PT Medco Energi Internasional Tbk/MEDC (+36%), PT Elnusa Tbk/ELSA (+25%), dan PT Benakat Integra Tbk/BIPI (+17%).
Tak hanya emiten pertambangan minyak, harga saham emiten pertambangan batu bara juga terkerek naik sepanjang kuartal 1. Walaupun harga batu bara terkoreksi sebesar 4,4% pada periode tersebut, jika dihitung dari akhir 2016, apresiasinya tetaplah mencapai 9,05%. Positifnya pergerakan harga batu bara tersebut lantas berkontribusi bagi positifnya kinerja keuangan emiten-emiten pertambangan batu bara tahun lalu (diumumkan tahun ini).
Saham-saham emiten pertambangan batu bara yang membukukan kenaikan signifikan sepanjang kuartal 1 diantaranya: PT Indo Tambangraya Megah Tbk/ITMG (+38%), PT Harum Energy Tbk/HRUM (+33%), PT Bukit Asam Tbk/PRBA (+20%), dan PT Adaro Energy Tbk/ADRO (+15%).
Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi
Koreksi indeks saham sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi dipicu oleh anjloknya harga saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM). Mengutip publikasi dari halaman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), kapitalisasi pasar TLKM per akhir 2017 adalah sebesar Rp 447,5 triliun atau setara dengan 55% dari total kapitalisasi pasar sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi. Akibatnya, pergerakan saham TLKM akan sangat mempengaruhi pergerakan indeks sektoralnya.
Sepanjang kuartal 1, saham TLKM anjlok sebesar 18,92% menjadi Rp 3.600/saham. Rilis laporan keuangan perusahaan menjadi salah satu penyebab investor begitu gencar melepas saham TLKM. Sepanjang 2017, laba bersih perusahaan diketahui tumbuh sebesar 14,4% menjadi Rp 22,15 triliun, dari Rp 19,35 triliun pada tahun 2016. Pendapatan perusahaan mengalami peningkatan sebesar 10,25% menjadi Rp 128,26 triliun, dari yang sebelumnya Rp 116,33 triliun pada akhir 2016.
Namun, pertumbuhan pendapatan dan laba bersih tahun lalu melandai dari capaian tahun 2016. Kala itu, pendapatan tumbuh sebesar 13,5%, sementara laba bersih meroket hingga 24,9%.
Selain itu, saham TLKM juga banyak dilepas terkait kebijakan pemerintah yang menerapkan kebijakan registrasi kartu prabayar. Kebijakan tersebut ditakutkan akan mengurangi konsumsi data (internet) masyarakat Indonesia. Pasalnya, dulu operator beramai-ramai menawarkan paket internet murah yang dapat dinikmati dengan cara membeli nomor prabayar baru.
Strategi tersebut tujuannya untuk menggaet pengguna baru, nyatanya tak sedikit pula pengguna lama yang menggunakan trik 'gonta-ganti nomor' guna menikmati layanan internet murah. Terlebih, kebanyakan smartphone saat ini sudah mendukung fitur dual-sim card.
Aksi jual atas saham TLKM banyak dilakukan oleh investor asing. Secara year-to-date (YTD), TLKM menjadi saham ketiga yang paling banyak dilepas investor asing yaitu senilai Rp 4,06 triliun. Besarnya kapitalisasi pasar merupakan salah satu alasan investor asing melepas kepemilikannya atas saham TLKM. Berbagai sentimen negatif yang menerpa bursa saham domestik membuat investor asing bermain aman dengan melepas posisinya atas saham-saham berkapitalisasi pasar jumbo seperti TLKM.
TIM CNBC INDONESIA
(hps) Next Article Sedang Turun, Saham Konsumer kok Masih Pantas Diincar?
Performa terbaik dicatatkan oleh sektor pertambangan yang niak 16,22%, sementara performa terburuk dicatatkan oleh sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang jatuh 10,66%.
![]() |
Penguaran harga saham sektor-sektor pertambangan tak lepas dari kenaikan harga komoditas pertambangan. Sepanjang kuartal I, harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman Mei 2018 naik sebesar 7,48% menjadi US 64,94/barel, sementara brent naik 5,08% menjadi US$ 70,27/barel.
Kenaikan harga minyak dunia merupakan hasil dari tingginya tingkat kepatuhan dari negara-negara penghasil minyak dunia (baik OPEC maupun non-OPEC) dalam mematuhi kesepakatan pemangkasan produksi yang rencananya berlangsung sampai dengan akhir tahun ini. Berkurangnya suplai minyak ini terjadi ditengah-tengah berlangsungnya pemulihan ekonomi dunia yang mendongkrak permintaan si emas hitam.
Namun, penguatan harga minyak tertahan oleh kencangnya produksi Amerika Serikat (AS). Sepanjang pekan lalu, stok minyak negeri paman sam bertambah 1,6 juta barel dan produksinya menembus rekor baru yaitu mencapai 10,43 barel/hari.
Saham-saham emiten pertambangan minyak yang membukukan kenaikan signifikan sepanjang kuartal 1 diantaranya: PT Energi Mega Persada Tbk/ENRG (+185%), PT Medco Energi Internasional Tbk/MEDC (+36%), PT Elnusa Tbk/ELSA (+25%), dan PT Benakat Integra Tbk/BIPI (+17%).
Tak hanya emiten pertambangan minyak, harga saham emiten pertambangan batu bara juga terkerek naik sepanjang kuartal 1. Walaupun harga batu bara terkoreksi sebesar 4,4% pada periode tersebut, jika dihitung dari akhir 2016, apresiasinya tetaplah mencapai 9,05%. Positifnya pergerakan harga batu bara tersebut lantas berkontribusi bagi positifnya kinerja keuangan emiten-emiten pertambangan batu bara tahun lalu (diumumkan tahun ini).
Saham-saham emiten pertambangan batu bara yang membukukan kenaikan signifikan sepanjang kuartal 1 diantaranya: PT Indo Tambangraya Megah Tbk/ITMG (+38%), PT Harum Energy Tbk/HRUM (+33%), PT Bukit Asam Tbk/PRBA (+20%), dan PT Adaro Energy Tbk/ADRO (+15%).
Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi
Koreksi indeks saham sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi dipicu oleh anjloknya harga saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM). Mengutip publikasi dari halaman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), kapitalisasi pasar TLKM per akhir 2017 adalah sebesar Rp 447,5 triliun atau setara dengan 55% dari total kapitalisasi pasar sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi. Akibatnya, pergerakan saham TLKM akan sangat mempengaruhi pergerakan indeks sektoralnya.
Sepanjang kuartal 1, saham TLKM anjlok sebesar 18,92% menjadi Rp 3.600/saham. Rilis laporan keuangan perusahaan menjadi salah satu penyebab investor begitu gencar melepas saham TLKM. Sepanjang 2017, laba bersih perusahaan diketahui tumbuh sebesar 14,4% menjadi Rp 22,15 triliun, dari Rp 19,35 triliun pada tahun 2016. Pendapatan perusahaan mengalami peningkatan sebesar 10,25% menjadi Rp 128,26 triliun, dari yang sebelumnya Rp 116,33 triliun pada akhir 2016.
Namun, pertumbuhan pendapatan dan laba bersih tahun lalu melandai dari capaian tahun 2016. Kala itu, pendapatan tumbuh sebesar 13,5%, sementara laba bersih meroket hingga 24,9%.
Selain itu, saham TLKM juga banyak dilepas terkait kebijakan pemerintah yang menerapkan kebijakan registrasi kartu prabayar. Kebijakan tersebut ditakutkan akan mengurangi konsumsi data (internet) masyarakat Indonesia. Pasalnya, dulu operator beramai-ramai menawarkan paket internet murah yang dapat dinikmati dengan cara membeli nomor prabayar baru.
Strategi tersebut tujuannya untuk menggaet pengguna baru, nyatanya tak sedikit pula pengguna lama yang menggunakan trik 'gonta-ganti nomor' guna menikmati layanan internet murah. Terlebih, kebanyakan smartphone saat ini sudah mendukung fitur dual-sim card.
Aksi jual atas saham TLKM banyak dilakukan oleh investor asing. Secara year-to-date (YTD), TLKM menjadi saham ketiga yang paling banyak dilepas investor asing yaitu senilai Rp 4,06 triliun. Besarnya kapitalisasi pasar merupakan salah satu alasan investor asing melepas kepemilikannya atas saham TLKM. Berbagai sentimen negatif yang menerpa bursa saham domestik membuat investor asing bermain aman dengan melepas posisinya atas saham-saham berkapitalisasi pasar jumbo seperti TLKM.
TIM CNBC INDONESIA
(hps) Next Article Sedang Turun, Saham Konsumer kok Masih Pantas Diincar?
Most Popular