Pertamina Terhambat Harga untuk Kembangkan Energi Baru

Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
22 February 2018 20:17
Pemanfaatan energi terbarukan oleh PT Pertamina (Persero) masih tergolong sangat kecil, yaitu di bawah 1% dari total investasi.
Foto: REUTERS/Darren Whiteside
Jakarta, CNBC Indonesia- Pemanfaatan energi terbarukan oleh PT Pertamina (Persero) masih tergolong sangat kecil, yaitu di bawah 1% dari total investasi. Namun, perusahaan tersebut menargetkan penggunaan energi baru hingga 10% hingga 15% dari total investasi pada tahun 2030.

Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Gigih Prakoso mengatakan penggunaan energi terbarukan masih terhambat oleh beberapa hal, yaitu kemampuan sumber daya manusia atau human capital, teknologi, serta keekonomiaannya.



"Tantangan selama ini juga kan harganya masih susah. Tapi ke depan dengan dukungan pemerintah dan potensi seperti di Papua bisa off-grid, itu kemungkinan kita bisa masuk," jelas Gigih di Hotel Kempinski, Kamis (22/2/2018).

Untuk teknologi, perusahaan plat merah itu akan lebih mengutamakan pengembangan di internal perusahaaan. Namun, Gigih mengaku Pertamina juga terbuka untuk bekerja sama seperti untuk proyek pembangkit listrik tenaga gas.

Fokus utama dalam pemanfaatan energi terbarukan Pertamina adalah geotermal atau panas bumi. "Kemudian juga di solar, wind (angin), serta biofuel," sebut Gigih.

Terkait akuisisi, Gigih mengaku masih belum ada rencana pasti atas itu. Alasannya, biaya masih sangat mahal sehingga perusahaan lebih memilih mengembangkan sendiri.

"Tapi untuk beberapa tahun ke depan mungkin ada," kata Gigih.




(gus/gus) Next Article Kontribusi Energi Baru di Indonesia Dinilai Stagnan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular