
Kontribusi Energi Baru di Indonesia Dinilai Stagnan
Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
29 March 2018 12:34

Jakarta, CNBC Indonesia- Global Subsidies Initiative (GSI), bagian dari International Institute for Sustainable Development (IISD), mengungkapkan bahwa porsi energi baru dalam bauran energi Indonesia tidak meningkat sejak pertama kali diterbitkan.
Indonesia menargetkan porsi energi baru bisa mencapai 23% di 2025, namun menurut GSI hal ini sulit tercapai jika langkah pengembangan energi baru masih seperti saat ini. "Kecuali dibuat kebijakan baru yang menciptakan kemauan yang lebih besar untuk menumbuhkan energi terbarukan," ujar Peneliti Kebijakan GSI Richard Briddle, Kamis (29/3/2018).
Richard menuturkan bahwa hasil wawancaranya bersama beberapa pemangku kepentingan mengungkap kekhawatiran bahwa kebijakan saat ini tidak menyediakan insentif yang cukup untuk menumbuhkan energi terbarukan.
Jika regulasi investasi dipermudah, kata dia, kemungkinan akan menjadi langkah pertama yang penting untuk melesatkan pembangunan energi terbarukan di Indonesia serta mendatangkan investasi."
Saat ini, kontribusi energi terbarukan di Indonesia baru kurang dari 10 persen, laporan GSI mengungkap bahwa hambatan terbesar untuk pengembangan energi terbarukan adalah:
- Harga pembelian untuk energi terbarukan dibatasi di angka yang terlalu rendah sehingga tidak menarik bagi pengembang pembangkit baru, bahkan di beberapa daerah lebih rendah dari harga pembangkit batubara
- Perubahan kebijakan dan peraturan yang cukup sering dilakukan berujung pada ketidakpastian dan penundaan, serta meningkatkan resiko bagi para investor.
- Subsidi dan dukungan finansial untuk bahan bakar fosil khususnya batubara bertentangan dengan keinginan untuk melakukan transisi ke energi terbarukan.
- PLN sebagai pemilik utama aset pembangkit berbahan bakar fosil saat ini masih memiliki pengalaman yang sedikit di bidang energi terbarukan
Duta Besar Denmark untuk Indonesia Rasmus Abildgaard Kristensen menambahkan dalam beberapa tahun terakhir biaya pembangkitan berbasis energi terbarukan turun dengan laju yang sangat cepat.
Di Denmark misalnya, energi angin sudah menjadi sumber energi yang paling murah. Sementara di Indonesia dengan potensi energi baru berlimpah, semestinya punya peluang lebih besar untuk mengambil keuntungan dari inovasi teknologi.
(gus/gus) Next Article Pertamina Terhambat Harga untuk Kembangkan Energi Baru
Indonesia menargetkan porsi energi baru bisa mencapai 23% di 2025, namun menurut GSI hal ini sulit tercapai jika langkah pengembangan energi baru masih seperti saat ini. "Kecuali dibuat kebijakan baru yang menciptakan kemauan yang lebih besar untuk menumbuhkan energi terbarukan," ujar Peneliti Kebijakan GSI Richard Briddle, Kamis (29/3/2018).
Jika regulasi investasi dipermudah, kata dia, kemungkinan akan menjadi langkah pertama yang penting untuk melesatkan pembangunan energi terbarukan di Indonesia serta mendatangkan investasi."
Saat ini, kontribusi energi terbarukan di Indonesia baru kurang dari 10 persen, laporan GSI mengungkap bahwa hambatan terbesar untuk pengembangan energi terbarukan adalah:
- Harga pembelian untuk energi terbarukan dibatasi di angka yang terlalu rendah sehingga tidak menarik bagi pengembang pembangkit baru, bahkan di beberapa daerah lebih rendah dari harga pembangkit batubara
- Perubahan kebijakan dan peraturan yang cukup sering dilakukan berujung pada ketidakpastian dan penundaan, serta meningkatkan resiko bagi para investor.
- Subsidi dan dukungan finansial untuk bahan bakar fosil khususnya batubara bertentangan dengan keinginan untuk melakukan transisi ke energi terbarukan.
- PLN sebagai pemilik utama aset pembangkit berbahan bakar fosil saat ini masih memiliki pengalaman yang sedikit di bidang energi terbarukan
Duta Besar Denmark untuk Indonesia Rasmus Abildgaard Kristensen menambahkan dalam beberapa tahun terakhir biaya pembangkitan berbasis energi terbarukan turun dengan laju yang sangat cepat.
Di Denmark misalnya, energi angin sudah menjadi sumber energi yang paling murah. Sementara di Indonesia dengan potensi energi baru berlimpah, semestinya punya peluang lebih besar untuk mengambil keuntungan dari inovasi teknologi.
(gus/gus) Next Article Pertamina Terhambat Harga untuk Kembangkan Energi Baru
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular